Fase Patah Hati: Stalking Mantan Itu Ternyata Wajar

MOJOK.CO Kata siapa move on itu gampang dan nggak perlu stalking mantan? Situ nggak pernah putus cinta dan punya mantan yang disayangi sepenuh hati, ya?! Situ nggak tahu fase patah hati, ya?!

Saya pernah putus cinta—kamu pun mungkin begitu. Umumnya, setelah putus cinta, hati yang terpotek-potek bakal membuat kita enggan tersenyum dan lebih memilih menangis, atau minimal merenung lalu murung.

Beberapa dari kita juga keheranan saat mendapati diri malah stalking mantan atau mendengarkan lagu galau. Jangankan yang baru putus, yang udah putus sejak lama pun kadang melakukan hal ini, lalu terhanyut bersama kenangan. Lemah!

Pertanyaannya, KOK BISA, SIH???

Meski cuma terdiri dari dua kata, move on ternyata nggak gampang-gampang amat untuk kita lakukan, apalagi jika hubunganmu dan si mantan telah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Berhasil move on pun tidak lantas diwujudkan hanya dengan bilang, “I’m okay. I’m totally fine without him/her!”, lalu sok-sokan bersikap teguh walau hati masih DDK alias Dikit-Dikit Kangen. Hadeeeh~

Nyatanya, gaes-gaesku, seluruh tingkah lakumu itu masih terbilang wajar dalam menghadapi patah hati, kok. Yha, seluruhnya—termasuk soal stalking mantan, nangis saat mendengar lagu mellow, berharap untuk bisa balikan, atau bahkan menyobek-nyobek fotonya, tapi kemudian disatukan kembali dengan isolasi sambil dipeluk-peluk penuh nestapa.

Diadaptasi dari Teori Kesedihan oleh Kubler-Ross, setidaknya ada beberapa fase patah hati yang harus kamu—dan saya—lalui setelah cinta yang tadinya terasa manis seperti cokelat mendadak berubah ‘menjijikkan’ serupa kotoran burung.

Pertama, setelah diputusin—atau mutusin—dalam sebuah hubungan cinta, kamu bisa saja merasakan dua opsi ini: sangat sedih atau lega. Tapi, setelah pernyataan itu, kamu mungkin akan merasakan satu hal yang sama: shock.

Ya iyalah shock. Kalau biasanya chat bilang “Met bobo, My Darling, My Beautiful Honey”, sekarang kamu cuma bisa scroll tab explore Instagram tanpa arah. Kalau biasanya kamu pergi berdua, sekarang kamu harus terbiasa pergi sendiri.

Eh, tapi tenang, kalau masih pengin pergi berdua, kamu bisa order ojek online, kok~

Kedua, kamu akan masuk ke gerbang denial alias penyangkalan. Kenapa putus? Kok gue diputusin? Bukannya hubungan kita lagi baik-baik aja?

Masa-masa ini menjadi masa di mana jiwa-jiwa penuh cinta (preeet!) yang baru saja patah mulai labil dan menyangkal keadaan patah hati.

Naaah, di fase inilah kamu masih dengan teraturnya stalking mantan atau menyapa si dia lewat WhatsApp dan seluruh platform media sosial yang dia punya. Pokoknya, kamu harus tahu apa yang dia lakukan dan dengan siapa dia jalan!

Ketiga, kamu akan memilih untuk mengisolasi diri sendiri. Artinya, setelah menerima dukungan dari sahabat dan orang terdekat, kamu bakal mulai lelah dan akhirnya mlipir dalam kesendirian dan kesunyian hati~

Keempat, kamu akan marah. Iya, marah. MARAH. M-A-R-A-H.

Kenapa dia minta putus? Kok dia seenaknya aja memutuskan hubungan? Emangnya dia pikir dia sendiri yang berjuang dalam hubungan ini? Emangnya dia nggak ngaca???

Kemarahan ini biasanya diikuti dengan aksi lanjutan dari stalking mantan, yaitu nge-block akun media sosial mantan. Selain itu, kemarahanmu juga akan muncul dalam bentuk curhat blak-blakan dengan temanmu. Penuh emosi, kamu meluapkan kebencianmu pada mantan dengan menceritakan hal-hal jelek yang dimiliki mantanmu. Pokoknya, semua orang harus tahu kalau dia itu jahat dan kejam!

Kelima, kamu tidak akan seemosional di fase sebelumnya. Kamu justru akan masuk ke fase patah hati di mana kamu mulai berandai-andai.

Setelah marah-marah, bukannya langsung move on, kamu malah teringat lagi hal-hal baik yang pernah ia lakukan. Tak pelak, kamu pun berandai-andai: bakal gimana jadinya kalau kamu dan dia tidak terhanyut pada pertengkaran yang berujung putus? Gimana pula jadinya kalau hari ini kamu masih merayakan tahun jadian yang kelima dengannya? :(((

Keenam, kamu mungkin saja putus asa, bahkan mengalami depresi ringan. Rasa sedih yang mendadak karena teringat masa lalulah yang jadi alasannya.

Kamu pun jadi jarang mandi, jarang potong kuku, dan jarang keramas—padahal, yah, itu cuma alasan aja dari sikapmu yang emang males. Wkwk.

Ketujuh, kamu akhirnya akan menerima bahwa cintanya tak lagi untukmu. Di fase patah hati ini, akhirnya kamu benar-benar ikhlas mengganti status In a Relationship-mu di Facebook menjadi Single, serta menghapus nama mantanmu yang diikuti lambang cinta pada bio Instagram-mu.

Meski seluruh tahap ini tidak mutlak dialami oleh semua orang setelah putus cinta dan resmi punya mantan, kesedihan itu tetaplah terasa sama. Namun demikian, sebagaimana kesedihan, kebahagian pun pasti akan segera datang padamu. Eaaa~

Wahai jiwa-jiwa yang patah, meringislah!

Exit mobile version