MOJOK.CO – Penerapan PPKM level 4 yang membolehkan makan di warung selama 20 menit ini agak unik. Tapi, mari kita coba simulasinya.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akhirnya naik level. Sudah jadi PPKM level 4. Yeeaaah. Asyik. Udah kayak main game. Peningkatan level ini berlaku terhitung sejak 26 Juli sampai 2 Agustus 2021.
Meski begitu, jika biasanya naik level itu artinya kondisi makin rumit dan makin sulit, tapi PPKM level 4 malah jadi lebih longgar.
“Warung makan, pedagang kaki lima, lapak jualan dan sejenisnya yang memiliki tempat usaha di ruang terbuka diizinkan buka,” kata Presiden Jokowi.
Sebelumnya, warung makan seperti itu memang boleh buka, tapi hanya untuk dibungkus aja. Sedangkan PPKM level 4 mengizinkan pengunjung makan di warung.
“Dengan protokol kesehatan yang ketat sampai pukul 20.00 dan maksimum waktu makan untuk setiap pengunjung 20 menit,” tambah Presiden Jokowi.
Pertanyaan besar kemudian bermunculan di antara masyarakat soal peraturan ini. Apa yang bisa kamu dapat kalau mau makan di warung hanya dibatasi 20 menit?
Sekarang kami coba mereka-reka simulasi kalau kita beli makan di warung dan makan di tempat. Kalau situasi normal, waktu 20 menit untuk makan di warung makan sih tidak bakal cukup, tapi coba kita lihat kalau situasinya PPKM level 4. Mari kita lihat simulasi sederhananya.
Parkir motor (perkiraan estimasi 10-30 detik)
Jika di hari-hari biasa, parkir motor bisa menghabiskan waktu sampai semenit kalau warungnya ramai, maka karena kondisi PPKM level 4, kita bisa asumsikan parkiran akan sedikit sepi. Otomatis parkir motor jadi gampang.
Kita bisa pakai asumsi paling lama dalam mencari parkir motor, melepas helm, membuka jaket, membenarkan masker, sampai diakhiri dengan pakai hand sanitizer. Semua kegiatan itu paling menghabiskan waktu paling lama 30 detik.
Oke, masih sisa 19 menit 30 detik.
Antre dengan abang-abang GoFood, GrabFood, atau ShopeeFood (perkiraan estimasi 3-5 menit)
Meski PPKM level 4 ini memperbolehkan makan di tempat, bagi warung-warung yang dikenal cukup enak, biasanya bakal masih banyak orang yang pesen via ojol. Mungkin karena kebiasaan PPKM yang sebelumnya juga. Ini langkah bagus sih, biar kerumunan tidak lebih banyak.
Cuma sialnya, dengan banyaknya orang yang pesen makan via ojol, antrean bisa saja masih terjadi. Dengan protokol kesehatan yang diterapkan, proses ini bisa jadi lebih lama.
Meski begitu, kita bisa estimasikan waktu ke batas minimum karena pengusaha warung makan seharusnya membedakan antara pesanan yang take away dengan yang pesanan di lokasi.
Kalau menunya tidak terlalu ruwet, ini seharusnya cepet sih. Kita bisa ambil batas bawahnya, yakni 5 menit.
Oke, dari estimasi waktu 20 menit, jadi sisa 14 menit 30 detik.
Makan di lokasi (perkiraan estimasi 10-15 menit)
Sebenarnya ini masih tergantung dengan menu apa yang kita pesan. Kalau makannya sekadar soto, sop, dengan lauk seperti telor atau tempe, makan dengan waktu 10-15 menit sih masih memungkinkan.
Problemnya adalah kalau pesannya adalah ikan bandeng (non-presto). Bisa lama itu karena harus nyari duri dagingnya satu demi satu. Waktu bisa habis lebih dari 2 menitan hanya untuk memisahkan durinya. Makan di warung makan dalam kondisi PPKM level 4, bisa kayak di penjara atau barak militer. Kudu cepet-cepet.
Meski begitu, kita asumsikan saja ini makan normal yang kalau dilakukan tanpa melakukan aktivitas lain seperti ngobrol atau nonton YouTube kita bisa habiskan 15 menit paling lama. Dan waktu sudah lebih dari 20 menit yang diatur dalam PPKM level 4.
Oke, estimasi waktu kelebihan 30 detik. Dengan batas waktu yang sudah diirit-irit secepat mungkin.
Bayar (perkiraan estimasi 10 menit)
Bayar makan di warung itu sebenarnya jadi problem sendiri. Sebab, antre di kasir itu kadang seperti antre obat di Rumah Sakit. Cuma satu loket untuk melayani banyak orang. Perkiraan estimasi 10 menit pun kesannya bakal terlalu cepat. Ini belum dengan menghitung kecepatan kasir memberi uang kembalian.
Dari sana, kita bisa mengestimasikan bahwa ada kelebihan waktu 10 menit 30 detik. Dan sudah saatnya semua orang yang makan di sana bakal kena ciduk Satpol PP.
Artinya, makan di warung 20 menit itu bisa dibilang sebagai peraturan yang melonggarkan secara psikologis semata. Bukan yang benar-benar masuk akal untuk bisa diterapkan.
Soalnya kalau itu benar-benar diterapkan secara tertib, Satpol PP sekarang seharusnya sudah bukan lagi membawa pentungan, tapi bawa stopwatch dan sempritan.
Lalu ketika menyemprit pengunjung warung makan yang sudah di lokasi lebih dari 20 menit, jangan salahkan kalau ada pengunjung yang bakal alesan…
“Loh, tapipaaak, saya kan kemarin ninggal 5 menit di warung ini.”
Woy, nggak gitu konsepnya! Kamu kira ini rental PS?
BACA JUGA PPKM Level 4 Diperpanjang biar Mahfud MD Fokus Kritik ‘Ikatan Cinta’ dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.