Sebuah Perkenalan di Rumah Nenek

Kejadian ini terjadi ketika aku masih duduk di bangku SMP, tepatnya pada tahun 2008. Pada saat itu, aku sekeluarga berkunjung ke rumah nenek di kota Bogor, Aku lupa persisnya di daerah mana, karena sudah lama nenek meninggal, dan rumahnya pun sudah di jual sekarang.

Rumah nenek termasuk rumah tua karena sudah berdiri sejak jaman Belanda. Rumah nenek boleh dibilang memang sangat besar. Halamannya yang cukup luas, kamarnya banyak.

Rumah nenek ini unik, sebab toiletnya ada banyak, dan semuanya terletak di luar ruangan inti, tepatnya di samping bangunan rumah. Jadi kalau mau ke toilet, harus keluar rumah dulu lewat pintu samping rumah. Di samping toilet, ada sumur yang kelihatannya sudah lama tidak pernah dipakai.

Di rumah sebesar ini, nenek tinggal berlima dengan pakde, bude,  anaknya, dan Kang Imin (yang bantu-bantu beresin rumah).

Singkat cerita. Malam itu, tepatnya pukul 10 malam setelah kami bersenda gurau bersama keluarga di ruang keluarga, kami semua bergegas untuk tidur, karena memang kebiasaan di rumah nenek dimana jam 10 merupakan jam tidur.

Kami sekeluarga beranjak ke kamar masing masing. Aku sekamar dengan abangku, adikku sekamar dengan ortuku.

Sesampainya di kamar, kami langsung tidur. Entah kenapa hawanya sangat cocok untuk langsung terlelap, mungkin karena memang hujan dan hawanya dingin, sehingga sangat mendukung untuk tidur.

Sekitar pukul 1 dini hari, aku terbangun karena kebelet pipis. Dengan mata mengantuk, aku segera beranjak dari kasur untuk ke toilet.

Di luar kamar, kondisi begitu gelap dan sunyi. Semua lampu dimatikan, hanya ada satu lampu samping di ruang tamu yang menyala, itu pun sangat redup, karena memang hanya lampu 5 watt.

Aku melanjutkan langkahku menuju toilet.

Untuk menuju toilet, Aku harus melewati satu ruangan yang posisinya berada di samping dapur. Nah, saat berada di ruangan tersebut, aku melihat pemandangan yang cukup menakutkan dari arah dapur.

Dengan pandangan yang samar, eku melihat sosok anak kecil setinggi galon air yang sedang berloncatan di atas meja makan. Langkahku terhenti, jantung berdegup kencang, bulu kuduk pun seketika langsung berdiri.

Aku coba utk menenangkan diri sambil perlahan berjalan ke arah dapur untuk memastikan apa yang kulihat. Saat sudah cukup dekat, Tiba-tiba, sosok tersebut menoleh ke arahku. Ia seakan memberi isyarat bahwa dia terganggu dengan kehadiran ku.

Tak lama setelah menoleh, sosok tersebut kemudian meloncat ke arah rak yang menempel di atas dinding, lalu menghilang dengan seketika. Uya, beneran ilang.

Kali ini, tanpa ingin memastikan lagi apa yang ingin kulihat, aku langsung segera beranjak menuju toilet dengan tergesa, sambil menyalakan lampu-lampu menuju toilet.

Di toilet, aku buang air dengan bergegas, agar bisa segera kembali ke kamar.

Namun dasar sial, kejadian yang membuat bulu kuduk berdiri ternyata kembali menyambangiku.

Tepat saat aku akan keluar dari toilet, aku mendengar dengan jelas suara hentakan pintu toilet sebelahku (toilet di rumah nenek memang toilet berjajar)

“Ngeeek duaaar!!!”

Sesudah itu, terdengar dengan jelas bunyi kucuran air dari toilet sebelah. Aku pun keluar, dan ketika kulihat, ternyata tak ada seorang pun di sana, bahkan pintu toiletnya terbuka.

Tanpa pikir panjang, aku segera berlari kembali ke kamar.

Namun dasar apes seribu apes, saking tergesa-gesanya aku lari, aku pun terpeleset jatuh di jalan lorong toilet. Begitu akan bangun, aku melihat dengan jelas sosok perempuan dengan pakaian putih kumal, dengan rambut panjang menjuntai berantakan, dengan duduk di tembok sumur sambil menunduk ke arah dalam sumur.

Modiar…

Langsung saja aku beridiri dan kembali berlari sekuat tenaga menuju kamar.

Setibanya di kamar, aku langsung menarik selimut dan berusaha untuk langsung tidur. Alhamdulillah, walau agak susah, namun akhirnya, aku tertidur juga.

Pagi harinya, aku ceritakan pengalaman menyeramkan semalam kepada Kang Imin. Dia cuma senyum-senyum. Katanya, makhluk semalam adalah penghuni rumah nenek yang memang punya kebiasaan suka “berkenalan” dengan tamu.

Buset.

Kang Imin kemudian cerita, pernah satu hari, Pakde kedatangan tamu. Nah, dia naik mobil dengan sopirnya. Karena lama menunggu majikannya di dalam rumah, si sopir ketiduran di dalam mobil. Nah, pas bangun, si sopir ini kejedot mesin, sebab begitu bangun, tahu-tahu, posisi dia sudah ada di kolong mobil.

Gara-gara dengar cerita Kang Imin tersebut, aku kemudian jadi merasa beruntung. Untung cuma dikasih lihat, nggak dikerjain yang aneh-aneh sebagai bentuk perkenalan.

~Dwi Radica (@Rachdianto)

Exit mobile version