Kritik untuk Menu Prasmanan Katering Kawinan yang Merepotkan

catering wedding puspa catering alfabet catering katering kawinan katering wedding katering pernikahan menu prasmanan mojok.co

catering wedding puspa catering alfabet catering katering kawinan katering wedding katering pernikahan menu prasmanan mojok.co

MOJOK.COSaat menulis kritik untuk katering kawinan ini, saya sudah siap-siap dicap sok tahu dan dihujat banyak orang. Tapi kebenaran tetap harus disampaikan.

Sejenak saja, mari kita posisikan kritik sebagai kritik. Maksudnya, kritik bukan karena nyinyir, iri, terus tujuannya semata ingin ngejatuhin. Ini kritik yang penginnya didengar dan diobrolkan. Ya kalau kritiknya salah, silakan didebat; kalau masuk akal dan emang dirasakan banyak orang, ya mohon diselesaikan.

Jangan salah lho, buat perusahaan katering, mendapat kritik dan saran tanpa perlu dipancing dulu itu malah bonus. Kalau konsumen diem aja dan langsung ninggalin (bahasa startup-nya, nggak ada retention), justru itu tanda-tanda kiamat usaha.

Buat yang hendak menyelenggarakan kawinan, kritik ini mestinya juga bermanfaat. Lah kan sayang udah ngabisin uang banyak-banyak, pestanya malah nggak memuaskan. Apalagi biaya katering memakan 25-50% sendiri dari total ongkos resepsi.

Oke, gitu aja usaha saya membangun legitimasi kritik ini. Sekarang kita masuk ke poin-poin kritiknya.

Kritik katering kawinan #1 Menu makan yang susah dipotong

Ini hal pertama dan paling elementer untuk: menu makanan yang disediakan susah banget dipotong. Padahal pestanya sendiri berkonsep standing party alias makan sambil berdiri. Memasukkan menu daging yang alot atau ayam yang potongannya besar-besar menurut saya kok nggak masuk akal ya.

Menyediakan garpu pun tidak menyelesaikan masalah karena sekali lagi, ini standing party.

Jika Anda mengharap undangan memegang sendok di tangan kanan dan garpu atau di tangan kiri, itu sah-saja selama pestanya diadakan di tahun 2056. Soalnya di tahun itu sudah ditemukan teknologi piring terbang.

Btw, mungkin Anda belum tahu ini, “piring terbang” adalah istilah cara makan di pesta di mana undangan disediakan kursi dan meja makan, kemudian makanan diantarkan menu demi menu ke meja Anda. Biasanya teknik ini dipakai biar bajet katering bisa ditekan. Kecuali “piring terbang” di kawinannya Raisa-Hamish. Itu lain kasus.

Kritik katering kawinan #2 Menyediakan kerupuk

Siapa yang tidak suka kerupuk? Tapi kerupuk berukuran besar yang disandingkan dengan nasi goreng pada menu prasmanan katering kawinan menurut saya bukan pilihan bijak. Kerupuk membuat kita terpaksa makan dengan tangan kosong alias tangannya jadi berminyak eh tisunya ditaruh mana tadi?

Belum lagi ketika kita sedang makan kerupuk, tiba-tiba ada kenalan menghampiri dan mengajak salaman. Mungkin dari sini muncul istilah jabat erat. Erat karena lengket minyak.

Kerupuk tidak jadi soal kalau ia menemani menu soto atau makanan berkuah lain. Dicemplungkan dan jadi lembek, taraaa, kerupuk ala seblak ini tak lagi bikin tangan kita berminyak.

Kritik katering kawinan #3 Makanan berkuah yang berpeluang menodai pakaian

Apalagi kalau nikahannya mensyaratkan dress code putih. Wallahualam, kita tak pernah tahu berapa persen undangan yang harus pulang dengan noda kuah kuning soto, rendang, sate, di dada mereka.

