Seandainya Dr. Strange Ikut Puasa Ramadan

MOJOK.COYeay! Hari pertama puasa Ramadan. Simak bagaimana pengalaman Dr. Strange menjalankan puasa hari pertama~

Dr. Strange masih tertidur saat jarum jam menunjukkan pukul tiga pagi. Tiba-tiba jubah merah yang menyelimuti tubuhnya bergerak sendiri. Ia menarik jubah itu sembari sedikit melenguh. Tapi, jubah itu bergerak lagi.

Dr. Strange menarik jubah itu sekali lagi. Jubah itu kembali bergerak. Kali ini lebih cepat dan langsung melayang-layang di udara. Tanpa basa-basi, jubah merah itu menarik tubuhnya sehingga sang dokter terbangun dari tidurnya. Ia mendengus kesal lalu meraih jam weker yang terletak di samping tempat tidurnya.

“Huh, baru juga jam tiga,” gerutunya.

Jubah merah berkelebat lalu menarik tubuh Dr. Strange sehingga mau tidak mau dia terpaksa berdiri.

“Iya! Iya! Aku bangun!”

Ia berjalan gontai menuju dapur diikuti jubah merah yang melayang-layang di belakangnya. Sang dokter lalu menyalakan kompor dan mengambil dua butir telur dari kulkas. Setelah memanaskan minyak dalam wajan, ia menuangkan telur yang sudah diaduk dalam mangkuk kecil ke atas wajan. Sejurus kemudian, telur dadar hangat tersaji di atas piring.

“Wah, belum masak nasi,” kata sang dokter kemudian.

Dr. Strange menuangkan beras ke dalam wadah, menambahkan air, lalu memasukkan wadah ke dalam rice cooker. Setelah menutup rice cooker, ia segera mengeluarkan lingkaran sihir dengan tangannya, memutar lingkaran itu, dan dalam sekejap saja beras dalam rice cooker berubah menjadi nasi yang pulen dan hangat.

“Ayo, kita makan!” ajaknya pada jubahnya.

Dr. Strange lalu makan ditemani jubah merahnya. Tak beberapa lama kemudian, sepiring nasi telur dadar pun habis tak bersisa. Ia minum, berserdawa, lalu mengucap alhamdulillah. Setelah itu, dia membawa piring bekas makan lalu mencucinya di wastafel dapur. Selesai mencuci piring, ia mengisap rokok Dji Sam Soe kesukaannya di teras kosan, lagi-lagi ditemani jubah merahnya yang duduk di sebelahnya.

Tak beberapa lama kemudian terdengar seruan imsyak dari masjid yang terletak tak jauh dari kosan Dr. Strange. Sang dokter lalu mematikan rokok kemudian mengeluarkan lingkaran sihir di kedua tangannya. Setelah memutar lingkaran sihir tersebut, matahari seketika terbit dan langsung terbenam di ufuk barat. Sejurus kemudian azan Magrib berkumandang.

Dr. Strange tersenyum lalu berseru, “Alhamdulillah, akhirnya waktu berbuka tiba juga.” Satu hari puasa Ramadan telah terlewati.

Sang dokter beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju portal sihir yang tiba-tiba saja ada di hadapannya. Portal itu lalu lenyap dan terbuka kembali di dapur. Dr. Strange melangkah keluar dari portal dan di tangannya terdapat bungkusan berisi jajanan pasar yang dibelinya beberapa saat yang lalu.

Dr. Strange memindahkan isi bungkusan ke atas piring. Ada risoles, arem-arem, agar-agar, dan tahu bakso. Sambil menggigit sepotong risoles, ia membawa piring itu ke ruang tengah. Setelah meletakkan piring di atas meja, ia kembali ke dapur dan menuangkan es kelapa muda ke dalam gelas.

Dibawanya gelas berisi es kelapa muda ke ruang tengah lalu diletakkannya gelas itu di dekat piring yang berisi jajanan pasar. Setelah menyantap dua potong risoles dan satu potong agar-agar dan menghabiskan setengah gelas es kelapa muda, Dr. Strange segera menunaikan ibadah salat Magrib. Selesai salat, sang dokter kembali meneruskan menikmati jajanan pasar dan es kelapa muda yang tersisa.

Tak beberapa lama kemudian, azan kembali terdengar berkumandang. Dr. Strange segera beranjak dari duduknya dan membuka portal sihir. Sang dokter melangkah masuk ke dalam portal, portal tertutup, lalu kembali terbuka tepat di halaman depan masjid.

Dr. Strange menghentikan seorang bapak yang kebetulan melintas.

“Pak, permisi, numpang tanya, ini salat Tarawihnya berapa rakaat, ya?”

“23, Mas,” jawab sang bapak.

“Makasih, Pak,” kata sang dokter sopan.

Baru saja ia ingin mengeluarkan lingkaran sihir dari tangannya, jubah merahnya tiba-tiba saja menempelengnya. Dr. Strange kaget dan lingkaran sihir di tangannya langsung lenyap.

“Kok kamu nempeleng saya, sih?!” tanyanya kesal.

Jubah merahnya hanya bergerak-gerak lalu menunjuk ke arah masjid. Dr. Strange mendengus kesal. Jubah merahnya kembali menunjuk ke arah masjid, kali ini dengan gerakan yang lebih tegas.

“Iya! Iya! Aku Tarawih!” kata Dr. Strange akhirnya, masih dengan nada sedikit kesal.

Ia pun melangkah ke arah tempat wudu dan mulai membasuh wajahnya dengan air.

Exit mobile version