Bodo Amat Sama Dampak Positif Nonton Film Horor, Saya Tetap Nggak Suka!

MOJOK.CONonton film horor katanya bisa bikin tubuh dan mental makin sehat walafiat. Ah, yang betul? Nggak berlaku buat saya, tuh~

Saya tidak suka nonton film horor. Tapi, saya nggak masalah di rumah sendirian dan harus pergi ke tempat yang katanya “begitulah”. Saya nggak suka nonton film ber-genre ini karena dia memaksa saya untuk deg-degan saat menonton dan terbayang-bayang sesudahnya. Kalau diingat-ingat, film yang membuat saya ketakutan setengah mati adalah saat menonton Paranormal Activity. Menjadi aneh, saya jadi ketakutan karena di film tersebut tidak muncul makhluk yang bikin kaget. Apalagi, saat itu saya menontonnya beramai-ramai dengan teman SMA dan di siang hari—di tengah jam pelajaran pula. Jadi, apa yang sebetulnya membuat saya takut? Dari ilmu otak-atik saya, karena imajinasi soal sosok tak tampak yang diceritakan dalam film tersebut terasa begitu nyata dan dekat.

Intinya, setelah itu saya merasa menjadi pribadi yang lebih gicik. Lantas saya memutuskan untuk menghindari betul menonton film ber-genre horor. Pasalnya, pernah terakhir kali akhirnya dipaksa untuk menonton lagi film ber-genre ini, otak saya mengimajinasikan makhluk di film tersebut dengan berlebihan. Sehingga, saya jadi terus terbayang-bayang dengan sosok di film horor tersebut hingga bulan-bulan sesudahnya.

Baik menonton, membaca, ataupun mendengar cerita horor cukup membuat saya bikin membayangkan secara berlebihan. Padahal, saya sama sekali nggak pengin mengimajinasikan hal tersebut. Saya tahu bahwa di dunia yang kita tempati sekarang ini juga tinggal makhluk lainnya. Namun, saya memutuskan lebih baik untuk tidak membahas-bahas soal mereka. Apalagi dengan cara bercerita yang bikin deg-degan.

Meskipun nonton film horor ini digadang-gadang punya manfaat yang mumpuni untuk kesehatan mental dan fisik, tetap saja saya (((nggak percaya))). Lha wong bukannya sehat dan bergembira setelah menonton, saya justru jadi insomnia dan bahkan bermimpi buruk saat tidur. Jadi, sebetulnya di mana letak kebahagiaan yang disebut-sebut itu? Heh?

Belum lagi suara yang digunakan pada film untuk bikin efek kejut dan mencekam. Iya, biasanya mereka cuma seru di backsound-nya aja, tapi adegannya sebetulnya biasa aja. Yang pasti, suara-suara berlebihan ini cukup bikin pendengaran saya muak. Oke mungkin saya cuma muak, lha kalau buat orang yang menderita penyakit jantung? Apa efek kejut itu malah nggak bagus buat kesehatan jantungnya, ya?

Apalagi nggak sedikit yang sok-sokan bikin penonton takut dengan adegan-adegan sadis yang “apa banget, sih?” Padahal itu bisa memunculkan pengalaman traumatis dan stres, buat orang-orang yang nggak kuat dan punya empati tinggi, loh~

Bukan hanya soal itu saja, tapi merasa cemas dan mudah terkejut dalam kegiatan sehari-hari setelah nonton film horor juga sering terjadi. Mungkin pada saya, ini wajar karena pada dasarnya otak saya menolak untuk mengkonsumsi film ber-genre ini. Jadi, ketika terpaksa mengkonsumsinya yang ada hanya kemangkelan dan kegeraman belaka. Ya, kayak kalau kamu nggak suka makan daging. Daging dimasak seenak apa pun kalau otak kamu sudah menolaknya, ya tentu saja nggak bakal enak rasanya. Dan efeknya, bisa bikin muntah-muntah.

Nah, saya malah punya teman yang cukup aneh. Dia suka betul nonton film horor. Dan sering kali meminta saya untuk bergabung dengannya. Tidak hanya dengan cara yang betul-betul pengin ngajakin, tapi juga dengan gaya sok berani karena dia tahu kalau saya gicik soal hal ini. Dia suka menonton film horor tidak hanya dengan menonton di bioskop, tapi juga menonton via laptop dengan meng-copy filmnya dari Luxury—warnet hits di Jogja.

Bisa saya katakan, dia sangat senang betul soal menonton film ber-genre ini. Akan tetapi, yang sangat tidak saya pahami dari dia, meski dia punya hobi nonton film ber-genre ini, ketika kami sedang ada acara bersama-sama dia nggak berani ke kamar mandi sendirian. Dia meminta saya untuk menemaninya.

Bagaimana? Cukup aneh, bukan? Seorang pecinta film horor tapi nggak berani ke kamar mandi sendirian? Hellowww??!11?!

Tentu saja, saya yang pasif agresif ini hanya sanggup gerundel. Dan akhirnya tetap saja mengantarkannya ke kamar mandi meskipun dengan perasaan sebal. Saya betul-betul tidak paham dengan teman saya ini. Kalau memang hobi nonton film horor-nya akhirnya bikin dia susah-susah sendiri, ya ngapain terus-terusan dilanjutin?

Katanya nonton film horor itu sebagai media hiburan? Sebagai sarana katarsis? Serta bisa memuaskan adrenalin sehingga bikin mental dan fisik kita semakin sehat? Akan tetapi, kalau ternyata bikin cemas dan ketakutan dalam berkegiatan sehari-hari, ya buat apa, Maemunah? Pilihan menghibur diri sendiri kok malah efeknya bikin nggak nyaman? Menghibur diri macam apa?

Saya mengapresiasi betul teman-teman yang cukup punya keberanian menonton film horor. Bahkan sangat semangat untuk mengeluarkan adrenalinnya dan menikmati segala sensasi yang diberikan dari tontonan ini. Sekalian menguji nyali mereka sendiri. Akan tetapi, saya nggak paham dengan orang-orang pecinta film ber-genre ini yang oke-oke saja ketika menontonnya, tapi malah ketakutan setelah menontonnya.

Mohon maaf nih, kalau memang tahu film tersebut tidak baik bagi kesehatan mental kamu, terus ngapain ditonton? Buat apa ditonton kalau setelah nonton film itu kamu malah jadi takut ke kamar mandi dan harus ditemani?

Akan tetapi, tentu saja saya bukan melarang-larang orang lain buat nggak nonton film horor. Hanya saja, kalau memang merasa tidak cukup berani, nggak perlu sok-sokan. Daripada setelah nonton bikin ribet sendiri. Atau malah pas nonton bikin ribet orang di sebelahnya karena kamu nutupin wajah sepanjang film tapi tanya-tanya terus adegan yang tengah berlangsung. Fyi, itu annoying, tauk!

Exit mobile version