Ciri-Ciri Pengguna Narkoba dari BNN yang Sebenarnya Ada dalam Tiap-Tiap Diri Kita

Ciri-Ciri Pengguna Narkoba dari BNN MOJOK.CO

MOJOK.COBNN bikin daftar 52 poin ciri-ciri pengguna narkoba. Coba cek, diri kamu ada di nomor berapa aja?

Dalam salah satu scene film Dua Garis Biru, suatu hari Bima pulang sekolah tanpa membawa motornya. Dengan tampang kusut dan beralasan kalau motornya ketinggalan di sekolah, ia masuk kamar. Ibunya, bingung melihat anak laki-lakinya bersikap tidak seperti biasanya. Selain khawatir, ibunya juga menaruh curiga.

Saat makan malam, si ibu sudah berusaha untuk memperoleh jawaban, alasan anaknya tampak murung dan sangat bad mood. Namun, Bima diam saja. Mungkin ia juga tidak tahu harus bilang apa. Hingga kemudian si ibu menuduh, anaknya pakai narkoba. Ibu Bima betul-betul berkeyakinan seperti itu saat melihat gelagat anaknya yang tiba-tiba jadi mencurigakan. Baik dengan mengira motor Bima yang digadaikan, hingga pandangan matanya yang tidak fokus atau tidak seperti biasanya.

Dalam scene tersebut diperlihatkan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Bahwa memiliki anak yang jadi pengguna narkoba adalah kesalahan terbesar sebagai orang tua. Sampai nggak kepikiran kalau anaknya sedang berada dalam kesalahan lain yang lebih besar: menghamili anak orang.

Stigma yang terpatri dalam pikiran Ibu Bima itu, tentu beralasan. Jangan-jangan, masyarakat kita ini diam-diam telah teracuni dengan list panjang dari BNN (Badan Narkotika Nasional) soal ciri-ciri orang yang patut dicurigai sebagai pengguna narkoba…

…yang disampaikan dengan cukup absurd.

Dalam postingan di akun Twitter BNN tahun 2016, yang kemudian ramai kembali—mungkin karena komedian Nunung dan aktor muda Jefri Nichol tersandung kasus ini, BNN merilis 52 ciri-ciri orang yang menggunakan narkoba. Sebetulnya, dalam “poster” tersebut tertulis 53 poin. Sayangnya, ada typo. Poin nomor tiganya nggak ada. Tapi nggak apa-apa, yang kayak gini sering terjadi di keredaksian Mojok, kok.

Dalam penyebutan ciri-ciri tersebut, sangat disayangkan BNN tidak dengan baik menjelaskan. Apakah seorang pengguna narkoba adalah dia yang hanya melakukan salah satu dari ciri yang disebutkan itu? Ataukah dia melakukan seluruh dari 52 poin tersebut.

Data yang disampaikan dengan terlalu gamblang itu, justu semakin bikin masyarakat jadi bingung. Maksudnya, bukannya sekadar menuduh atau mencurigai orang lain adalah pengguna narkoba. Yang ada, malah jadi mengklaim diri sendiri: lha wong, sebagian besar dari ciri-cirinya ada dalam diri kita.

Saya ambil contoh dari diri saya sendiri.

Poin nomor 4: Keras kepala/susah dinasehati

Kalau kata orang tua saya, sih. Saya itu anak yang keras kepala dan susah untuk dinasehati. Susah dikasih tahu, apalagi untuk hal-hal yang memang nggak sreg bagi saya. Jadi, apakah sikap saya yang seperti ini bisa langsung membuat orang tua saya curiga?

Poin nomor 11: Semakin jarang mengikuti kegiatan keluarga

Iya, betul itu. Soalnya sejak merantau, saya jadi jarang pulang. Biaya tiket mahal. Kalau pulang saat libur weekend, jelas nggak cukup. Libur dua hari hanya untuk perjalanan pulang-pergi. Lha terus ngapain saya pulang kalau hanya capek di jalan? Sedangkan cuti, tidak bisa dilakukan dengan seenak itu. Mohon maaf, saya cuma karyawan, bukan yang punya perusahaan.

Poin nomor 18: Sering pulang lewat larut malam

Iya, biasanya saya keluar kosan jam 7 malam. Kadang nongkrong sama teman-teman sambil diskusi tipis-tipis, kadang ngerjain kerjaan yang belum kelar, kadang juga cuma pacaran. Baru pulang tengah malam dan itu sudah jadi kebiasaan. Iya, saya tahu. Selain dituduh-tuduh jadi pengguna narkoba, perempuan pulang larut malam itu emang nggak pantas! Pamali! Meski keluar malam dengan alasan “sepositif apa pun”, tetep aja, nggak bener.

Poin nomor 24: Waktunya di rumah banyak dihabiskan di kamar sendiri atau di kamar mandi

Terbiasa hidup di perantauan yang lebih sering sendirinya, membuat saya jadi lebih nyaman berada di dalam kamar. Buka laptop, nonton Youtube, atau lihatin timeline medsos. Apalagi kalau ada tamu dateng, malesnya keluar kamarnya jadi berkali-kali lipat: males kalau ditanya-tanya macem-macem. Apalagi kalau malah nanyain: kenapa muka saya jerawatnya malah tambah banyak?

Poin nomor 33: Omongannya basa-basi dan menghindari pembicaraan yang panjang

Tidak beda jauh dengan poin sebelumnya. Hal semacam ini menjadi suatu hal yang biasa saya lakukan, khususnya kalau ketemu sama teman lama yang nggak akrab-akrab amat. Memaksakan percakapan macam apa pun, percayalah, jadinya basi.

Kalau begitu, apakah ternyata diam-diam saya jadi pengguna narkoba tanpa saya sadari? Wow! Wow! Wow! Setahu saya sih, untuk beli sebuah produk skincare saja saya masih harus mikir-mikir. Apalagi untuk membeli narkoba~

Jadi, apakah bisa kita dengan mudah nge-judge orang lain menggunakan narkoba, hanya dengan ciri-ciri absurd dari data yang kayak nggak diolah itu? Kalau kayak gini, sih, yang ada pemerintah cuma mempertebal stigma. Padahal kan, yang paling utama harusnya kita mempertebal iman saja.

Tapi sebetulnya, saya lebih bertanya-tanya soal poin nomor 3. Poin yang menghilang atau ternyata dihilangkan itu, isinya apa, ya? Jangan-jangan, itu soal: falling in love with people we can’t have.

Exit mobile version