Kenapa Cuma Kita yang Tidak Diundang ke Pernikahan Teman?

MOJOK.COAda beberapa alasan kenapa kita tidak diundang ke pernikahan teman. Nggak usah marah-marah dan komen, “Kok aku nggak diundang???!!!” seenaknya, deh!

Sebagai perantau, selama beberapa tahun terakhir, saya terhitung jarang pulang ke kampung halaman, apalagi nongkrong bersama teman-teman yang tersisa di sana. Kabar soal kawan-kawan satu almamater, baik semasa SD, SMP, maupun SMA pun hanya saya pantau sekilas lewat Instagram Story atau foto-foto unggahan di lini masa. Teman yang tadinya bertemu setiap hari kini terasa seperti orang yang kebetulan saja menjadi teman di akun media sosial.

Lalu hadirlah suatu masa unik di Instagram—kalau tidak salah masa ini muncul memasuki usia 20-an ke atas—yaitu masa di mana foto-foto lamaran mewah, pre-wedding, hingga kejutan ala-ala bridal shower mulai ramai bermunculan. Berkat tahapan-tahapan foto ini, saya—dan kira-kira 300 siswa lain dalam satu angkatan di SMA—tahu bahwa si Anu baru saja dilamar kekasihnya atau si Itu hendak menikah dua minggu lagi. Pernikahan—dalam sekejap—menjadi titik balik caption-caption romantis dan foto-foto menarik yang likes-nya mencapai angka minimal 85.

Sayangnya, meski kita tahu bahwa, misalnya saja, Anita dari kelas IPA 5 akan menikah dengan Robi dari kelas IPS 3, belum tentu kita akan hadir di sana—di pesta Anita dan Robi. Dalam suatu grup chat terbatas, percakapan semacam ini pernah terjadi:

Teman 1: Besok kondangannya bareng, yuk!

Teman 2: Yuk, jemput aku, ya.

Teman 3: Aku nyusul, soalnya mau perpanjang SIM dulu. Yang kemarin kependekan.

Saya: Hah, hah, gimana, gimana? Siapa yang nikah???

Ya, Teman-teman sekalian, kamu—atau kita-kita semua (hah, kita???)—tentu mempunyai peluang untuk tidak diundang ke pernikahan teman satu angkatan. Kalau orangnya nggak kenal-kenal banget sama kita, sih, kita bisa menghibur diri sendiri dengan bilang, “Oh, Anita yang matanya kalau tidur merem itu, ya? Aku nggak begitu deket sama dia. Cuma tahu doang. Hehe,” sementara sebenarnya dalam hati kita bertanya-tanya kenapa teman-teman kita yang lain diundang padahal mereka juga tak pernah sekelas dengan Anita.

Maksudnya… Apa, sih, salah kita (hah, kita???) sampai-sampai kita harus menjadi satu-satunya orang yang tak tidak diundang ke pernikahan teman??? Apakah kita ini segitu nggak pentingnya bagi mereka yang sedang menikah??? Apakah nama kita cuma kelupaan ditulis??? Apakah kita pernah tanpa sengaja menyakiti hati si teman??? Apakah kita ketahuan sudah meng-hide akun Instagramnya, jadi dia balas dendam???

Berbagai pertanyaan tadi mungkin berkecamuk di kepala begitu kita menyadari kita tak mendapat undangan pernikahan. Apalagi, teman-teman yang diundang pun dengan sigap memasang update foto dan Story di Instagram sambil berkicau tentang serunya reuni kecil-kecilan dengan teman-teman yang lain. Duh, nyeri :(((

Tenang dulu, Saudara-saudara. Usut punya usut, ada beberapa alasan yang harus kita pahami kenapa kita tidak diundang ke pernikahan teman. Sebelum marah-marah dan komen, “Kok aku nggak diundang???!!!” di foto terbarunya di Instagram, ada baiknya kamu menenangkan diri dan membaca alasan-alasan berikut ini.

Pertama, temanmu mungkin benar-benar lupa. Hectic. Jadwal padat.

Yah, mau bagaimana lagi; pernikahan itu bukan sekadar sidang skripsi terbuka yang bisa di-broadcast dengan mudah sampai teman-temanmu datang. Pernikahan tentu mengharuskan kita melakukan persiapan ini dan itu yang tak mudah dan harus detail.

Jadi, yaaaa, harap maklum saja kalau temanmu lupa menuliskan namamu, apalagi kalau kamu sebenarnya tak dekat-dekat amat dengannya.

Kedua, ingat-ingat alasan ini kalau kamu merantau ke luar kota: temanmu mungkin tak ingin membebanimu.

Saat sebuah undangan dikirimkan, tentu ada harapan agar si penerima bisa datang ke acara yang dimaksud. Masalahnya, kalau kamu ada di Balikpapan, sedangkan teman kita menikah di Purwokerto, bukankah ada usaha besar yang harus disisakan di sana?

Ketiga, berpikiranlah positif; siapa tahu acara pernikahannya hanya diselenggarakan untuk kerabat dekat dan keluarga besar.

Yaaaa, simpelnya sih gini—pikir lagi aja baik-baik: kamu itu siapa, mylov??? Bundanya??? Teman curhatnya??? Following-nya di Instagram???

Udah, deh, terima nasib aja~

Keempat, mungkin saja kamu tidak diundang ke pernikahan teman karena alasan yang sama, yaitu kamu tidak mengundang teman ke acaramu sendiri.

Coba ingat baik-baik: apakah pesta ulang tahunmu yang ke-8 mengundang si teman untuk datang??? Apakah kamu mem-follow-nya balik di Instagram dan Twitter??? Apakah waktu dia wisuda kamu datang memberinya bunga, setelah kamu ingat betul bahwa dia datang ke wisudamu dan membawa boneka bertoga??? Apakah kamu mengundangnya datang ke pesta pernikahanmu—eh tunggu, kamu kan belum nikah, ya.

Ya, ya, ya. Siapa tahu, temanmu juga merasa sedih hatinya karena tak dapat hadir ke acara-acara pentingmu sebelum ini. Secara sederhana, dia sedang melakukan hal yang bernama balas dendam. Mamam~

Kelima, jika kamu mengalami peran sebagai seseorang yang tidak diundang ke pernikahan teman seperti pada kisah Saya di pernikahan Anita dan Robi, cobalah untuk berkaca baik-baik.

Bisa jadi, kamu memang temannya Anita yang patut kecewa karena tidak diundang.

Tapi, coba ingat-ingat: kalau kamu ternyata juga adalah mantannya Robi, ya pantes-pantes aja kamu nggak diundang, Marianaaaaa! Hadeeeeh!

Exit mobile version