Kalau berbicara soal ekonomi, tentu saja seorang Sandiaga Uno adalah salah satu sosok yang sangat otoritatif. Lha gimana tidak, belio adalah seorang pebisnis pilih tanding, tahu seluk beluk pasar ekonomi makro dan mikro, paham nglothok soal mekanisme bisnis, dan yang paling membuat dia otoritatif, dia punya kekayaan sebesar 5,1 triliun.
Ada banyak pakar dan praktisi ekonomi dan bisnis yang mumpuni, tapi sangat sedikit yang bisa punya kekayaan seperti Sandiaga Uno, atau katakanlah, sepersepuluhnya.
Namun entah kenapa, dalam beberapa waktu terakhir ini, Sandiaga dengan blak-blakan memberikan pernyataan terkait ekonomi yang membuat Sandi terlihat seperti pebisnis amatiran.
Pernyataan pertama adalah tentang bawang dan cabai. Sandi mengatakan bahwa melemahnya rupiah membuat ekonomi sulit, sampai-sampai ada seorang ibu rumah tangga yang belanja 100 ribu rupiah dan hanya mendapatkan bawang dan cabai.
“Ibu Lia cekcok sama suaminya gara-gara uang belanja dikasih Rp 100 ribu pulang cuma bawa bawang sama cabai,” ujar Sandiaga dalam sebuah acara talkshow bertajuk ‘Kiat Sandi Uno untuk Menghadapi Dolar yang Semakin Menggila’.
Pernyataan yang bukan saja berpotensi memicu protes, namun juga memicu meme dan konten humor yang lucunya ngaudubillah setan sebab memang sangat lucu.
Pernyataan kedua yang tak kalah jenaka tentu saja adalah pernyataan Sandiaga soal tempe. Sandiaga menyebut efek melemahnya rupiah membuat banyak harga kebutuhan ekonomi naik, termasuk kedelai, sampai-sampai tempe sekarang bisa setipis kartu ATM.
“Tempe sekarang sudah dikecilkan. Dan tipisnya sama kayak kartu ATM. Tahu Ibu Yuli di Duren Sawit, jualan tahu dikecilin karena tidak bisa menaikkan harga karena enggak akan laku karena daya belinya,” kata Sandiaga.
Seperti pernyataan soal cabai dan bawang, pernyataan ini pun mengundang gelak tawa dari banyak orang. Meme bergambar orang memasukkan tempe ke dalam mesin ATM atau mengeluarkan tempe dari dalam dompet pun kemudian bertebaran.
Dua pernyataan Sandiaga yang heboh dan viral tersebut entah kenapa membuat saya begitu yakin, bahwa Sandiaga memang sedang membual untuk menghibur banyak orang. Dan hal tersebut terbukti berhasil berhasil.
Bagi saya, mustahil Sandi serius mengatakan 100 ribu hanya dapat bawang dan cabai, atau ada tempe yang setipis kartu ATM.
Kalau sekadar mau bilang harga kebutuhan pokok dan harga belanjaan naik, itu wajar. Tapi kalau kemudian bilang bahwa 100 ribu cuma bisa beli bawang dan cabai, saya yakin, itu pasti melucu.
Kalau sekadar mau bilang harga kedelai naik karena pengaruh dolar, itu juga wajar. Tapi kalau kemudian bilang bahwa tempe sekarang setipis kartu ATM, lagi-lagi itu juga melucu.
Lebih lucu lagi, sebab ternyata, ada banyak orang yang dengan selonya mencoba membuktikan ketidakbenaran lawakan tersebut. Mereka benar-benar belanja ke pasar dengan 100 ribu, atau iseng mengukur ketipisan tempe dengan penggaris butterfly.
Mereka mencoba membuktikan sesuatu yang sebetulnya cukup dibuktikan dengan akal sehat.
Lantas, apakah yang dikatakan oleh Sandiaga adalah sebuah fallacy? O, tentu saja tidak.
Apa yang dikatakan Sandiaga bisa saja benar.
100 ribu hanya dapat bawang dan cabai? Bisa saja. Misal, beli bawang dan cabainya 30 ribu, trus yang 70 ribu adalah ongkos grab-nya.
Tempe sekarang setipis kartu ATM? Bisa saja. Kan yang ngomong Sandiaga. Dia orang kaya raya. Kartu ATM-nya pasti bukan hanya satu, tapi banyak. Ada BRI, Mandiri, BCA, BNI, Pertama, dll. Kalau ditotal bisa sampai 15 kartu, dan itu tentu saja cukup untuk mengimbangi ketebalan sebuah tempe di angkringan.
See? Pelawak lain butuh banyak materi untuk membuat orang tertawa, sedangkan Sandiaga cuma butuh bawang, cabai, dan tempe.
Hanya Sandiaga yang mampu membuat dunia pertempean mengalami mutasi genetis yang luar biasa. Ia bisa menjadikan tempe setipis kartu ATM. Bukan tak mungkin, di masa depan, Sandiaga pula yang bisa membuat tempe setipis kertas HVS, atau bahkan setipis jembatan Shirathal Mustaqim.
Mari kita meyakini, bahwa selain pebisnis ulung, Sandiaga Uno ternyata juga pelawak yang bermutu.