Ritual Mengatasi Masalah di Pantai Payangan Sebabkan 11 Orang Tewas

Meminta berkah pada ratu pantai selatan.

Sebanyak 11 orang tewas terseret ombak di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur. Mereka tengah melakukan ritual untuk mengatasi masalah hidup dengan meminta berkah pada ratu pantai selatan.

***

Kabar duka datang dari Kabupaten Jember. Sebanyak 23 orang dari kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara terseret ombak saat mandi di pantai Pantai Payangan, Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu saat tengah malam, Minggu (13/2/2022).

Untuk memperoleh cerita kronologis mengenai kejadian ini, Mojok lantas menghubungi Kasat Polairud Polres Jember, AKP M. Nai. Ia mengatakan, polisi sedang memeriksa sejumlah saksi anggota kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang selamat dalam peristiwa tersebut.

Dari 23 orang yang terseret ombak, 11 di antaranya ditemukan meninggal dalam pencarian hingga siang hari. Sementara 10 orang korban selamat telah diperbolehkan kembali ke rumahnya, dua di antaranya masih mendapatkan perawatan medis.

“Yang terbaru, yang positif meninggal 11 orang, dan sudah dimakamkan semua oleh keluarga masing-masing,” ujar AKP M. Nai saat dihubungi Mojok.co, Senin (14/2).

korban teseret ombak di pantai payangan mojok.co
Proses evakuasi korban terseret ombak di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur. (Dok Humas Pemkab Jember dan POlres Jember)

Padepokan Tunggal Jati Nusantara berasal dari Kecamatan Sukorambi. Sementara anggotanya yang ikut dalam ritual mandi berasal dari Kecamatan Panti, Patrang, Sukorambi, Sumbersari, Ajung dan Jenggawah.

“Kalau padepokan itu mereka menyebut diri sebagai perkumpulan pengajian, mereka melakukan ritual-ritual,” kata M. Nai.

Padepokan Tunggal Jati Nusantara dipimpin oleh guru spiritual yang bernama Nurhasan (35). Padepokan ini berkumpul seminggu dua kali. Acaranya beraneka ragam, mulai dari baca Al-Quran, wirid, pengobatan, dll.

Nurhasan ini pula lah yang diduga berinisiatif untuk mengadakan ritual mandi di laut  yang kemudian jadi petaka. Dari hasil pemeriksaan kepada saksi yang menjadi korban selamat, ritual tersebut dilakukan untuk membuang sial, menyembuhkan penyakit, menyelesaikan persoalan pekerjaan dan banyak hal lain. Artinya, setiap orang yang mengikuti ritual, sedang memiliki masalah yang ingin segera tuntas.

“Masing-masing punya masalah sendiri-sendiri. Ada yang ingin tenang, penyakit hilang, hilangkan sial, banyak sekali masalahnya. Gurunya ini mengatakan sanggup menyelesaikan, dengan ajak ritual ke laut,” katanya.

“Cuma ritual ini tempatnya kurang tepat, berdoanya bagus. Kalau agama yang benar, berdoa ke tempat yang tempat ya ke masjid, bukan mandi ke laut,” tambahnya.

Selain itu, M. Nai menyebut tidak hanya satu kali ini, para anggota Padepokan Tunggal Jati Nusantara sudah rutin melakukan ritual mandi ke laut. “Keterangan pengikut mereka hampir rutin sebulan sekali ke sana. Pengikutnya ada yang baru gabung dan sudah lama,” jelasnya.

Ketika ditanya mengenai kondisi keluarga korban, M. Nai mengatakan bahwa saat ini keluarga sudah ikhlas dengan korban yang telah meninggal. Kendati demikian, pihak keluarga sebenarnya banyak yang tidak suka dengan aktivitas ritual tersebut.

“Keluarga sebenarnya juga tidak setuju, saya sudah ke rumahnya. Mungkin karena ada doktrin khusus akhirnya tetap mau mengikuti ritualnya,” jelasnya.

Pemkab Jember mengunjungi keluarga korban ritual mandi di laut Padepokan Tunggal Jati Nusantara (Dok. Humas Pemkab Jember dan Polres Jember)

Sementara itu, untuk mencegah hal ini terjadi lagi, pihak kepolisian bersama Pemerintah Kabupaten Jember akan segera memasang tanda bahaya di kawasan pantai selatan Jember. Apalagi Pantai Payangan yang menjadi lokasi ritual merupakan destinasi wisata.

“Salah satunya koordinasi dengan stakeholder masyarakat sekitar, agar tidak mendekat ke pantai. Silakan berwisata tapi jangan mendekat, apalagi mandi. Lebih aktif mengimbau ke warga yang tidak berkepentingan,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya bersama Pemkab Jember dan Forkopimda akan membentuk anggota tim penyelamat. “Mengaktifkan SAR binaaan, diberi pelatihan agar korban bisa diminimalkan,” ujarnya.

