MOJOK.CO – Hai Girls, sebenarnya kalian ngadain bridal shower itu niatnya buat apa, sih? Nggak cuma buat konten Instagram aja, kan?
Pertemanan perempuan zaman sekarang, bisa dikatakan semakin ribet dan mahal. Banyak pernak-pernik yang nggak penting-penting amat, namun semacam harus dipenuhi untuk sebuah pendeklarasian kedekatan dan untuk menunjukkan kalau kami ini, “friendship goals banget.”
Ada beberapa ‘budaya’ persahabatan perempuan yang sepertinya menjadi penting untuk pergaulan. Diantaranya, kejutan ulang tahun, bridal shower, dan baby shower. Ketiganya adalah perayaan yang paling terpampang nyata dalam arus media sosial kita. Bagi saya, bridal shower–yang awalnya saya kira adalah prosesi siraman—adalah perayaan yang paling menggelisahkan.
Bridal Shower ini merupakan sebuah tradisi yang dilakukan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Perayaan ini merupakan momen untuk memberikan hadiah kepada calon manten perempuan. Dapat berupa barang atau uang untuk modal kehidupan setelah menikah. Selain itu, juga sebagai momen lebih memantapkan lagi persiapan pernikahan si calon manten. Di sini jelas, bahwa bridal shower diselenggarakan untuk meringankan beban calon manten.
Namun nilai bridal shower tersebut menjadi berbeda ketika diselenggarakan di Indonesia. Di sini, menjadi sebuah pesta lajang yang dipersiapkan oleh sahabat perempuan calon manten. Biasanya dengan mem-booking sebuah kafe atau kamar hotel. Kemudian didekor ala-ala dengan sebuah tema tertentu. Tak lupa kue dengan bentuk dan tulisan yang—seringnya—kurang senonoh.
Teman-teman yang memberi kejutan ini juga bakal pakai baju dengan dresscode tertentu supaya matching dengan dekorasi yang sudah dipesan mahal-mahal. Tentu saja, biar terlihat molek ketika difoto nanti.
Mereka akan mengejutkan si calon manten yang datang belakangan. Lalu si calon manten akan terkejut, senang, dan terharu. Sebab punya teman yang memperhatikannya dan bersedia ribet untuk bikin pesta kejutan untuknya. Sebuah rasa syukur dan bangga, punya sahabat yang ‘peduli’ dengannya.
Selanjutnya, calon manten akan dipakaikan kostum aneh, mahkota ala-ala, serta selempang dengan tulisan semacam, “bride to be”. “siap digoyang”, dan sebagainya—tergantung ‘gaya’ pergaulan mereka.
Lalu, disusul dengan bergosip dan berfoto-foto sebagai konten yang bisa di-share di media sosial mereka. Di akhir, mereka akan menjahili si calon manten dengan memberikan hukuman yang hampir sama dalam setiap perayaan. Yakni mendandani si calon maten dengan mencoret-coret wajahnya dengan make-up tebal dan menyeramkan.
Seperti, memenuhi wajahnya dengan coretan lipstik merah, atau membuat alis menjadi hitam dan lebar seperti Sinchan. Pokoknya terlihat konyol dan tidak jelas. Lalu saling tertawa terbahak-bahak. Puas.
Tidak berhenti di situ, si calon manten dengan tampilan nggak jelas itu, diminta untuk berkeliling di sekitar kompleks tempat acara itu diadakan. Diarak di tempat umum dan sering dengan tantangan tambahan yang semakin tidak masuk akal.
Lalu yang menurut saya bikin ‘lucu’, ketika calon manten ini, meng-upload momen tersebut dengan caption, “Sumpah malu banget, muka kayak gini disuruh keliling.” Woy, Mbak. Kalau malu, ngapain malah di-upload. Mbok tolong lah~
Perayaan bridal shower yang ada di sekitar kita saat ini, memang melenceng dari konsep awal. Yang kini menjadi fokus sebatas perihal seru-seruan dan foto-fotoan. Menurut saya, hal ini bisa terjadi juga diakibatkan oleh tiga hal.
Pertama, eksekusi perayaan semacam ini, sepertinya terbawa kebiasaan orang Indonesia yang suka merayakan sesuatu dengan mengerjai orang yang bersangkutan. Tidak jauh berbeda dengan memberi kejutan ulang tahun pada teman dengan menjeburkannya ke sungai atau kolam terdekat, ataupun dengan menyiramnya tiba-tiba lalu dikasih tepung dan telur. Setelah si teman yang berulang tahun ini disiksa sebagai sebuah bentuk perhatian, di akhir dia diminta untuk mentraktir makan. *tepuk tangan
Kedua, penyedia jasa party planner. Sudah, mengakulah kalian wahai orang-orang yang punya usaha jasa party planner. Dulu mungkin kita hanya mengenal EO atau WO yang biasanya bersedia menyediakan jasa dekorasi dengan kapasitas yang besar. Nah, jasa party planner yang baru muncul ini, menawarkan hal serupa namun dengan kapasitas yang jauh lebih kecil.
Saya yakin, dengan peluang usaha yang baru ini, maka semakin banyak orang yang ingin berkecimpung di dalamnya. Lalu, mereka pun mencari cara sedemikian rupa supaya jasa mereka ini terus dipakai. Jadi, tidak cukup sebatas proyek kejutan ulang tahun, namun juga perayaan lain yang kira-kira bisa dibikin pesta kejutannya.
Saya juga pernah bikin usaha party planner kecil-kecilan, kok. Supaya laku, saya menggoda-goda teman saya untuk merayakan sesuatu, yang sebetulnya nggak butuh-butuh amat, supaya berkenan menggunakan jasa saya.
Ketiga, media sosial, yang berhasil membuat kita selalu merasa bahwa kehidupan orang lain sungguh menyenangkan. Lantas, kita menganggap jika memiliki gaya hidup semacam itu dan dapat dipamerkan kepada orang lain, maka kita pun akan merasakan kebahagiaan yang sama. Maaf, Sayang, perlu diketahui, bahwa itu semua hanya ilusi.
Jadi, sudahlah, tak perlu berlebihan dalam memperlihatkan hebatnya sebuah persahabatan hanya dari apa yang dicitrakan di media sosial saja. Toh, perayaan semacam itu juga lebih sering membuat pertemuan—dengan personil lengkap—yang jarang terjadi karena kesibukan masing-masing, justru hanya berakhir dengan fokus untuk mengabadikan momen melalui foto supaya dapat di-upload di Instastory atau pun live Instagram—agar tak sedikit pun momen terlewatkan.
Jangan sampai hanya karena ingin menunjukkan ke orang lain, kita menjadi lupa, untuk apa berkumpul di situ. Bukankah seharusnya momen tersebut digunakan untuk saling bercengkrama dan memastikan persiapan pernikahan si calon manten? Kira-kira apa yang kurang dan bisa dibantu. Bukankah fungsi yang sebetulnya ada di situ?
Jadi, bridal Shower itu nggak penting-penting amat, apalagi kalau sekadar sebagai konten untuk di-upload di media sosial. Jika sebatas itu, sudahlah, mending diurungkan saja niat bikin bridal shower-nya. Mohon maaf nih, buat apa kalian ribet-ribet ketemuan kalau ternyata setelah pulang dari perayaan itu, di dalam dada kalian tidak merasakan kehangatan?