Dianggap Konyol atau Tidak, Aksi Protes Dinar Candy Memakai Bikini Adalah Peringatan Besar bagi Pemerintah

dinar candy

MOJOK.COAksi turun ke jalan berbikini yang dilakukan oleh Dinar Candy seharusnya menjadi peringatan besar bagi pemerintah.

Mohamed Bouazizi adalah pemuda Tunisia biasa dengan kemiskinan yang luar biasa. Ia bekerja menjadi seorang penjual buah untuk menghidupi dirinya dan anggota keluarganya.

Pekerjaan sebagai pedagang buah itu terpaksa harus ia jalani sebab ia memang tidak bisa mendapatkan pekerjaan formal dengan gaji yang layak.

Penghasilannya sebagai pedagang buah yang hanya 150 dolar per bulan kerap tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia benar-benar hidup dalam kondisi yang amat memprihatinkan.

Dalam kondisi yang amat sulit itu, keberuntungan seperti enggan mendekat. Sebaliknya, kesialan seolah serupa lalat yang terus-menerus mengitari dan menghinggapinya.

Pemerintah lokal kerap sekali menarik pungutan kepada Bouazizi. Hal yang tentu semakin membuat penghasilan Bouazizi yang sudah kecil itu semakin tergerus.

Suatu kali, Bouazizi menolak untuk memberikan uang pungutan karena ia merasa uang hasil dagangannya belum mencukupi.

Seakan tak kenal belas kasih, para petugas pemerintah itu justru merampas buah-buahan milik Bouazizi.

Ketika para petugas itu kemudian mencoba merebut timbangan buah miliknya, Bouazizi mencoba mempertahankannya. Hasilnya, para petugas itu beramai-ramai menghajarnya. Ia kemudian ditinggalkan begitu saja dengan tubuh penuh lebam akibat bogem dan sepakan yang dilayangke ke sekujur tubuhnya.

Dengan tubuh yang penuh luka hajar itulah, Bouazizi tetap berusaha untuk mempertahankan penghidupannya. Ia mendatangi kantor kota dan meminta agar barang-barang miliknya dikembalikan.

Namun upayanya itu ternyata gagal. Ia menangis dan berteriak karena merasa diperlakukan tidak adil.

Ia merasa sudah tidak ada cara lain selain mati. Ia kemudian membeli sebotol bensin dan kemudian membakar diri.

Tindakan gila itu ia lakukan tepat seminggu sebelum hari natal tahun 2010. Ia kemudian meninggal dua minggu setelahnya karena luka bakar 90 persen yang ia derita.

Kelak, kabar kematiannya itu kemudian menjadi momentum masyarakat untuk berani menyuarakan protes dan memancing gelombang unjuk rasa besar-besaran di seluruh Tunisia. Ribuan orang turun ke jalan.

Api yang membakar Bouazizi pada akhirnya bukan hanya membakar tubuh mudanya, api itu ternyata juga membakar kemarahan rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan.

Gelombang kemarahan itu pula yang kemudian membuat Presiden Tunisia Ben Ali akhirnya lengser setelah 23 tahun berkuasa.

Tak cukup di situ, kematian Bouazizi juga ikut menginspirasi gerakan reformasi besar-besaran yang terjadi di Mesir, Libya, Yaman, hingga Suriah.

Tindakan “konyol” Bouazizi membakar dirinya sendiri karena terpojok oleh keputusasaan akan hidup itu benar-benar menjadi sebuah momentum perubahan yang besar bagi negara-negara arab.

Delapan tahun sebelumnya, di belahan bumi yang lain. Perubahan besar yang diawali dengan “kekonyolan” atas dasar keputusasaan juga terjadi.

Perang besar di Sudan antara kelompok selatan dan utara yang telah terjadi bertahun-tahun benar-benar meluluhlantakkan negeri tersebut dan membuat banyak perempuan dan anak-anak turut menjadi korban. Tercatat setidaknya sudah 2 juta orang tewas karena perang tersebut.

Seorang guru besar bernama Samira Ahmad pun kemudian menginisiasi gerakan yang kemudian disebut sebagai sexual abandoning.

Ia mengajak para perempuan untuk menolak berhubungan intim dengan suaminya sebagai bentuk protes atas perang.

Kelak, inisiasi “konyol” itu ternyata menyebar dengan cepat dan kemudian membuat banyak laki-laki stres hingga akhirnya berhasil memaksa ditandatanganinya perjanjian perdamaian.

Cara yang sama kemudian dilakukan juga oleh para perempuan di Kenya untuk memprotes perang yang terjadi karena ketegangan politik antara Perdana Menteri Raile Odinga dan Presiden Mwai Kibaki.

