Jeritan Petani Kala Harga Salak Banjarnegara Anjlok Jadi 300 Perak, Kebun Luas Hasilnya Cuma Bisa untuk THR 2 Cucu

Ilustrasi salak (Ega/Mojok.co)

Jelang Lebaran, petani salak Banjarnegara menjerit. Harga bisa hanya Rp300 per kilo. Ada yang sampai nekat membuang hasil panenan karena frustasi harga rendah.

Pada Selasa (2/4/2024) lalu sempat ramai video sejumlah pria membuang panenan salak dari mobil pikap dari atas jembatan ke sungai. Video yang berlokasi di Desa Talunamba, Kecamatan Madukara, Banjarnegara itu menuai perhatian publik.

Pembuang salak mengaku harus membuang lantaran permintaan salak menurun drastis. Banyak salak tak bisa terjual hingga busuk. Akhirnya mereka buang.

Pada Ramadan 2024 ini harga salak Banjarnegara memang turun drastis. Petani di beberapa kecamatan penghasil salak seperti Madukara, Sigaluh, hingga Banjarmangu mengeluhkan murahnya harga panenan mereka.

Banyak kisah miris yang beredar dari telinga ke telinga para petani yang tak berhasil meraup untung pada masa panen sebulan terakhir. Niyem (63) misalnya, petani salak asal Banjarmangu, Banjarnegara ini harus rela menjual salaknya dengan harga murah.

“Bahkan ada itu kemarin, pengepul salak yang kasihan sama petani, akhirnya membeli 10 ton seharga 10 juta. Terus dibagikan untuk panti asuhan,” terangnya.

Niyem, pada panen terakhir Sabtu (6/4/2024) lalu hanya bisa mendapat uang Rp220 ribu dari dua lahan miliknya. Jumlah itu yang ia terima bersih setelah dipotong untuk tenaga pemanen yang dapat 50 persen lantaran masih saudara sendiri.

“Hasil panen semono ya mung iso nggo (hanya bisa untuk) THR 2 cucu,” ujarnya tertawa getir.

Getir petani salak Banjarnegara, harga salak bisa Rp300 per kilo

Menurut Niyem, momen panen jelang Lebaran ini merupakan yang terendah dalam setahun terakhir. Banyak petani yang kesulitan menjual dengan harga layak, sementara jika tidak segera panen salak akan membusuk.

“Ada tetangga desa yang kemarin sudah telanjur panen banyak tapi sulit cari pembeli. Akhirnya, rela dijual Rp300 per kilo,” tuturnya.

salak banjarnegara.MOJOK.CO
Salak di kebun Banjarmangu, Banjarnegara (Hammam/Mojok.co)

Sambil tertawa, ia bercerita kalau tetangganya bahkan menyuruh saudaranya menjual salak ke kota. Alih-alih pulang membawa uang, justru uangnnya habis di jalan untuk biaya transport, membeli rokok, dan makan.

Sebelumnya, Mojok pernah mewawancarai Edi Prayitno (33). Seorang generasi muda petani salak Banjarnegara yang mengalami masa sulit beberapa tahun terakhir.

Satu hektare lahan salak bisa ia tanam hingga 2.500 hingga 3.000 pohon salak. Lahan seluas itu beberapa tahun terakhir menurut Edi hanya bisa menghasilkan 800 kilogram sampai 1 ton buah setiap kali panen. Padahal, tidak banyak petani yang punya lahan seluas itu.

“Sebelum 2015 itu masih bisa di atas satu ton. Bahkan sampai dua ton di lahan yang sama,” kenangnya.

Kesulitan petani saat ini

Sebagai generasi petani yang masih tergolong muda, Edi masih pernah mencicipi ledakan harga salak. Hal itu terjadi sekitar tahun 2010-2012 saat terjadi erupsi Merapi yang mengganggu pasokan salak dari Sleman. Namun, kenangan itu sudah lewat lebih dari satu dekade.

Ada banyak faktor yang menyebabkan penyusutan hasil panen. Salah satunya pupuk bersubsidi yang kini susah untuk petani dapatkan dengan kuantitas yang ideal. Hal itu menyebabkan kebun tidak dipupuk secara optimal. Produktivitas panenan pun jadi berkurang.

Jika harus membeli pupuk nonsubsidi, Edi berpendapat kebanyakan petani tak mampu. Terlebih di saat harga jual salak sedang konsisten rendah seperti beberapa tahun belakangan.

“Dulu beli pupuk bersubsidi berapa saja mudah. Bisa beli sesuai kebutuhan. Sekarang kuotanya terbatas sekali,” keluhnya.

Selain itu faktor iklim dan cuaca yang semakin tidak menentu turut memengaruhi hasil dari kebun. Musim kemarau dan hujan bisa berlangsung lebih lama dari biasanya.

Saat ini di Banjarnegara, luas lahan produktif untuk kebun salak mencapai sekitar 8.502 hektare. Rumpun produktifnya mencapai kurang lebih ± 12.651.800 buah.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Senjakala Petani Salak Banjarnegara, Dulu Makmur Kini Tersungkur

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version