Awal Maret tahun 1989, sekitar 37 desa di tiga kabupaten ditenggelamkan. Dari Kabupaten Boyolali, Grobogan, juga Sragen akhirnya menjadi bagian dari proyek nasional bernama WADUK KEDUNGOMBO. Atas nama pembangunan, atas nama pertanian, atas nama kemakmuran, atas nama kesejahteraan umum, atas nama apa saja, petani-petani dipaksa pindah dengan ganti rugi yang tidak seberapa.
Seorang pastor dari keuskupan agung Semarang yang tinggal di Yogya, seorang budayawan, sastrawan, seorang sarjana teknik lulusan Achen, Jerman, melihat ada yang janggal dengan proyek nasional tersebut. Sampai kemudian ia berbelas kasih dengan derita manusia-manusia malang Kedungombo.
Apa yang salah dengan proyek besar nasional Waduk Kedungombo tersebut? Bagaimana ia menjadi salah satu simbol perjuangan rakyat kecil melawan ketidakadilan? Mengapa Romo Mangun berdiri di garis depan membela hak-hak kaum papah yang tergusur di wilayah tersebut? Simak selengkapnya dengan menonton video terbaru Jasmerah di atas.