Kritik katering kawinan #4 Memakai piring yang terlalu berat

Rasanya, semua kawinan yang saya datangi memakai piring yang begitu-begitu saja. Piring putih berat dan lebar dan datar yang biasanya jadi piring makan kalau sarapan di hotel. Sudahlah makanannya susah dipotong, piringnya berat dan datar pula, makanan gampang meleset dan melesat.

Kadang ada katering yang lebih kejam lagi. sudahlah piringnya berat, makanan beratnya disandingkan dengan sup yang diwadahi mangkuk porselin kecil yang harus ditaruh di atas piring juga. Iya dong ditaruh di atas piring, soalnya sejauh ini saya belum pernah lihat ada yang naruh mangkuknya di atas kepala. Mau kondangan apa sirkus, bg?

Saya pikir industri kitchenware sudah cukup maju untuk memberi pilihan piring-piring kaca yang ringan sekaligus cantik.

Kritik katering kawinan #5 Tidak ada menu untuk anak-anak

Anak-anak pasti kesulitan memegang piring berat isi nasi dan mangkuk sup tadi. Jadilah mereka terjebak pada menu itu-itu saja: kalau nggak makan es krim, siomay, atau bakso. Itu kalau bakso dan siomaynya belum habis. Dua stan makanan ini emang terkenal paling ramai dan antrenya panjang. Datang resepsi telat dikit, dijamin stannya cuma sisa petugasnya.

Kritik katering kawinan #6 Tidak menyediakan tempat untuk meletakkan piring dan gelas kotor

Biasanya karena tempatnya sempit, bagian ini sering di-skip. Padahal kalau disediakan, petugas katering jadi tak perlu wara-wiri nabrak-nabrak tamu yang menggerombol sambil ngobrol cuma demi mengumpulkan perkakas kotor. Ada piring yang ditaruh di lantai lah, di sela-sela prasmanan nasi dan lauk pauknya lah. Belum lagi batang tusukan sate yang jatuh ke mana-mana.

Kadang bukan undangan yang malas, tapi mereka bingung karena tak menemukan tempat piring kotor. Jadi, tolong sediakan spot ini demi pesta yang lebih rapi dan bersih.

Lalu apa solusinya kalau semua-muanya salah di mata saya? Menurut saya, ketika memilih menu, ada tiga syarat yang baiknya dipenuhi, yakni menyediakan makanan yang ringan, tidak alot, dan tidak berpotensi meninggalkan noda. Contoh menunya meliputi sushi, nasi goreng lauk telur, nasi kuning ayam suwir, nasi gudeg, nasi bali dengan ayam suwir, sate lilit, sate taichan, dan ikan fillet.

Toh sebenarnya orang datang ke pesta tujuannya adalah menghormati yang punya acara dan berkumpul dengan kenalan. Menurut John Nash dalam game theory (mbeeel), menu yang terlalu beragam malah bikin orang bingung. Jadi lebih baik malah sediakan sedikit ragam saja, tapi masakannya berkualitas dan mengesankan gitu (ruwet kamu, mb).

Kalau menu-menu tadi masih dianggap terlalu ribet, ada lagi opsi katering kawinan yang paling jos menurut saya. Alias, makanannya ringkas, biayanya juga bisa ditekan, dan disukai banyak orang. Menu itu adalah nasi boks, ditemani kopi susu dingin atau es dawet atau milk tea, semuanya botol. Sebagai kudapan, cukup sediakan kue jajanan pasar dan aneka pastry.

Masih belum puas juga? Oke, kita kasih rekomendasi yang bernuansa agraris. Ini menu yang pasti kalian cari kalau piknik ke Jogja kan? Kasiiih. Hidangkanlah menu nasi + lodeh + telur dadar goreng, ditemani pisang goreng potong kecil-kecil, dan kopi.

Lengkap sudah, habis ngadain kawinan, bisa lanjut buka warung kopi klotok.

BACA JUGA Perkiraan Rincian Biaya Menikah dan Siapa yang Harus Menanggungnya atau esai lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version