Suneo Honekawa Adalah Representasi Pejabat yang Tidak Boleh Dijadikan Pemimpin Mojok.co
artikel

Suneo Honekawa Adalah Representasi Pejabat yang Tidak Boleh Dijadikan Pemimpin

Memilih pemimpin yang kayak Suneo Honekawa? Pikir-pikir lagi, deh.

Ketika lagi scroll Instagram @doraemon_hari_ini, saya menemukan postingan yang menggambarkan poster keluarga Suneo Honekawa memberi ucapan selamat pada grup olahraga yang baru saja memenangkan pertandingan. Poster itu memuat wajah Suneo beserta keluarga besar plus kucingnya secara full size. Di pojok kanan bawah, terpampang foto atlet yang memenangkan pertandingan, dalam ukuran yang menyedihkan. Postingan tersebut seolah menyindir latahnya pejabat kita ketika situasi seperti ini.

Kemudian, setelah menyelami kolom komentar postingan itu, saya jadi semakin yakin bahwa netizen sepakat dalam satu hal: Suneo Honekawa adalah representasi sempurna dari pejabat narsis yang mukanya mendominasi baliho ucapan selamat. Artinya, pejabat-pejabat seperti Suneo benar-benar ada di dunia nyata.

Lantas, saya jadi tersadar hal yang lain. Apabila Suneo memang gambaran nyata pejabat di luar sana, itu bukan merupakan pertanda yang baik. Apalagi dengan bekal sifat-sifat mungkar yang Suneo miliki. Tentu menjadi red flag bila memiliki pejabat seperti Suneo yang kelak akan memangku kepentingan komunal. Berikut, akan saya sebutkan sifat-sifat pejabat seperti Suneo yang tidak boleh dijadikan pemimpin.

Pertama, dalam kartunnya, Suneo digambarkan sebagai tokoh yang kaya, namun suka pamer. Tidak hanya itu, keburukan Suneo makin lengkap dengan sifat narsisnya.

Bayangkan bila Suneo menjabat dalam suatu partai politik. Lalu ada momentum membanggakan bangsa, seperti Dekisugi memenangkan lomba catur tingkat internasional. Bisa dipastikan, Suneo akan mengambil kesempatan ini untuk memuaskan sifat narsisnya. Suneo jelas punya uang yang banyak untuk membuat pengumuman sebesar apa pun yang dia mau. Kemudian, membuat poster dengan ukuran wajah sendiri melebihi wajah orang yang dibuatkan poster menjadi hal yang tidak mustahil.

Gambaran kepribadian tersebut nyaris bisa menjelaskan kenapa akhirnya seseorang bisa menuangkan wajah dirinya besar-besar di prestasi orang lain. Padahal sendirinya sama sekali nggak ada sangkut pautnya dalam prestasi orang tersebut. Apalagi kalau bukan karena narsis dan mau pamer?

Nah, narsis dan suka pamer adalah hal yang tidak boleh kita harapkan dimiliki oleh pemimpin kelak.

Kedua, Suneo adalah sosok yang licik. Dia tak segan-segan memanfaatkan momentum untuk meningkatkan popularitasnya. Ketika berita kemenangan yang membanggakan satu negara sedang naik daun, tentu Suneo tidak ingin ketinggalan. Mengapresiasi si empunya prestasi menjadi agenda sampingan setelah menyuguhkan nama dan kebutuhan politiknya pada publik. Yang penting ada kesempatan untuk eksis dan dikenal dulu. Mumpung waktunya pas.

Ini kita bicara Suneo lho, ya. Ingat. Suneo Honekawa.

Calon pemimpin yang licik tentu harus kita blacklist cepat-cepat dari daftar pemimpin idaman.

Ketiga, Suneo terkenal suka menjadikan Giant sebagai tameng untuk kepentingan pribadinya. Suneo kerap memanjakan Giant dengan kekayaan yang dia punya dengan tujuan Giant berada di pihaknya. Suneo tahu dengan kekuatan besar yang dimiliki Giant, dia akan mendapatkan keuntungan praktis, seperti lebih merasa aman. Nah, sifat-sifat penjilat seperti ini tentu tidak boleh dilestarikan dalam sosok seorang pemimpin.

Dalam kesempatan pemilu, Suneo bisa saja menjadikan Giant bahan dalam promosinya. “Suneo Honekawa, sahabat karib dari Giant si Perkasa. Tidak nyoblos, tinju melayang.” Kan, malas, ya. Atau bila ingin mengambil tameng yang lebih damai, Suneo bisa memanfaatkan nama besar Doraemon. “Suneo Honekawa, sahabat Doraemon si robot serbabisa dari abad ke-22.”

Tentu tidak ada yang lebih meyakinkan dari menjual nama orang (atau robot kucing) yang lebih berpengaruh, bukan?

Bentuk sifat penjilat dari Suneo juga bisa dilihat dari perlakuannya pada Nobita. Dia tidak akan berbuat baik pada Nobita jika tidak ada imbalannya. Misalnya imbalan minta disampaikan ke Doraemon untuk membantunya dalam hal-hal tertentu. Dalam hal politik, sifat ini sangat memungkinkan dia untuk membagi-bagikan uang kampanye. Tentu tindakan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menarik simpati masyarakat yang berkedok tindakan dermawan. Namanya juga Suneo. Selalu ada udang di balik batu.

Nah, pejabat dengan sifat-sifat yang dimiliki Suneo tentu harus kita hindari. Namun, sifat-sifat itu tidak bisa selalu dilihat secara tersurat begitu saja. Kita butuh mengenal sosok yang hendak kita pilih dengan penilaian yang holistik dan integratif. Pun, apabila kebetulan menemukan pejabat-pejabat yang punya cara berkampanye seperti Suneo, belum tentu ia memiliki sifat yang sama. Namanya juga di Indonesia. Orang dan perilakunya lucu-lucu.

Namun, sebagai masyarakat yang punya pikiran rasional dan hati nurani, kita tentu bisa melihat keganjilan itu. Juga, para pejabat yang berniat tulus mengekspresikan ungkapan selamat atau kampanye sehat, saya punya pertanyaan: Apakah perlu pakai cara yang efektif untuk memunculkan asumsi negatif publik? Mbok ya jangan terlalu suka bikin kita bingung. Apakah kalian ini bibit-bibit Suneo yang harus dihindari atau salah pilih tim sukses saja?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *