Dari Selebtwit Apes Itu Kita Belajar Bahwa Sosial Media Berbeda Jauh Dengan Dunia Nyata

selebtwit

Tiap kali ada drama atau skandal di Twitter, baik yang berupa trit maupun yang berupa twit massal, saya selalu girang. Maklum saja, salah satu tujuan saya main Twitter memang adalah untuk mencari keramaian dan keributan.

Sore ini, betapa beruntungnya, saya menemukannya. Dan skandal sore ini dipersembahkan oleh salah seorang selebtwit yang cukup kondang kaloka di lingkaran pertemanan saya. Banyak kawan-kawan saya yang jadi follower dia.

Musabab skandal online tersebut bermula setelah si selebtwit ketahuan ML dengan salah satu followernya. Si follower kemudian mengaku hamil dan lantas menceritakan hal tersebut pada salah seorang kawannya. Singkat kata, melalui drama yang disertai dengan serangkaian skrinsut, tersebarlah skandal tersebut.

Si selebtwit kemudian membikin pernyataan. Ia mengakui bahwa ia memang pernah ML dengan si follower dan mengaku siap bertanggung-jawab.

Urusan ML dengan seseorang sejatinya tentu saja bukan hal yang perlu diributkan amat. Namun khusus untuk si selebtwit, ia bisa menjadi begitu riuh sebab selain ia adalah sosok yang populer di sosial media, ia  juga sering sekali membagikan tips dan trik tentang dunia esek-esek, tentang relationship, tentang safe sex, tentang sikap untuk tidak mudah meniduri anak orang, dsb.

Ia juga dikenal bijak, setidaknya dari twit-twitnya, open minded, dan ngayomi para followernya.

Maka, ketika follower si selebtwit tahu tentang skandal tersebut, banyak yang kecewa dan langsung menghujat si selebtwit.

Menyimak skandal yang melibatkan selebtwit tersebut menjadi hal yang begitu menyenangkan. Pertama, saya banyak menemukan istilah-istilah baru yang selama ini tak saya ketahui. Misal, kata “irl” yang selama ini sering saya temukan di temlen ternyata punya arti “in real life”.

Kedua, entah kenapa, apa saja yang menyangkut tentang dunia kelamin, selalu menyajikan lelucon yang pecah.

Banyak yang menghujat si selebtwit, dan banyak dari sekian hujatan itu sukses memancing tawa saya. Lha betapa tidak, aneka istilah lucu berhamburan keluar. Dari mulai “kontol bercula satu”, “kontol bercabang”, sampai “kontol pertelon”.

Yang ketiga, ini yang paling penting. Skandal tersebut mengajarkan pada saya (dan mungkin kita), bahwa apa yang ada di Twitter tak semuanya sama dengan apa yang ada di dunia nyata.

Selebtwit kebanggaan kita ini, misalnya. Di Twitter ia mengajarkan pada para followernya tentang pentingnya safe sex dan juga sikap untuk tidak mudah meniduri anak orang. Namun pada kenyataannya, di dunia nyata, ia terjungkal pada apa yang ia katakan sendiri di Twitter.

Yah, dari selebtwit kebanggaan kita, yang sekarang sedang apes ini, saya dan banyak warga sosial media memang perlu untuk tidak berharap banyak di sosial media.

Apa yang tampak di sosial media seringkali berbeda 180 derajat dengan kehidupan nyata. Sosial media adalah etalase. Dan selayaknya etalase, ia umumnya hanya menampilkan yang bagus-bagus saja.

Sebagai seseorang yang pernah ketemuan sama perempuan yang avatarnya cakep banget tapi ternyata pas ketemu nggak cakep-cakep amat, saya amat bersyukur bisa belajar lebih dalam tentang kepalsuan sosial media.

Terima kasih mas selebtwit. Yang tabah ya. Bwahahahaha…

Exit mobile version