Potes mogok seks tersebut bahkan didukung penuh oleh istri sang Perdana Menteri Ida Olinga.

Gerakan mogok seks ini berlangsung dengan makin intens dan bahkan semakin meluas dengan melibatkan para pekerja seks komersial.

Hasilnya, banyak lelaki yang kemudian menderita tekanan mental dan kegelisahan luar biasa yang berujung pada keputusan perundingan antara sang Perdana Menteri dan Presiden.

Kondisi yang sulit yang ditambah dengan kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada kaum yang terpinggirkan memang berpotensi memicu protes dengan banyak cara, termasuk cara-cara yang dianggap konyol.

Dunia sudah membuktikan bahwa banyak perubahan besar terjadi dengan diawali oleh “kekonyolan-kekonyolan” yang heroik.

Maka, ketika Dinar Candy melakukan protes terhadap kebijakan perpanjangan PPKM dengan turun ke jalan dengan memakai bikini, hal tersebut boleh dibilang merupakan satu dari sekian bentuk protes yang bisa dilakukan.

Bahwa menganggap protes Dinar Candy sebagai bentuk protes orang-orang yang terpinggirkan, tentu itu kurang relevan, sebab bagaimana pun, seorang Dinar Candy, yang tarif endorse-annya mahal, tentu tidak cukup layak untuk merepresentasikan orang-orang yang paling terdampak oleh PPKM.

Namun jika mengesampingkan faktor representasi, protes dengan memakai bikini, baik dilakukan oleh masyarakat miskin (tentu bikini kita ganti dengan bra dan celana dalam, agar lebih relevan) atau dilakukan oleh seorang Dinar Candy merupakan bentuk protes konyol yang memang paling masuk akal untuk dilakukan.

Batasan konyol dan bermoral, di tengah himpitan kemiskinan dan kesulitan dalam mencari nafkah memang menjadi amat tipis.

Protes dengan tampil seronok di muka umum tentu adalah hal paling “putus asa” yang bisa dilakukan (tentu jika protes dengan bunuh diri kita kesampingkan) utamanya oleh para perempuan ketika banyak jenis protes yang lain sudah dilakukan namun tidak menghasilkan apa-apa.

Para perempuan di wilayah Besipae pernah melakukannya. Mereka membuka baju dan pakaian dalam mereka di depan Gubernur NTT Viktor Laiskodat sebagai bentuk protes terhadap Pemerintah NTT yang tanah kawasan Besipae.

Perempuan masyarakat adat Raja Na Opat Sigapiton di Kabupaten Toba Samosir juga pernah melakukan aksi serupa untuk menghadang aparat dan alat berat yang akan membuka pembangunan jalan sebagai bagian dari pengembangan industri pariwisata di kawasan Danau Toba.

Begitu pula yang dilakukan oleh para perempuan di daerah sekitar Taman BMW saat menolak penggusuran lahan yang sudah mereka tempati sejak lama.

Protes-protes “konyol” itu bukan saja bentuk perlawanan yang “mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan”, lebih dari itu, ia adalah sejenis perlawanan yang justru bisa berpotensi menarik perhatian dan atensi yang amat luas dari masyarakat.

Maka, apa yang dilakukan oleh Dinar Candy dengan turun ke jalan hanya dengan memakai bikini itu adalah hal yang berpotensi besar untuk diwaspadai. Ia punya kans untuk tumbuuh menjadi protes yang jauh lebih masif dan melahirkan bentuk-bentuk protes lain yang lebih “konyol” oleh sebab endapan-endapan keputusasaan yang semakin lama semakin tebal.

Ia semacam melahirkan pesan, bahwa seorang Dinar Candy saja sampai harus turun ke jalan berbikini karena memprotes kebijakan perpanjangan PPKM. Kebijakan yang dianggap tidak adil sebab ia tegas membatasi masyarakat namun tidak menjamin logistik bagi masyarakat.

Boleh jadi Dinar Candy hanya mencari perhatian belaka melalui aksinya, namun pesan bahwa ia memprotes perpanjangan PPKM adalah pesan yang nyata dan bisa menjadi gerakan kolektif yang lebih besar oleh siapa saja yang menangkap pesan tersebut.

Dalam posisi itulah, pemerintah seharusnya waspada.


BACA JUGA Pelajaran dari Aldi Taher untuk Kelas Pekerja di Konten Maksiat Deddy Corbuzier dan Dinar Candy dan artikel AGUS MULYADI lainnya. 

Exit mobile version