Men Support Men Mulai Perlu Didukung Karena Cowok Juga Butuh Pujian

men supoort men cowok saling memuji women supoort women reverse gender didi kempot SPG rokok cewek seksi SPG mobil cewek kesetaraan gender mojok.co

men supoort men cowok saling memuji women supoort women reverse gender didi kempot SPG rokok cewek seksi SPG mobil cewek kesetaraan gender mojok.co

MOJOK.CO Sering banget denger women support women yang tujuannya saling menguatkan. Kadang ini bikin cowok-cowok bertanya kenapa men support men nggak populer.

Keresahan ini berawal dari Mas Agus Mulyadi yang tiba-tiba protes kenapa produk-produk cowok kebanyakan didukung dengan kehadiran cewek. Misalnya, SPG rokok cewek, pameran mobil yang juga disandingkan dengan model dan cewek cantik, dan produk-produk lain yang juga dijualkan sama cewek.

Sementara sebaliknya, produk kosmetik yang segmentasinya juga cewek, SPG-nya cewek pula. Bukan cowok. Produk rumah tangga juga diiklankan bahkan dijualkan oleh cewek. Seolah cewek ada di mana-mana.

Hal ini terjadi karena cewek punya kecenderungan untuk saling mendukung. Women support women adalah hal yang menyenangkan untuk disaksikan. Cewek bisa saja beli lipen cuma karena mbak-mbak SPG-nya kelihatan cakep banget. Cewek sangat mudah megagumi kecantikan sesama kaumnya. Bahkan di media sosial, perdebatan, “kamu lelbih cantik,” “ah, nggak, kamu yang lebih cantik,” sering banget terjadi.

Sementara men support men seolah terasa asing dan menggelikan jika dibayangkan. Cowok lebih sering iri dengan ketampanan sesama kaumnya dan jarang mengakui kekaguman. Kalau ada yang lihat Bang Boril cakep, cowok bukannya bilang, “Subhanallah Ariel ganteng banget.” Tapi lebih kepada misuh dan mangkel, “Asu, Ariel kok iso ganteng ngono, bajilak!”

Dunia memang nggak bisa berlaku langsung sebaliknya jika kita melakukan reverse gender. Ngomongin equality atau kesetaraan bukan berarti cowok ngangkat galon cewek juga harus ngangkat galon. Bukan tentang kalau cewek menyusui, cowok juga harus bisa. Setara bukan berarti sama, ini adalah logika dasarnya. Tapi men support men seharusnya bukan perkara yang mutlak nggak bisa dilakukan.

Entah karena cowok terlahir dengan jiwa sedemikian kompetitif atau saking gengsinya sama kekalahan, cowok-cowok merasa geli ketika saling memuji. Cewek mungkin terbiasa dengan tanya-tanya seputar skincare routine hanya karena wajah temannya kelihatan glowing, sementara cowok mungkin terlanjur luweh dan bodo amat kalau muka kawannya tambah cerah. Lalu diam-diam googling cara perawatan wajah.

Saya lebih sering mendengar sesama cowok saling ngebangsatin satu sama lain. Terutama kalau ada hubungannya sama asmara. Hilih. Pertemanan juga bisa remuk redam hanya karena memperebutkan cewek yang sama. Gimana mau men supoort men kalau begini.

Gini aja, saya ceritakan sebuah kisah yang terilhami dari kejadian nyata. Susi adalah seorang gadis supel yang mudah bergaul dan akrab sama cowok-cowok. Sudah lama Susi dekat dengan cowok-cowok Geng Semprul, tapi jujur saja Susi paling dekat dengan Arman. Arman seolah ambil ancang-ancang buat menyatakan cinta ke Susi. Tapi sebelum sempat melakukannya, Reno, cowok yang juga anggota Geng Semprul nembak Susi duluan.

Reno juga bilang yang nggak-nggak soal Arman, katanya Arman brengsek lah, cuma ngincer harta lah, wah ngawur pokoknya. Susi pun akhirnya lebih dekat dengan Reno dan perlahan mau menerima cintanya. Padahal semua anggota Geng Semprul termasuk Reno tahu banget Arman udah naksir Susi sejak lama.

Akhirnya terjadi bersitegang antara Reno dan Arman. Geng Semprul terpecah jadi kubu Reno dan kubu Arman. Semua kacau cuma karena Susi yang bahkan nggak ada niatan adu domba.

Saya nggak tahu apakah contoh kisah di atas bisa dijadikan miniatur kegagalan men support men atau nggak. Tapi yang jelas, dalam pertemanan, cowok memang sulit buat saling menyayangi layaknya pertemanan cewek. Reno harusnya bisa bilang baik-baik ke Arman kalau dia juga naksir Susi, bukan malah diam-diam menghanyutkan begitu. Pertemanan Geng Semprul juga harusnya tetap bisa santai karena asmara nggak ada hubungannya sama keberlangsungan pertemanan mereka.

Andai Pakdhe Didi nggak berhasil mengampanyekan kalau cowok ambyar itu nggak masalah, cowok-cowok mungkin bakal stres memendam perasaan dan diejek ketika bersedih. Katanya kalau nangis itu nggak ‘laki’. Halah preeet manusia sedih itu ya wajar, lha wong punya perasaan.

Saya berusaha mencari jejak kolektif di mana ada men support men yang punya visi dan misi mendukung cowok secara mental hingga meningkatkan kepercayaan diri mereka. Namun yang saya temukan adalah organisasi Australia mensupportingmen.org.au yang setelah berjalan selama lima belas tahun, akhirnya mereka tutup juga. Mungkin karena nggak ada regenerasi anggota kali ya. Ini membuktikan minimnya kepedulian cowok buat saling mendukung.

Meskipun saya cewek, saya mendukung adanya men support men karena cowok-cowok juga layak dipuji. Entah karena kegantengannya, karena dandanan necisnya, karena wangi parfumnya, atau karena hal-hal receh lain. Kalau beneran nggak ada yang mau, lama-lama saya obral pujian juga nih!

BACA JUGA Tipikal Joke ‘Ada yang Menonjol Tapi Bukan Bakat’ Nggak Lucu, Bos! atau artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version