Empat Vokalis Selain Giring yang Cocok Menjadi Presiden Indonesia

giring

MOJOK.COBukan tak mungkin kelak Indonesia akan dipimpin oleh seorang vokalis.

Karier politik mantan vokalis Nidji Giring tampaknya bakal semakin moncer di masa depan. Sehari lalu, Giring secara resmi ditunjuk menjadi pelaksana tugas (Plt) ketua umum PSI. Penunjukkan Giring sebagai Plt karena Grace Natalie harus menyelesaikan studi S2 di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National Universtity of Singapore (NUS), Singapura.

Penunjukkan Giring tersebut sesuai dengan hasil rapat dengan Pengurus DPP dan Dewan Pembina PSI.

Selain ditunjuk sebagai Plt, Giring juga sempat meramaikan linimasa pemberitaan karena dirinya diisukan mencalonkan diri sebagai presiden. Hal tersebut merupakan buntut dari viralnya baliho bergambar Giring bertuliskan “Giring untuk presiden 2024”.

Walau informasi tentang langkah Giring untuk mencalonkan diri sebagai presiden masih simpang siur, namun tentu saja kemunculan baliho yang kemudian viral tersebut menjadi sesuatu yang menarik.

Selama ini, belum pernah ada penyanyi atau vokalis yang kemudian terpilih menjadi Presiden. Kalau Presiden yang kemudian berkarier sebagai penyanyi dan bahkan bisa menelurkan album, itu sudah ada. Pak SBY pernah melakukannya.

Nah, jika ternyata Tuhan menakdirkan bahwa Indonesia kelak bakal dipimpin oleh seorang vokalis, maka bukan mustahil Giring bisa menang Pilpres dan terpilih menjadi presiden.

Tentu saja bukan hanya Giring yang punya potensi terpilih menjadi Presiden. Ada sosok-sosok vokalis lain yang kans-nya sangat besar untuk terpilih sebagai presiden.

Selain Giring, setidaknya masih ada empat nama lain yang kemungkinan bisa terpilih menjadi Presiden.

Pasha

Sigit Purnomo Said alias Pasha eks Ungu tak bisa dimungkiri punya karier politik yang cukup moncer seperti Giring. Bahkan boleh dibilang lebih sukses. Di Pilkada pertamanya, ia berhasil memenangkan Pilkada Kota Palu dan berhasil terpilih menjadi Wakil Walikota mendampingi politisi PKB Hidayat.

Pengalamannya bertarung di Pilkada ini tentu merupakan modal yang cukup besar baginya untuk terjun di Pilpres. Popularitasnya, lagu-lagunya, dan tampangnya yang tak buruk-buruk amat itu tentu sangat menjual.

Selain itu, jangan pernah ragukan militansi para Qliquers yang walau sudah tak sesolid dulu, namun masih tetap layak untuk diperhitungkan.

Duta

Akhdiyat Duta Modjo boleh dibilang adalah vokalis yang sangat merepresentasikan sosok Mas-mas Jawa. Suaranya yang merdu dengan aksen yang cukup medok, tak ubahnya seperti sosok Jokowi minus suara merdu. Pas sudah.

Band yang ia gawangi, Sheila on 7, juga selama ini dikenal sebagai band yang tidak punya haters. Hal tersebut bisa menjadi sebuah nilai lebih bagi Duta.

Ia punya citra sebagai family man yang sempurna. Rumah tangganya hangat dan hampir tak pernah diterpa isu miring. Selain itu, kisah-kisah tentang kesederhanaan Duta juga banyak beredar. Ia sering futsal dan makan mie ayam di warung mie ayam di sekitar rumahnya. Ia juga tak sungkan untuk menghadiri dan kemudian menyumbang lagu di acara resepsi-resepsi nikahan kawan atau sudaranya.

Sangat susah untuk mencari kekurangan seorang Duta. Dan itu adalah modal yang sempurna.

Iwan Fals

Tak ada yang meragukan kebesaran nama Iwan Fals. Ia, adalah salah satu musisi paling besar yang pernah ada di Indonesia. Hampir semua penduduk dewasa Indonesia tahu setidaknya salah satu lagu Iwan Fals.

Ia sosok yang sangat layak untuk mencalonkan diri sebagai seorang presiden. Ia punya nama besar, juga punya kisah from zero to hero yang bisa dijual.

Urusan kepekaan sosial, Iwan Fals tak terbantahkan. Ia peduli pada kaum-kaum minor yang punya nasib apes. Setidaknya, hal tersebut tercermin dari lagu-lagunya: Kaum pengangguran (Sarjana Muda), anak-anak pekerja (Sore tugu Pancoran), Pekerja seks komersial (Doa pengobral dosa), Guru bergaji kecil (Oemar Bakri), sampai korban kecelakaan (Celoteh camar tolol).

Senjata utama yang bisa digunakan oleh Iwan Fals jika kelak ia berkontestasi dalam Pilpres tentu saja adalah para penggemarnya yang dikenal sangat militan.

Tentu bisa dibayangkan, betapa akan ramainya Pilpres jika Iwan Fals ikut berkontestasi. TPS akan penuh dengan orang-orang dengan bendera Indonesia di tangan kanan dan bendera OI di tangan kirinya.

Mereka akan berteriak-teriak seperti orang kesetanan “Bongkar!… Bongkar!..”

Rhoma Irama

Rhoma punya sumbangsih yang sangat besar terhadap kehidupan akhlak bangsa ini. Rhoma, bersama Soneta-nya melalui berbagai lagu dengan konsep Syiar dalam Syair telah mampu memberikan banyak perbaikan akhlak.

Bersama Soneta dan ditemani oleh gitar amputasi-nya, beliau sukses mengguncang jagad hiburan Indonesia, juga sukses “mencuci-otak” masyarakat dengan lagu-lagu-nya. Ia punya banyak sekali penggemar. Bahkan berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film- film yang dibintanginya, di tahun 1984 alias puncak masa jaya seorang Rhoma Irama, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia.

Tentu tak terhitung berapa jumlah anak yang kemudian mendapatkan pencerahan untuk lebih berbakti kepada ibu-nya setelah mendengarkan lagu “Keramat”. Tak terhitung pula berapa remaja yang tercerahkan untuk menjauhi minuman keras dan narkoba setelah mendengarkan lagu “Mirasantika”. Hal ini masih belum termasuk dengan lagu-lagu lain yang syairnya sebagian besar berisi ajakan untuk berbuat baik dalam berakhlak dan bermasyarakat.

Tak heran jika kemudian sampai muncul guyonan soal sumber hukum orang Islam itu ada lima: Quran, Hadits, Ijma, Qiyas, dan lagu-lagu Rhoma Irama.

Di era keemasannya, Rhoma Irama tidak perlu bagi-bagi duit untuk kumpulkan lautan massa di area pertunjukannya.

Bangsa ini memang sedang menantikan sosok Satria Piningit, bukan Satria bergitar. Kendati begitu, sosok Rhoma Irama tentu layak jika mencalonkan diri sebagai seorang calon presiden.

Exit mobile version