Penyebab Perempuan Berkumis Tipis yang Sering Bikin Nggak PD

MOJOK.COBanyak perempuan berkumis yang merasa pertumbuhan kumis tersebut menganggu penampilan dan bikin nggak PD. Kira-kira apa penyebab tumbuhnya, ya?

Saya punya seorang teman perempuan yang tumbuh kumis tipis-tipis. Ia merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Hingga ia beberapa kali berusaha untuk mencukur bulu-bulu tipis di atas bibirnya itu. Namun tetap saja, akhirnya tumbuh lagi. Tumbuh lagi. Adapun yang kita pahami, kumis memang lumrahnya muncul pada lelaki. Lantas, ketika dia muncul pada tubuh perempuan, wajar-wajar saja jika meninggalkan perasaan tidak nyaman dan mengurangi kepercayaan diri.

Nah, perempuan yang berkumis ini dinamakan hirsutisme. Hirsutisme sendiri merupakan sebuah kondisi ketika tumbuh bulu atau rambut yang tidak diinginkan di tubuh perempuan. Pertumbuhan kumis tipis pada perempuan ini dikarenakan produksi hormon androgen yang berlebihan. Hormon inilah yang memicu pertumbuhan bulu-bulu pada tubuh manusia.

Setiap perempuan memang memiliki hormon androgen. Pasalnya hormon ini berfungsi untuk pembentukan estrogen. Estrogen sendiri berperan untuk menghambat pengeroposan tulang, hingga penambah gairah maupun penyeimbang perasaan perempuan. Maka, tidak mengherankan jika produksi hormon androgen yang berlebih, bisa mengakibatkan hal-hal yang dianggap kurang wajar pada perempuan.

Si hirsutisme ini umumnya juga cenderung diturunkan dalam keluarga. Oleh karena itu, perempuan yang berkumis biasanya juga bakal punya ibu atau saudara perempuan yang berkumis.

Selain disebabkan hormon androgen, ada beberapa penyebab lain yang juga berpotensi menjadikan perempuan berkumis. Di antaranya,

Satu, jika dialami oleh perempuan dengan usia yang masih muda, hal ini bisa diakibatkan sindrom ovarium polikistik. Sebuah kondisi yang menyebabkan kista rahim dan menstruasi tidak teratur karena ketidakseimbangan hormon di dalam tubuhnya.

Dua, hal ini bisa jadi disebabkan hyperplasia adrenal kongenital. Yakni sebuah gangguan genetis pada kelenjar adrenal. Nah, gangguan ini bisa juga menjadi penyebab pertumbuhan tumor pada kelenjar adrenal.

Tiga, bisa dikarenakan sindrom cushing atau gangguan hormonal yang menyebabkan pembengkakan leher dan wajah. Gangguan hormonal ini juga bisa mengakibatkan pertambahan berat badan tiba-tiba, terutama di bagian perut.

Empat, mengkonsumsi obat-obatan seperti steroid anabolik yang biasanya digunakan untuk meningkatkan peforma atletik maupun pembentukan otot.

Lima, terlalu banyak hormon yang diproduksi oleh tubuh. Kondisi ini dikenal dengan istilah akromegali.

Namun, pada sejumlah kasus, penyebab hirsutisme ini tidak selalu menjadi pertanda penyakit serius. Dampak yang dirasakan darinya biasanya sebatas merasa tidak nyaman—hingga risih—dengan pertumbuhan bulu-bulu halus tersebut.

Tetapi, jika pertumbuhan si bulu-bulu halus ini sudah tidak lagi wajar, misalnya teksturnya menebal dan warnanya lebih pekat, apalagi dia tumbuh meluas. Maka tidak ada salahnya untuk mengkonsultasikan kondisi tersebut pada dokter. Daripada bingung dan was-was sendiri, lebih baik memilih jalan untuk mendeteksi penyebabnya pada orang yang lebih kompeten, kan?

Nah, kalau ternyata tumbuhnya si kumis ini nggak menimbulkan potensi yang berbahaya. Tapi kamu merasa kehadirannya semakin menganggu dan kamu sudah dalam tahap sangat tidak nyaman. Lantaran sudah berusaha keras menutupinya dengan make-up tebal sekalipun, ternyata nggak ter-cover juga. Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya,

Pertama, menghilangkannya dengan laser. Sayangnya, metode ini menimbulkan efek samping bisa berupa kemerahan pada kulit maupun perubahan warna kulit menjadi lebih gelap atau terang. Meski efeknya sering kali tidak bersifat permanen. Setelah dilaser biasanya akan dioleskan krim topikal untuk memperlambat pertumbuhan si kumis—yang tak diinginkan ini.

Kedua, mencabutnya dengan waxing atau sekadar mencukurnya. Efek nggak enaknya jika terlalu sering mencabut bulu rambut, bisa menimbulkan folikulitis. Folikulitis merupakan peradangan atau infeksi pada lubang tempat tumbuhnya rambut pada kulit.

Ketiga, mengkonsumsi pil KB jenis tablet co-cyprindiol untuk mencegah pertumbuhan kumis. Obat jenis ini akan dikonsumsi hingga enam bulan. Biasanya memberikan efek samping semacam sakit perut, sakit kepala, mual, dan pusing.

Keempat, mengoleskan krim depilatories sebentar, yang kemudian dihapus bersamaan dengan rontoknya kumis. Kekuatan kerja krim ini memang sungguh pro abis! Lihat saja, cuma dioles, si kumis langsung rontok dengan begitu mudahnya. Namun, jika tidak hati-hati, krim ini bakal menyebabkan iritasi pada kulit sensitif.

Dari keempat cara di atas, memang punya plus minus masing-masing. Jadi sebelum melakukan pemusnahan kumis ini, lebih baik konsultasi dulu saja dengan dokter spesialisnya. Supaya kamu betul-betul tahu dampak baik buruknya untuk dirimu sendiri. Apalagi, dari keempat cara di atas, nggak ada yang memberikan efek permanen, sehingga kudu diulangi secara berkala.

Meski membuat tidak nyaman, nyatanya, tidak sedikit perempuan yang memilih untuk membiarkan si kumis ini tanpa mengutak-atiknya. Lantas, tetap menjadi perempuan yang percaya diri dengan apa yang dia miliki. Lihat saja Iis Dahlia, yang malah menjadikan kumis tipisnya sebagai ciri khas dari penampilannya.

Jadi keputusan ada di kamu, kamu memilih mensyukuri yang Tuhan beri—apa pun itu—atau sibuk membuat dirimu tidak nyaman dengan perasaan tidak nyamanmu sendiri. Hah? Gimana? (A/L)

Exit mobile version