Persiapan Jika Wabah Virus Corona di Indonesia Semakin Parah

wabah virus corona pandemi corona ciri-ciri virus corona cara mencegah mojok.co

wabah virus corona pandemi corona ciri-ciri virus corona cara mencegah mojok.co

MOJOK.COKetika menyaksikan berapa inkompetennya pemerintah menangani wabah virus corona, kita jelas tak bisa berpasrah diri. Tapi kita bisa apa? Banyaaak. 

Lalu apa lagi? Toh kita sudah cukup bukti untuk tahu pemerintah memang gagap menghadapi pandemi corona.

Inilah akibat dari menggampangkan masalah. Karena dulu ia jauh, kita selalu merasa aman. Hasilnya, per hari ini, sudah ada 34 pasien positif corona di Indonesia. Eskalasi dari 0 ke 34 ini terjadi hanya dalam dua minggu. Dua pasien di antaranya meninggal dunia. Korban meninggal kedua dirawat di Solo, pengumumannya siang ini.

Menghina pemerintah tak menyelesaikan masalah. Alias: kita tak bisa membawa kebiasaan lama “senang ketika berhasil membuktikan orang lain goblok” di situasi sekarang.

Memang betul, kelakuan-kelakuan ini layak ditertawakan. Entah wapres yang masih bisa mencandai wabah. Menteri Luhut yang ingin TKA China boleh masuk Indonesia lagi karena menurutnya, wabah sudah mereda, padahal kenyataannya baru mulai. Lalu instruksi menggaet wisatawan yang menghindar dari negara-negara dengan infeksi corona. Rencana membayar buzzer untuk mempromosikan pariwisata sementara WHO mengimbau warga dunia agar tak bepergian. Insubordinasi pemprov dan pusat soal siapa yang harus tahu dan siapa yang boleh mengumumkan kondisi corona.

Menekan pemerintah dengan terus-menerus mengoreksi keputusan mereka cukup sampai sini. Kita perlu menekan mereka memakai cara lain, yakni dengan mempraktikkan jargon “Terus bekerja, jangan berharap pada negara”. Sebab, apa lagi? Apa lagi yang bisa kita lakukan ketika tahu pemerintah kita memang inkompeten, yang mana bukan informasi baru ini?

Kita harus sadar, wabah ini bisa lebih buruk lagi. Dua hari lalu Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengatakan, menurut skenario terburuk, bisa ada 6.000 orang terinfeksi corona di Jakarta. Itu baru di Jakarta.

***

Siang ini kami di Kantor Mojok mencoba membayangkan apa yang akan terjadi jika ada kru kami yang terinfeksi virus corona, dengan logika penanganan ala pemerintah saat ini.

Kemungkinannya begini:

Seorang kru Mojok, katakanlah namanya Miko, sakit. Ia mengalami gejala infeksi virus corona. Ia kemudian minta izin berobat.

Sembari Miko menjalani tes, ia seharusnya memulihkan kondisinya dengan beristirahat. Sebab, infeksi corona akan semakin memburuk ketika daya tahan tubuh turun. Walau demikian, sebenarnya Miko masih bisa saja tetap berangkat ke kantor dan bekerja.

Pemimpin Mojok kemudian khawatir kapasitas produksi artikel menurun jika memberi cuti sakit hingga waktu yang tak ditentukan kepada Miko. Ia kemudian meminta Miko tetap bekerja sampai hasil tesnya keluar.

Tes itu keluar seminggu kemudian. Hasilnya positif. Miko kemudian dikarantina.

Dua hari kemudian, satu per satu kru Mojok mulai mengeluh batuk, pilek, dan lemas. Hingga akhirnya, semua orang jatuh sakit. Di akhir cerita, Mojok harus libur sebulan karena semua krunya dikarantina akibat positif corona.

Sekarang, bayangkan skenario berbeda:

Seandainya saja Miko sudah diminta mengarantina dirinya sendiri sejak ia merasa sakit.

Seandainya saja sakitnya Miko direspons dengan segera mengetes semua orang yang pernah berinteraksi dengannya di kantor.

Seandainya saja segera ada sosialisasi di kantor bagaimana mencegah penularan corona dengan mencuci tangan, tidak menyentuh muka, tidak berdekatan dengan seseorang dalam jarak kurang dari satu meter, hingga kebijakan boleh bekerja dari rumah.

Dalam “ekonomi Mojok”, membiarkan Miko tak bekerja adalah kerugian. Namun, membiarkan Miko bekerja sama saja mengakumulasikan kerugian di akhir.

***

Apa yang bisa kita lakukan untuk berjaga-jaga apabila wabah memburuk?

#1 Ingat kuat-kuat gejala infeksi virus corona

Menurut WHO, ciri-ciri infeksi virus corona Covid-19 adalah:

#2 Ingat kuat-kuat cara mencegah penularan virus corona

#3 Memeriksakan diri ke RS rujukan penanganan virus corona jika merasa mengalami gejalanya, serta mengingatkan teman yang tampak sakit dengan gejala corona untuk periksa dan mengisolasi diri.

#4 Jangan sok tahu, jangan sembrono, jangan meremehkan atau melebih-lebihkan, dan jangan jahat.

Jangan sok tahu: jika bukan tenaga kesehatan, tak usah caper misalnya mengatakan, “Corona bisa disembuhkan dengan minum susu kelinci liar,” atau “Aku biasa makan gorengan seplastik-plastiknya, pasti kebal corona dong.”

Jangan sembrono: cuci tangan dan segala tetek bengeknya tentu bikin repot, tapi masih ingat pesan lama kan? Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Jangan meremehkan atau melebih-lebihkan: meremehkan itu misalnya memanfaatkan tiket pesawat murah untuk jalan-jalan. Melebih-lebihkan itu selalu memakai masker meskipun tahu masker cuma disarankan untuk orang yang sakit dan tenaga kesehatan.

Jangan jahat: jangan menumpuk masker. Jangan memborong hand sanitizer demi mewujudkan mimpi kaya dalam semalam. Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan. Jangan menyebar hoaks. Jangan memfitnah. Jangan menyebarkan identitas pasien corona. Pokoknya, jangan jadi orang jahat.

Itulah yang bisa kita lakukan sekarang. Kamu harus tetap sehat sampai wabah ini berakhir. Sebab, kamu masih utang untuk bikin perhitungan dengan pemerintah yang inkompeten ini. (prm/ajr)

BACA JUGA Doa Terbaik untuk Mikel Arteta dan Semua Manusia di Sekitar Arsenal dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version