Ada Apa Sih sama Orang yang Minta Saran Nama Anak di Twitter?

saran nama anak nama bayi unsur motor rekomendasi nama anak nama bayi arab tweet viral netizen nama anak unsur cukai

saran nama anak nama bayi unsur motor rekomendasi nama anak nama bayi arab tweet viral netizen nama anak unsur cukai

MOJOK.COTren minta saran nama anak mulai dari yang ada unsur motor sampai yang ada unsur elektroniknya ramai dicuitkan. Netizen menyambut baik dengan menyarankan berbagai nama menggemaskan. Padahal yang meminta saran sama yang memberi saran belum keruan sudah menikah atau lagi proses punya anak. Orang-orang ini kenapa sih?

Sebelum media sosial jadi bagian penting dalam hidup, calon orang tua baru sering minta saran nama anak kepada orang-orang yang dianggapnya penting. Ke orang tua, mertua, kiai, bahkan that so called orang pintar buat memberi nama buat jabang bayi.

Memberi nama anak dulu begitu sakral. Makanya banyak yang rela menghabiskan waktu panjang demi memikirkan nama terbaik. Semua orang tua ingin nama anaknya bagus. Kalau sekarang? Tinggal nanya di Twitter.

Sekarang itu yang sedang terjadi. Entah siapa yang pertama kali memulai kekacuan ini, tapi meminta saran nama anak yang mengandung unsur tertentu sukses jadi guyonan paling nyeleneh di Twitter awal tahun ini. Netizen yang tadinya nggak peduli soal parenting jadi semangat untuk memikirkan sebuah nama bayi yang keren.

Demi Tuhan, ngomongin nama anak memang sepenting mempelajari hakikat omnibus law di negara hukum ini. Sepenting itu sampai dalam waktu dua jam saja, satu twit berikut ini memancing 100 twit lainnya untuk ikut-ikutan meminta saran nama anak. Dua jam, pemirsa!

Tapi apa benar, minta saran nama anak lewat medsos justru bikin calon orang tua makin tercerahkan? Kalau makin bingung pilih nama karena bagus semua gimana? Masak iya mau hamil lagi demi ada yang pakai nama-nama bagusnya?

Sebenarnya yang saya takutkan adalah, tren minta saran nama anak ini bakal mengacaukan program KB yang sudah berpuluh tahun dibangun dengan menanamkan konstruksi bahwa dua anak cukup. Nanti banyak orang tua yang kembali mengenang keriaan penamaan anak dan menginginkan masa itu kembali hadir. Nggak lucu ah, jadi punya anak lagi.

Sementara banyak milenial yang terdoktrin konsep child free mulai pikir-pikir ulang dan menemukan keseruan punya anak. Lebih nggak lucu kalau populasi di Indonesia berangsur naik karena tren ini. Mending kalau sebaran penduduknya merata dan isu pangan tuntas. Kalau situasinya masih kayak gini, apa yang mau kita wariskan pada bayi-bayi itu? Keberhasilan blokir situs?

Otak saya sebenarnya nggak pernah nyampe ketika ada teman yang sudah menyiapkan nama anak impian bahkan sebelum mereka menikah dan merencanakan kehamilan. Teman saya ada yang sejak SMP sudah memikirkannya, dia ingat-ingat terus nama itu sampai dewasa, dan akhirnya nama itu diberikan kepada tanaman. Katanya, persetan, menunggu hari pernikahan itu lama.

Jadilah tanaman sirih gading itu dia beri nama Nirby Gobiana. Artinya nggak tahu, tapi alhamdulillah teman saya akhirnya menikah juga.

Saya juga pernah refleks mengernyitkan dahi ketika sepupu saya memberi nama Senja pada anaknya yang baru lahir. Bukan karena saya skeptis dengan puisinya Putri Marino ya, tapi karena si bayi lahirnya pagi-pagi.

Melihat keseluruhan fenomena ini saya jadi punya kesimpulan. Bahwa nama buat anak yang penting adalah disukai orang tuanya. Bukan yang mudah dilafalkan atau punya filosofi tertentu.

BACA JUGA Betapa Ribetnya Nama Anak Masa Kini atau artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version