Cuma Generasi Parno yang Dengar Tembang Jawa Bawaannya Mistis Terooos

tembang jawa mistis lagu jawa seram lingsir wengi lirik lagu lathi bahasa jawa arti lathi film kuntilanak mengundang setan didi kempot sunan kalijaga mojok.co

tembang jawa mistis lagu jawa seram lingsir wengi lirik lagu lathi bahasa jawa arti lathi film kuntilanak mengundang setan didi kempot sunan kalijaga mojok.co

MOJOK.CO Siapa sih yang mendoktrin tembang Jawa mistis dan mengundang setan? Kalau selalu takut sama tembang Lingsir Wengi, pemahaman budaya populernya perlu diluruskan tuh!

Pasca populernya tembang Lathi, ada netizen yang mengaku ‘disapa’ oleh mahluk halus setelah mengunggah videonya. Ada sebuah suara rintihan yang ikut terekam setelah lirik bahasa Jawa dari lagu Lathi terdengar. Banyak yang akhirnya ikutan parno sama lirik bahasa Jawa di lagu Lathi. Padahal kalau diartikan, liriknya biasa aja sih.

Kowe ora iso mlayu saka kesalahan
Ajining diri ana ing lathi

Kamu tidak bisa lari dari kesalahan
Harga diri seseorang ada pada lidahnya

Nggak ada ceritanya lagu Lathi itu berisi syair-syair macapat untuk memanggil setan. Bahkan membahas soal hidup dan mati pun tidak, apalagi soal yang hidup diantara keduanya yaitu, hanthuuu~

Memang nggak semua tembang Jawa selalu dikaitkan sama hal mistis. Nggak semua orang takut dengar orang Jawa nyanyi macapat. Buktinya lagu Pakdhe Didi Kempot malah bikin ambyar, lagu Sagita “Ngamen” berseri itu malah bikin goyang.

Seringnya, tembang Jawa ‘mistis’ yang bikin orang-orang takut itu adalah tembang Jawa yang termasuk langgam, macapat, dan tembang apa pun yang dilagukan dengan cengkok mendayu-dayu kayak sinden. Soal lirik, biasanya orang-orang nggak terlalu peduli. Nggak semua orang bisa bahasa Jawa juga, Boss!

Anggapan tembang Jawa mistis itu sebenarnya bermula dari meledaknya film Kuntilanak garapan Rizal Mantovani pada 2006. Tokoh utamanya, Samantha yang diperankan Jullie Estelle dikatakan punya kemampuan memanggil setan hanya dengan menyanyi tembang Lingsir Wengi. Keren betul, saya juga pengin kalau begini.

Lingsir wengi sliramu tumeking sirna
Aja tangi nggonmu guling
awas ja ngetara
aku lagi bang winga winga
jin setan kang tak utusi
jin setan kang tak utusi
dadya sabarang
Waja lelayu sebet

Menjelang malam, dirimu akan segera sirna
Jangan bangun dari tempat tidurmu
Hati-hati jangan menampakkan diri
Aku sedang dalam kemarahan luar biasa
Jin setan yang kuperintahkan
Jin setan yang kuperintahkan
Jadilh perantara,
untuk mencabut nyawamu

Sayangnya, tembang lingsir wengi dalam film Kuntilanak telah digubah sedemikian rupa liriknya agar makin seram. Padahal, tembang Lingsir Wengi yang terkenal sebelumnya juga sudah mengalami perjalanan panjang. Bergeser dari durma doa yang diciptakan Sunan Kalijaga dengan ritmik Fibonacci dan golden ratio menjadi tembang Jawa campursari yang dinyanyikan Didi Kempot sebagai lagu penuh kerinduan.

Durma versi Sunan Kalijaga bisa sama sekali berbeda liriknya. Sedangkan yang dilagukan Pakdhe Didi adalah lagu kerinduan, campursari buat orang yang benar-benar lagi kasmaran. Kalau nggak percaya saya kasih sepotong lirik Lingsir Wengi ciptaan Sukap Jiman yang dinyanyikan Pakdhe Didi.

Lingsir Wengi
Sepi durung biso nendro
Kagodho maring wewayang
Kang ngreridhu ati
Kawitane
Mung sembrono njur kulino
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno

Menjelang malam
Sepi belum bisa tidur
Tergoda akan bayanganmu
Yang memenuhi hatiku
Awalnya
Hanya bercanda kemudian biasa
Tidak mengira bakal jadi cinta

Jadi dimana seramnya? Sementara lagu Lingsir Wengi versi horor cuma ada di film Kuntilanak dan dinyanyikan pertama kali oleh ibu kos Samantha yang diperankan sama budhe saya. Iya, dia memang budhe saya sih.

Saking larisnya film Kuntilanak ketika itu, bikin rumah produksi bikin sekuelnya sampai tiga kali. Saya yakin Mas Rizal Mantovani pun sampai sekarang masih penasaran dan pengin banget mengulang kesuksesan sinema horornya ketika itu. Tapi di luar semua prestaasi gemilang itu, tembang Lingsir Wengi versi mistis yang justru dapat stigma seram sampai sekarang. Mendarah daging banget sampai empat belas tahun berlalu, masih relevan buat dibahas.

Film Kuntilanak sebagai representasi budaya populer bisa mengaburkan aggapan tembang Jawa yang tadinya biasa aja jadi super menyeramkan dengan bumbu-bumbu hadirnya penampakan. Teman saya yang nggak ngerti bahasa Jawa bisa langsung sembunyi di balik selimut kalau saya nyanyi lagu Lingsir Wengi. Padahal baru melagukan “Ling…”-nya aja dia sudah merinding. Kacau betul.

Walau saya akui banyak langgam Jawa dengan iringan gamelan, tembang macapat yang liriknya sulit dipahami, dan lagu-lagu yang dinyanyikan sinden di pewayangan memang menumbuhkan suasana berbeda. Lagunya yang sayup-sayup itu kalau kedengeran malam hari antara bikin ngantuk atau bikin nggak bisa tidur saking nggak ngerti liriknya. Tapi di sinilah istimewanya tembang Jawa.

Gini aja deh, lagu TikTok yang paling asyik sekalipun kalau dicover sama sinden dan dinyanyikan dengan bahasa Jawa pasti jadi berubah drastis. Kayak lagu “Creep” yang tiba-tiba jadi makin ngenes kalau yang nyanyi Postmodern Jukebox.

Percayalah bahwa tembang Jawa mistis cuma ada di kepalamu berdasarkan penafsiran akan budaya pop yang berkembang. Aslinya tembang Jawa ya biasa aja. Layaknya lagu bahasa Indonesia dengan syair-syair yang indah dan alunan musik. Cobalah berhenti mengaitkan keduanya menjadi satu jalinan. Karena nggak semua orang Jawa kalau meninggal bakal jadi hantu dan menghantui kalian yang nggak ngerti bahasa Jawa. Hadeeeh~

BACA JUGA Review Lathi: Perpaduan Dua Musik Berbeda yang Nggak Maksa atau artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version