Menurut penuturan M. Nai, selama proses evakuasi, pihaknya cukup kesulitan karena kondisi ombak yang tinggi serta terjadi saat dini hari. Sebanyak 23 jemaah Pedepokan Jati Nusantara terseret ombak sekitar pukul 00.25 WIB saat mandi di pantai.

Petugas sekitar pengelola wisata mulanya sempat mengingatkan, namun tidak dihiraukan. “Sebenarnya kendala, pertama.yang terjadi malam hari. Langsung laporan setengah 2 langsung kita cari, koordinasi dengan SAR. Hingga 11.30 korban terkahir kita temukan,” terangnya.

Lebih lanjut, polisi masih melengkapi proses pemeriksaan kepada 12 saksi yang selamat. Satu di antaranya merupakan guru dari Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang masih menjalani perawatan di RS Soebandi.

Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo saat rapat koordinasi di Jember, Senin sore (14/2) menyebutkan sejumlah fakta baru. Dari hasil pemeriksaan, korban yang selamat mengaku dalam ritual yang berlangsung, tidak hanya memohon kepada Tuhan, namun juga meminta berkah pada ratu pantai selatan.

“Kegiatan ditujukan untuk membersihkan diri dan mendapatkan berkah dari ratu pantai selatan. Indikasi dalam doa sering baca doa dalam bahasa Jawa,” jelasnya.

Selain itu, pimpinan padepokan juga meyakinkan bahwa melalui ritual mandi di laut, bisa membersihkan tubuh dari santet atau guna-guna dan bisa mendapat ilmu kanuragan. “Anggota datang dengan berbagai tujuan. Para anggota masalah, ekonomi, keluarga, satu dua dengan masalah guna-guna, santet, ilmu hitam. Tujuan untuk mendapatkan ilmu kanuragan,” kata Hery.

Hery menyebut, padepokan di Desa Dukuhmencek, Kecamatan Rambipuji, yang dipimpin Nurhasan ini menggunakan rumah pribadinya menjadi padepokan. Padepokan Tunggal Jati Nusantara sebenarnya sudah ada sejak tahun 2011. Hanya saja, pengikutnya mulai ramai beberapa tahun terakhir. Di sana, terdapat kurang lebih 100 orang yang tergabung dalam padepokan. Di rumah tersebut, sering diadakan acara pengajian dan ritual penyembuhan.

“Sering adakan pengajian di rumah, dzikir, ritual pengobatan. Dalam kegiatan tidak semua aktif hadir  yang datang kadang 20-30. Menyesuaikan rumahnya, karena rumah sempit,” terangnya.

Saat ini, polisi masih menunggu kondisi pimpinan padepokan, Nurhasan sembuh dalam perawatan di RS Soebandi. Polisi juga sedang berkoordinasi dengan Kejaksaan untuk mencari apakah ada unsur pidana dalam aktivitas ritual. Menurutnya ada hal hal yang sengaja masih disembunyikan dan belum diceritakan.

“Pemeriksaan 13 saksi, baik yang ada di TKP, yang evakuasi, dan korban selamat. Dari hasil penyelidikan, koordinasi dengan kejaksaan. Kalau ditemukan unsur tindak pidana, akan kami pidanakan agar terjadi efek jera,” jelasnya.

Sementara itu, Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan tidak mengetahui bahwa di Jember ada kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara. Di Jember sendiri, kata Hendy, banyak kelompok anggota dzikir. Namun tidak melakukan aktivitas ritual mandi di laut.

“Kami tidak memantau, kelompok ritual ini juga melakukan ritual di sungai, dilakukan banyak orang, mulai jam 9 malam sampai jam 1 pagi. Itu informasi yang kami dapatkan,” jelasnya.

Di sisi lain, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan gelombang tinggi laut yang berlaku selama 7 hari ke depan mulai tanggal 13 hingga 19 Februari 2022. Hendy Siswanto telah meminta kepada masyarakat untuk tidak mendekati kawasan Pantai Payangan.

“Saya minta kepada seluruh warga Jember untuk tidak beraktivitas di bibir pantai dulu sebab cuacanya berbahaya, tolong petugas terkait untuk memperketat penjagaan pantai,” pungkas Hendy.

Reporter: Moh. Ulil Albab
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Wayang Orang Sriwedari: Seni Pertunjukkan Paling Komplit yang Tak Pernah Absen Selama 100 Tahun dan liputan menarik lainnya di Susul.

 

Exit mobile version