Rebusan Pembalut? Ini 5 Cara Mabuk yang Tidak Disarankan

Cara mabuk MOJOK.CO

MOJOK.CORebusan pembalut? Plis deh, itu cara mabuk yang sungguh memalukan. Berikut ini lima cara mabuk “tradisional” yang sebaiknya tidak kamu lakukan.

Jawa Tengah sedang “bergejolak”. Selain ramai oleh istilah “Tampang Boyolali”, Jawa Tengah diramaikan oleh kelakuan beberapa remajanya yang sungguh nyeleneh. Bagaimana tidak, beberapa remaja ini meminum hasil rebusan pembalut. Alasannya? Mereka merasakan efek seperti ketika mengonsumsi narkoba jenis sabu.

AKBP Suprinarto, Kepala Bidang Pemberantasan Narkotika Nasional (BNNP) Jawa Tengah mengungkapkan kebanyakan remaja di Purwodadi, Kudus, Pati, Rembang, dan Kota Semarang sebelah Timur sudah “terjangkiti” kebiasaan nyeleneh ini. Rata-rata usia yang mengadakan pesta minum air pembalut ini 13 hingga 16 tahun.

Berdasarkan analisis BNNP, anak-anak dan remaja ini kecanduan air rebusan pembalut karena keterbatasan ekonomi. Lantaran sabu cukup mahal, maka mereka mencari alternatif cara mabuk dengan cara yang, sebetulnya, terbilang kreatif. Sayangnya, ini kreatif yang tidak masuk akal. Cara mabuk yang bisa sangat berbahaya.

Mabuk, atau cara mabuk, adalah hal yang sangat personal. Masing-masing punya cara mabuk sesuai kepribadian dan isi dompet masing-masing. Namun, jangan pernah pilih cara mabuk yang justru membahayakan dirimu sendiri. Misalnya 5 contoh cara mabuk yang tidak disarankan di bawah ini:

1. Kecubung, cara mabuk yang bikin lupa diri.

Cara mabuk ini terhitung cara tradisional dan sudah tidak banyak dipilih oleh para “pasukan liyud”. Mengapa? Karena efeknya yang sungguh di luar nalar. Jika terlalu banyak dikonsumsi, pengguna kecubung bisa kehilangan jati diri. Selain bisa sampai menyakiti diri secara fisik, rasa malu yang justru lebih terasa sakit dan bertahan seumur hidup.

Contohnya begini. Salah satu teman saya pernah mencampur bubuk kecubung ke dalam segelas kopi susu hangat. Yang terjadi kemudian adalah peristiwa memalukan yang sangat cocok diceritakan ulang di acara reuni.

Sebut saja namanya Febri. Ketika mabuk kecubung, ia merasa dirinya masih bayi. Reflek, ia melepas kaos dan celana pendeknya. Lalu, ia telentang di lantai dengan celana dalam saja. Tidak berhenti sampai di situ. Febri lantas menangis seperti bayi. “Oeekk…oeeekk”. Ia betul-betul mengeluarkan suara “Oeek…oeek” dari mulutnya. Bukannya kasihan, kami tertawa sampai menangis melihat efek ajaib dari cara mabuk menggunakan kecubung.

2. Jamur tahi sapi.

Dikenal sebagai magic mushroom, jamur tahi sapi sudah lama digolongkan ke dalam psikotropika. Efeknya hampir sama seperti ketika kamu mengonsumsi kecubung. Jamur tahi sapi membuat konsumennya menjadi punya daya khayal yang sangat tinggi. Kreatif sih, tapi sungguh kebablasan. Malu-maluinnya.

Orang yang mengonsumsi jamur tahi sapi, biasanya mengolahnya dengan cara-cara yang sungguh kreatif. Misalnya, dengan membuatnya sebagai campuran jus bersama minuman bersoda, menggunakannya sebagai topping mie instan rebus, atau membuatnya menjadi makanan ringan. Ada yang menyebutnya dengan merek “Good Snack”.

