Meski Muak, Akui Saja Kita Bersemangat Dengar Teori Konspirasi Upin Ipin dan Teori Konyol Serupa

ilustrasi Meski Muak, Akui Saja Kita Bersemangat dengar Teori Konspirasi Upin Ipin dan Teori Konyol Serupa mojok.co

ilustrasi Meski Muak, Akui Saja Kita Bersemangat dengar Teori Konspirasi Upin Ipin dan Teori Konyol Serupa mojok.co

MOJOK.CO Teori konspirasi seputar serial animasi Upin & Ipin yang dikatain bodoh itu sebenarnya hiburan yang menyenangkan. Layak disimak sambil ngemil kacang.

Potongan video TikTok dari @chpodcast bikin banyak netizen muak. Vt tersebut menerangkan sebuah teori konspirasi mahakonyol yang mengatakan bahwa selama ini Upin & Ipin hanyalah boneka kesayangan Kak Ros. Suatu hari Kak Ros mengalami koma akibat kecelakaan dan seluruh cerita dalam serial animasi asal Malaysia itu hanyalah mimpi Kak Ros. Jangan kaget, sebab ada yang lebih konyol.

Sebelumnya pada 2020 akun TikTok @aldokuyy juga kena sikat miring netizen Malaysia karena dianggap melontarkan teori konspirasi Upin & Ipin yang nggak pantas banget, terlalu imajinatif. Katanya, sebenarnya si kembar botak itu bukanlah anak yatim piatu, mereka adalah anak dari hubungan gelap Kak Ros dan Tuk Dalang yang nama aslinya Isnin bin Khamis. Emang agak dihiasi kecenderungan cerita dewasa ya teori yang ini.

Meski sebutannya “teori”, tapi konspirasi macam ini memang sudah kentara begitu ampas. Nggak kok, sumber-sumber yang melontarkan teori ini bukan agen penyebar hoaks, sebab mereka memang dari awal mengklaim bahwa ini hanyalah konspirasi. Jelas, bukan perkara buat diseriusin apalagi dipercaya. Terlebih lagi cerita ini berkutat pada permasalahan non-esensial kayak kartun Upin & Ipin. Tapi, semuak apa pun kita pada kekonyolan macam ini, nyatanya kita tetap pada prinsip, “Shut up and take my money” kan? Selenjeh apa pun teori konspirasinya, kita tetap punya banyak waktu dan tenaga buat memberikan perhatian dan membahasnya. Iya, nggak salah kok, ini wajar.

Sebenarnya banyak teori konspirasi serial animasi yang lebih layak “dibeli” ketimbang konspirasi Upin & Ipin. Misalnya bagaimana penamaan Bikini Bottom pada serial SpongeBob Square Pants dianggap sebagai protes atas lokasi pengujian nuklir di Bikini Atol, Tom & Jerry yang pada episode terakhirnya seolah-olah mau bunuh diri sebagai gambaran kelamnya peperangan di masa kartun ini mengudara, dan konspirasi lainnya yang lebih terasa believable. Saya sih suka banget konspirasi Terawan diculik dan digantikan body double.

Tenang, semua teori konspirasi itu layak disimak kok. Urusan percaya atau tidak itu pilihan belakangan. Kalau percaya konspirasi elit global dan kroni-kroninya, percaya Avril Lavigne udah meninggal, dan percaya Michael Jackson masih hidup, itu kembali lagi deh. Kita mau berpikir secara goblok atau nggak. 

Kok bisa banyak yang suka teori konspirasi meskipun konyol kayak konspirasi Upin & Ipin?

Begini. Kalau soal mengulik motivasi orang suka dan percaya teori-teori macam ini sebenarnya sudah dikaji bertahun-tahun dalam ranah psikologi. Intinya sih teori konspirasi adalah sebuah jalan pintas dari keadaan yang nggak mudah dipahami. Mungkin aja nih, mungkin lho, banyak penonton yang nggak habis thinking melihat Upin & Ipin yang sekecil dan seimut itu udah yatim piatu mana Kak Ros galak. Untuk mengatasi keresahan ini, kita jadi suka banget “cari aman” dengan mendengarkan teori konspirasi.

Otak kita selalu cari jalan pintas terdekat buat memercayai sesuatu. Kalau bagi orang-orang pandemi yang heboh ini nggak bisa dipahami sebagai sebuah fenomena nyata, tentu saja solusinya menyimak akun telur. Tujuannya biar lega dan tenang, otak kita pun dikasih pemahaman, walau pemahaman itu belum tentu benar ya bodo amat lah.

Gampangnya gini, di saat situasi yang kita alami itu cenderung nggak masuk akal dan nggak bisa terkendali, secara alamiah kita bakal berusaha “mendeteksi” apa yang terjadi. Pendeteksian ini bakal mengurangi kecemasan walau hasil deteksinya mungkin jauh dari kebenaran. Ini adalah alasan eksistensial soal kenapa orang-orang bisa percaya dan nyimak banget teori konspirasi.

Alasan lainnya tentu ada, yaitu alasan sosial. Alasan ini lebih menyedihkan karena sekelompok orang bisa saja memercayai hal bohong karena mereka tidak bisa menghadapi situasi dikucilkan. Misalnya kalau tim jagoan kalah pertandingan bola, partai jagoan kalah pemilihan, dan pasangan pilihan kalah pilpres, sebagian orang yang nggak kuat mental can’t handle the pain dan berbelok cari alasan ngawur. Sehingga mereka percaya sesuatu yang mungkin bisa sedikit melegakan kesedihan kayak teori-teori konspirasi. Ah, mungkin kalau Prancis kalah, itu karena Benzema dipelet. Begitu contohnya.

Meski dekat dengan kebodohan, menyimak teori-teori konspirasi kayak konspirasi Upin & Ipin yang lagi heboh, selalu terasa menyenangkan. Layak disimak sebagai bumbu-bumbu kehidupan sambil ngemil kacang. Sebab, kebanyakan teori konspirasi nggak bikin sebagian besar dari kita tambah kaya, jadi ya udah woles aja.

BACA JUGA 5 Sisi Gelap di Balik Recehnya Kartun SpongeBob atau artikel AJENG RIZKA lainnya. 

Exit mobile version