Insiden Bendera Terbalik, Kesalahan Upacara 17 Agustus yang Paling Sering Terjadi

bendera terbalik upacara 17 agustus hari ulang tahun kemerdekaan indonesia

bendera terbalik upacara 17 agustus hari ulang tahun kemerdekaan indonesia

MOJOK.COSiapa bilang upacara bendera 17 Agustus dalam HUT RI selalu berakhir kaku. Kadang ada juga upacara yang berakhir dramatis, memalukan, sampai bikin geli.

Entah apa yang muncul di pikiran Pedy Idowari, Fajar Rustam, dan Abdul Kadir begitu sampai rumah. Mereka jelas tak bakal lupa dengan pengalaman menjadi pasukan pengibar bendera (paskibra) upacara Hari Ulang Tahun Republik Indonesia di Manokwari, Papua Barat, pada 2010 silam. Bisa jadi, mereka bertiga cuma tertawa ngakak karena mendadak jadi orang terkenal satu kampung.

Bukan apa-apa, upacara bendera 17 Agustus itu sebenarnya merupakan seremoni yang biasa saja. Tetep istimewa sih, karena toh itu peringatan Hari Kemerdekaan, tapi ya akan jadi pengalaman yang tak mungkin bisa dilupakan Pedy, Fajar, dan Kadir di sisa hidup mereka nanti.

Upacara bendera 17 Agustus untuk menyambut ulang tahun (saat itu) ke-65 ini sudah dipersiapkan oleh Pedy, Fajar, dan Kadir dengan segenap jiwa raga. Tidak hanya persiapan fisik, persiapan mental tentu sudah ditempa. Maklum, tidak semua orang bisa terpilih menjadi paskibra, apalagi menjadi petugas di hadapan Gubernur Papua Barat saat itu, Abraham O. Ataturi beserta tamu-tamu penting.

Barangkali tekanan mental karena ini merupakan upacara bendera di hadapan Gubernur dan menjadi seremoni se-Kabupaten, Pedy, Fajar, dan Kadir jadi hilang fokus. Meski sudah latihan berminggu-minggu, jika sudah grogi, maka apa yang sudah diatur dalam latihan memang bisa berantakan. Apalagi gerakan menjadi petugas bendera memang cukup belibet. Salah timing satu orang saja bisa ambyar semua.

Benar saja, upacara bendera yang dilaksanakan pukul 09.00 WITA pagi itu menjadi bahan cekikikan dan sempat bikin gaduh. Ketika Pedy, Fajar, dan Kadir akan mengibarkan bendera, bendera yang mereka kaitkan ke tali tiang bendera salah urutan.

Jika seharusnya kait untuk warna merah di atas dan kait untuk warna putih di bawah, mereka malah kebalik. Alhasil bukan bendera Indonesia yang berkibar di hadapan Gubernur Papua Barat, melainkan bendera Polandia.

Sudah gagah mengembangkan bendera di hadapan peserta upacara, eh, ternyata salah. Untung benar ketiganya tidak kelewat panik, sehingga bendera Polandia itu tidak sempat dikerek sampai ke atas. Setelah direvisi dikit, akhirnya bendera merah putih bisa berkibar dengan gagah di atas tiang bendera.

Barangkali, jika kesalahan ini terjadi di Jember atau Jakarta—misalnya—pihak-pihak terkait tak perlu menjelaskan sedemikian rupa. Masalahnya, hal ini terjadi di Papua Barat. Ya kita tahu lah, bagaimana sentimen gerakan Papua Merdeka terhadap Indonesia atau isu-isu mengenai hal itu.

Oleh karena itu Kabid Humas Polda Papua, Kombes Wachyono pun perlu mengklarifikasi bahwa pengibaran bendera Polandia itu murni kesalahan saja. Lagian, apa urusannya juga Pemerintahan Polandia sama Papua sampai ada kecurigaan ada intelijen mereka yang nyamar jadi Paskibra di Papua Barat segala?

“Kejadian itu murni keteledoran atau kelalaian,” kata Kombes Wachyono saat itu.

Iya, Pak, iya, kita semua percaya kok. Itu lumrah-lumrah aja kok. Paskibra kan juga manusia. Bisa berbuat salah dan dosa, apalagi cuma urusan kekeliruan mengibarkan bendera Polandia.

Tapi kejadian itu masih mending ketimbang yang dialami Paskibra di Medan, Sumatra Utara, pada 2014. Jika Pedy, Fajar, dan Kadir masih bisa membagi rasa malu (karena dilakukan tiga orang), apa yang dialami seorang Paskibra perempuan di Medan ini benar-benar tak bisa dibagi.

Pasalnya, ada insiden di mana rok yang digunakan seorang Paskibra melorot. Tentu saja secara refleks petugas ini terus memegangi roknya jangan sampai lepas. Sial sekali memang, di saat di hadapan belasan sampai puluhan peserta upacara bendera, momen memalukan itu justru terjadi.

Di sisi lain, kadang-kadang upacara 17 Agustus malah bisa jadi peristiwa yang dramatis—alih-alih memalukan. Hal ini terjadi di Pulau Maratua, pada 2018. Ketika akan menarik bendera diiringi lagu Indonesia Raya, tali pengait bendera tiba-tiba putus. Akhirnya, petugas yang berada paling dekat dengan bendera harus memeganginya sepanjang lagunya selesai.

Karena tali putus, maka bendera tidak jadi dinaikkan dan hanya dipegangi oleh anggota Paskibra yang bertugas menaikkan bendera Merah Putih. Gara-gara kejadian ini, diketahui beberapa anggota Paskibra sampai sedih luar biasa. Apalagi disebutkan ada yang nyaris pingsan karena kelewat kecewa dengan kejadian itu.

Benar-benar tak diduga, pengibaran bendera saat upacara 17 Agustus pun ternyata bisa menjadi begitu sentimentil kayak gitu. Jauh lebih sentimentil ketimbang cuma keliru mengibarkan bendera di negara yang salah.

Exit mobile version