Terima Kasih Dubes Jepang, Nama Kakek Online Nggak Lagi Mentok di Kakek Sugiono

ishii masafumi

MOJOK.CO Ishii Masafumi, Dubes Jepang untuk Indonesia, hadir dengan gebrakan “uwu”. Tapi, percaya nggak, kalau ia juga mengajarkan kita banyak hal, selain perkara cinta makanan lokal?

Sejak beberapa tahun lalu, fenomena “ponakan online” menjadi tren yang cukup masif, mengingat banyak orang tua memutuskan untuk mengunggah foto dan video anak-anaknya di media sosial. Para followers dengan leluasa bisa mengikuti unggahan, mengamati, hingga menjadi jatuh hati pada si anak kecil.

Yah, cinta kan emang bisa muncul dari perasaan terbiasa, mylov~

Tapi, tapi, tapi, sejak beberapa bulan lalu, media massa sepertinya nggak tertarik-tertarik amat membahas habis-habisan (lagi) soal—misalnya—kehidupan Gempi setelah mama dan papanya bercerai, mengingat hampir seluruh masyarakat Indonesia rela menjadi anggota tetap Gempi Fans Club, atau bagaimana Kirana akan menjalani long distance friendship-nya dengan Rayyan di negeri seberang sana.

Yang terjadi, berita-berita yang ramai justru bukan melulu soal ponakan online, melainkan…

…kakek online!!!!1!!!1!!!!

*JENG JENG JENG*

Adalah Dubes Jepang bernama Ishii Masafumi yang menjadi sorotan. Pertama-tama, dikenalnya nama sang Dubes yang asli Jepang ini membuat saya menarik napas lega. Setidaknya, kakek-kakek Jepang yang terkenal di Indonesia bukan lagi mentok pada nama Kakek Sugiono.

Syukurlah! Kami semua butuh perbaikan moral!

Eh—kami? Kamu aja, saya mah nggak~

Di laman @jpnambsindonesia, Masafumi rajin mengunggah foto dirinya menyantap makanan-makanan Indonesia (yang dibelinya dengan cara “anak kosan mager”, alias pakai ojek online), sembari memberi opininya di caption, plus pose-pose yang mengundang emot ketawa di kolom komentar.

Dari seluruh fotonya yang viral, sesungguhnya—kalau kita jeli—ada banyak hal yang diajarkan Masafumi. Penasaran nggak, penasaran nggak???

Saya akan menganggap kamu penasaran, jadi—baiklah—mari semua duduk manis dan mulai membaca dengan tekun dan teliti~

*JENG JENG JENG (LAGI)*

Pertama, perlu diingat bahwa ada beberapa alasan kenapa Dubes Jepang ini sungguh sarangseurowo alias lovable. Iya, iya, sarangseurowo itu bahasa Korea, bukan bahasa Jepang, jadi agak nggak relate untuk dipakai Pak Masafumi, tapi—belajar dari beliau—nggak ada salahnya, kok, mencintai budaya orang lain sebagai bentuk penghormatan.

Sebagai orang Jepang asli, Masafumi tidak serta merta mengunggah fotonya mengenakan kimono, lantas mengajak followers-nya untuk melakukan hal yang sama. Sebaliknya, ia justru menunjukkan sikap hormatnya pada Indonesia, dan belanja makanan lokal setiap jam makan siang untuk diulas singkat di laman Instagramnya.

Dikutip dari Detik.com, Masafumi mengaku telah memulai kebiasaan ini sejak awal tahun. Ia merasa senang melihat makanan Indonesia yang beragam dan berbeda dari banyak wilayah.

Ah, Pak Masafumi—jangankan dari setiap wilayah. Masing-masing orang juga kalau masak bakalan beda, kok, hasilnya.

Buktinya, masakan ibu saya enak banget dimakan, eh masakan saya lebih enak lagi kalau nggak dimakan. Hehe.

Kedua, Dubes Jepang Ishii Masafumi ini mengajarkan pada kita untuk total mengerjakan sesuatu. Totalnya pun total beneran—bukan sekadar bekerja untuk menggugurkan kewajiban. Bukan sekadar upload foto untuk menuhin feeds. Bukan sekadar makan untuk mengenyangkan perut.

Waktu makan nasi campur bebek, misalnya, Dubes Jepang ini berpose menirukan gaya bebek. Waktu makan nasi Bali, ia berpose menirukan tari barong. Waktu makan sate yang satu porsinya berisi lima tusuk, ia sempet-sempetnya menyelotip si tusuk sate ke masing-masing jarinya di satu tangan, lalu bertanya, “Apakah sudah instagrammable?”

Hadeeeh~

Ketiga, dari unggahan, caption, dan pose Masafumi, sebenarnya kita juga bisa melihat bahwa usia dewasa nggak harus-harus amat dihadapi dengan stres, meskipun problematika hidup dengan kejamnya menghantam di sana dan sini.

Kakek kandung saya sudah meninggal 11 tahun yang lalu (Alfatihah buat Almarhum~), jadi saya nggak bisa membandingkan kelakuan Pak Masafumi ini dengan kakek saya yang juga… sudah kakek-kakek.

Tapi, saya yakin, Dubes Jepang ini juga merupakan manusia biasa seperti kita yang hidupnya nggak selalu mulus terus kayak kulit bebek panggang yang sepotongnya seharga seratus ribu.

Meskipun begitu—coba lihat—Ishii Masafumi tetap berfoto sambil tersenyum. Berfoto sambil gembira. Berfoto sambil memuji.

Dan, lebih menarik lagi, ia bisa membuat followers-nya turut tersenyum dan terhibur. Bukankah itu jauh lebih menyenangkan daripada terpuruk gara-gara kesedihan dan sakit hati?

Selamat makan siang, mylov!

Exit mobile version