MOJOK.CO – Berikut tips berbusana, sekaligus menjaga kebersihan jilbab. Perpaduan antara kesehatan dan kepatuhan kepada prinsip-prinsip fashionista.
Jilbab merupakan salah satu anjuran bagi muslimah, sebagai sebuah seruan untuk menyempurnakan diri. Seiring zaman, jilbab bukan lagi soal penanda seorang wanita muslim.
Jilbab juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup, bahkan fashion. Berbagai model, warna, dan motif lahir dengan cepat. Mulai dari yang sederhana, sampai jilbab cepol. Kreatif betul. Namun, dari segala perubahan itu, ada satu hal yang masih sama, yaitu soal kebersihan jilbab.
Menjaga kebersihan jilbab bukan hanya soal iman saja, tapi juga soal menahan diri. Ketika cuaca panas, kepala bisa menjadi sangat gerah, rambut menjadi lengket karena minyak. Belum lagi kalau musim hujan tiba. Jilbab yang basah tentu harus segera diganti supaya kuman tidak berkembang di rambut dan kulit kepala.
Memasuki penghujung tahun, hujan semakin sering turun. Bagi jilbabers, adaptasi perlu dilakukan supaya kebersihan jilbab tetap terjaga, sekaligus tetap patuh kepada nilai-nilai fashionista. Ukhti jangan khawatir, Mojok Institute sudah melakukan survei yang sulit untuk dipercaya. Niscaya, Ukh, kalian tetap bisa modis, meski di luar hujan rain and dog.
1. Memilih bahan yang tepat untuk jilbab musim hujan.
Jenny Tjahyawati, seorang designer modest ternama mengungkapkan bahwa ketika musim hujan tiba, pilihlah bahan yang nyaman. Misalnya, Ukhti bisa memilih jilbab berbahan katun polyester. Demi menjaga kebersihan jilbab, bahan ini tidak cepat membuat kepala menjadi lembab. Pilih juga jilbab yang sesuai kontur wajah. Menurut Jenny, katun polyester juga mudah untuk mix and match.
Selain memilih bahan yang tepat, pilih juga model jilbab yang sederhana dan praktis. Ketika diterpa kenangan hujan, jilbab yang terlalu ribet akan mudah rusak. Seperti kisah cintamu Ukhti, ketika ditinggal “mantan Abbi” karena taaruf dengan Ukhti lain. Makanya, dukung gerakan Indonesia Tanpa Pacaran, dong.
Nah, setelah memilih bahan yang bersahabat untuk keperluan menjaga kebersihan jilbab, lalu menggunakan model yang sederhana, saatnya Ukhti memilih sepatu yang nyaman. Misalnya gunakan jelly shoes.
Bukan, ini bukan nama makanan, Akhi. Diem deh kalau nggak tahu. Jelly shoes itu biar kaki Ukhti nggak terancam oleh licinnya tanah karena hujan. Jadi, dari atas, dari jilbab, sampai kaki, semua saling menunjang sesuai prinsip-prinsip dasar fashionista yang diakui sejak zaman Immanuel Kant membuat definisi aufklarung sehingga semua tercerahkan.
2. Selain “dalaman”, Ukhti sebaiknya bawa jilbab cadangan.
Setelah melakukan survei sangat singkat, saya menemukan jawaban bahwa rata-rata wanita tidak membawa jilbab cadangan. Mereka hanya membawa dalaman cadangan, ya bra atau celana dalam. Jangan bawa pacar cadangan. Itu bukan muhrim. Dosa.
Masih menurut survei, kebanyakan wanita bisa mengukur banyaknya keringat yang diproduksi oleh kepala. Ini menjadi bukti kesekian bahwa wanita memang lebih superior ketimbang laki-laki. Jumlah keringat di kepala saja bisa mereka hitung. Apalagi jumlah mantan yang kamu sembunyikan karena masih sering kamu bribik.
Nah, bertentangan dengan hasil survei, demi usaha menjaga kebersihan jilbab, saya sarankan Ukhti bawa cadangan. Hujan, terkadang datang tanpa bisa diprediksi. Kamu kan tidak tahu sedang berada di mana ketika hujan tiba. Ketika kena hujan, apalagi yang lebat, jilbab jelas akan basah. Hadeehh. Jilbab yang basah bikin rambut lepek, berminyak, dan bisa ketombean.
Oleh sebab itu, jilbab cadangan akan menjadi penyelamatmu di kala emerhensi. Selain soal kesehatan dan kebersihan Jilbab, basah akan mengurangi kemodisan style-mu. Ini jelas pengingkaran kepada prinsip-prinsip fashionista yang disepakati. Segera gaaasss ke kamar mandi dan ganti jilbabmu dengan yang kering dan wangi.
Niscaya, tak hanya menjadi sebuah usaha menjaga kebersihan jilbab, cahaya di wajahmu akan tetap cemerlang. Seperti ilustrasi di bawah ini:
3. Jangan pakai jilbab yang belum kering betul.
Tak perlu panjang lebar dijelaskan. Pakaian yang belum kering sempurna, bila dipakai, akan memicu bau tak sedap. Demi menjaga kebersihan jilbab, jangan memaksa menggunakannya ketika belum kering sempurna. Meskipun itu hijab favoritmu, mengertilah, bau tak sedap itu ra mashuuk.
Bikin rambut ikut bau, rontok, gatal-gatal. Apa kamu mau repot garuk-garuk kepala ketika bersosialisasi di tengah Ukhti yang lain? Malu, sis.
4. Jangan gunakan jilbab ketika rambut masih basah.
Ini masalah besar. Saya sering menjumpai mbak-mbak berjilbab yang basah. Bukan karena jilbabnya basah, melainkan rambutnya. Biasanya sih terjadi kepada mahasiswa atau pegawai kantor yang telat bangun, mandi terburu-buru, rambut belum kering, lalu memaksa memakai hijab.
Kepalamu akan menjadi lembab dan memicu bau tidak sedap. Apalagi nanti ketika berangkat ngampus atau ngantor, masih kena hujan deras. Lantas, bagaimana solusinya? Tentu saja bangun lebih awal jika mau mandi dan membasahi rambut. Atau mending nggak usah mandi sekalian. Semprotkan parfum banyak-banyak. Beres.
Nah, itulah tips berbusana dan menjaga kebersihan jilbab ketika musim hujan. Perpaduan antara kesehatan dan tetap patuh dengan prinsip-prinsip fashionista. Masyallah…