Ketika Anak Mengkritik Perayaan Hari Anak

MOJOK.COSecara aneh hari ini dirayakan Hari Anak. Selain dikritik oleh anak bahwa perayaan Hari Anak itu absurd, sejarah Hari Anak yang jatuh di banyak tanggal ini perlu dikuliti.

Hari Anak lumayan bikin pusing karena ada bermacam-macam tanggal. Ada yang merayakannya pada 1 Juni, 23 Juli, 7 November, dan 20 November. Itu belum menghitung Hari Anak Perempuan Sedunia pada 11 Oktober dan Hari Buku Anak Sedunia tanggal 2 April.

Bingung harus diatasi dengan belajar, oleh karena itu mari menelusuri masing-masing Hari Anak yang memusingkan itu.

Dikutip dari Tirto, Hari Anak pada 1 Juni adalah tradisi yang dimulai di Amerika Serikat sejak 1857. Sekian puluh tahun kemudian, di tahun 1950, tanggal itu ditegaskan sebagai Hari Anak oleh kongres Federasi Demokrasi Internasional Wanita (Women’s International Democratic Federation, WIDF) di Moskow, Uni Soviet.

Di tahun yang sama, organisasi perempuan di Indonesia bernama Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) bergabung dengan WIDF. Setelah bergabung, Gerwani mengadaptasi Hari Anak Sedunia dan Hari Perempuan Sedunia (8 Maret) untuk turut dirayakan di Indonesia.

Historia mengutip buku sejarawan Saskia E. Wieringa Penghancuran Gerakan Perempuan yang menjelaskan alasan Gerwani membawa perayaan itu ke Indonesia. “Seruan itu dibarengi dengan ajakan menetapkan 1 Juni sebagai Hari Anak-Anak Internasional.” demikian ditulis Wieringa. “Keduanya merupakan perayaan ‘sosialis’ yang didukung kuat WIDF.”

Ketika tragedi ’65 terjadi dan Gerwani ditumpas, pemerintah memutuskan tidak meneruskan tradisi perayaan Hari Anak 1 Juni dan Hari Perempuan 8 Maret yang identik dengan masyarakat komunis. Sebagai gantinya, sejak 1984, pemerintah Soeharto menetapkan Hari Anak Nasional dirayakan pada 23 Juli.

Balik lagi ke tahun 1954, waktu itu PBB bikin hari anaknya sendiri, dengan judul Hari Anak Universal. Tanggalnya ditetapkan pada 20 November.

Tapi entah bagaimana ceritanya, yang mana tidak bisa saya temukan asal-usulnya, ada perayaan Hari Anak di Indonesia pada hari ini, 7 November. Dari hasil googling dan cari-cari di media sosial, sejumlah sekolah di Kalimantan, Aceh, dan Jawa hari ini merayakan Hari Anak. Ada yang bilang ini Hari Anak Sedunia, ada yang bilang hari ini Hari Anak Nasional.

Karena persoalan ini terlalu membingungkan, mari kita tinggalkan saja.

Pada intinya, ketika Anda mengulik Wikipedia, Anda akan tahu Hari Anak di seluruh dunia dirayakan di tanggal yang beragam. Dan yang merayakan Hari Anak pada 7 November cuma Afrika Selatan. Apakah ini artinya ada kesepakatan di bawah tangan antara sekolah-sekolah di Indonesia dengan sekolah-sekolah di Johannesburg? Wallahualam.

Kini kita beralih ke perayaannya sendiri. Karena namanya Hari Anak, harusnya Hari Anak diisi dengan kegiatan yang menyenangkan anak. Tapi Riyan Setiyawan, salah seorang esais Mojok yang bekerja sebagai guru di Blora, mendapat pertanyaan kritis dari muridnya soal ini. Berikut saya kutipkan status Facebook blio.

Salah siji siswaku protes. Jarene peringatan hari anak kok ora istimewa blas. Ngopo dijenengi hari anak nek dolanane mung engklek, dakon, karo loncatan. Kui tanpo peringatan hari anak, dolanane mbendino ncen wis ngono kae.

Lha aku sing dadi gurune yo ora kurang jawaban. Tak wangsuli “Lha kowe yo podo ae kok. Hari anak ki kan dikon nggowo panganan bergizi soko omah. Kenopo kowe mung nggowo sego, mi, karo endog? Kui tanpo enek jeneng peringatan hari anak, pangananmu mbendino lak kui eh?”

Terjemahan:

Salah satu muridku protes. Katanya peringatan hari anak, kok nggak istimewa sama sekali. Kenapa dinamain hari anak kalau perayaannya cuma main engklek, dakon, sama lompat tali. Nggak perlu peringatan hari anak, mainan anak tiap hari udah kayak gitu.

Lha aku yang jadi gurunya nggak kurang jawaban. Aku balas, “Lha kamu ya sama saja. Pas hari anak kan kamu disuruh bawa makanan bergizi dari rumah. Kenapa kamu malah bawa nasi, mi, sama telur? Kayak gitu sih nggak perlu ada peringatan hari anak, makananmu tiap hari memang itu, kan?

Tanpa menihilkan jawaban cerdas gurunya, protes si murid ada benarnya juga. Di mana letak keriaan hari anaknya kalau yang nentuin acaranya orang tua lagi, orang tua lagi.

Mbok sekali-kali Hari Anak dirayakan pakai kegiatan yang disukai anak. Misal, bebas main hape seharian tanpa diomelin. Boleh makan ciki sepuasnya. Tidak dilarang begadang. Boleh bebas nyuruh-nyuruh orang tua. Sehari bebas dari kemarahan orang dewasa. Dan seterusnya.

Kalau kayak gitu kan baru senang. Gimana sih.

BACA JUGA Ketika Anak-anak Bertanya tentang Kafir atau esai PRIMA SULISTYA lainnya.

Exit mobile version