Daya khayal yang ditimbulkan oleh cara mabuk yang sangat vegan ini sungguh dahsyat. Misalnya, ketika sedang bahagia, kamu akan tertawa dalam waktu yang lama. Bahkan, sesuatu yang tidak lucu pun akan kamu tertawakan. Nah, jika sedih, kamu akan menangis secara dramatis berjam-jam.

Teman saya, setelah putus cinta lalu mengonsumsi jamur tahi sapi, merasa dirinya cocoknya menjadi romo yang selibat. Selama tiga jam penuh, ia “berkhotbah” di depan kami bahwa cinta manusia itu tidak apa-apanya dibanding cinta kepada Tuhan. Oya, teman saya ini bukan Katolik.

3. Minum obat batuk 20 saset.

Beberapa tahun yang lalu, cara mabuk ini sempat ramai ketika ditemukan banyak bungkus obat batuk saset di tengah remaja yang sedang nongkrong. Apakah ada yang sedang batuk kronis? Bukan, tentu saja, bukan. Mereka sedang “bereksperimen” cara mabuk dengan menenggak 20 saset obat batuk cair.

Harga satu kotak obat batuk cair sekitar 30 ribu rupiah berisi 30 saset. Jadi, jika beli tiga kotak, kamu akan mendapatkan 90 saset obat batuk cair. Bisa untuk ramai-ramai, murah meriah. Efek yang didapatkan dikenal dengan istilah “ngefly”. Namun, setelah itu, justru pusing berkepanjangan yang terasa, disusul mual, dan keram di bagian perut.

Jika perut kamu tidak tahan dengan panasnya obat batuk yang dikonsumsi secara kebablasan, efeknya adalah kematian. Sungguh sebuah cara mabuk yang bodoh. Tolong jangan ditiru.

4. Minuman keras tradisional dicampur obat anti-nyamuk oles.

Dahulu, di sebuah tempat, di sebuah kota, ada sebuah tempat makan lesehan. Selain menjual makanan, lapak tersebut juga menyediakan minuman keras tradisonal. Sang penjual mencampurnya dengan beberapa bahan rahasia yang membuat kadar alkohol di dalamnya tidak begitu terasa. Mabuknya pun tidak langsung terasa. Sangat ringan dan sempat jadi primadona.

Lantaran murah, satu plastik dihargai 15 ribu rupiah, cara mabuk ini menjadi pilihan remaja tanggung berkantong cekak. Lapak itu cukup ramai. Sampai suatu ketika tutup dan tidak buka lagi hingga sekarang. Kabar burung yang berbedar adalah tempat tersebut ditutup oleh polisi karena menyebabkan salah satu konsumennya meninggal.

Usut punya usut, konsumen yang meninggal itu mencampur minuman dari lapak dengan obat anti-nyamuk oles. Mungkin, almarhum ingin merasakan mabuk yang lebih kuat dengan seketika. Mencampur bahan-bahan kimia jelas tidak disarankan. Lebih baik tidak mabuk ketimbang kamu kehilangan nyawa secara konyol.

5. Mabuk kenangan masa lalu.

Cara mabuk ini juga tidak kalah berbahaya. Kamu akan terjebak di dalam kenangan pahit yang membuat depresi dan tertekan. Makan nggak enak, minum terasa pahit. Bahkan, jika sudah depresi menahun, kamu bisa bunuh diri. Cara mabuk yang bisa lebih berbahaya ketimbang mengganyang kecubung atau Good Snack. Pedih, sakit. Sudah sampai sini saja. Saya mau nangis dulu sebentar.

Oya, tulisan ini jangan diartikan berbeda ya. Nanti dikiranya Mojok memberi contoh alternatif cara mabuk yang murah meriah. Maksud kami, ketika tahu bahayanya cara mabuk yang tidak benar, kamu bisa mengantisipasi sebelum terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki. Terutama ibu dan bapak yang punya anak remaja.

Exit mobile version