Tragedi Bukit Bego, Abainya Pemda Bantul pada Nyawa Wisatawan yang Sudah Datangkan PAD

Tragedi Bukit Bego, Abainya Pemda Bantul pada Nyawa Wisatawan yang Sudah Datangkan PAD MOJOK.CO

Ilustrasi Tragedi Bukit Bego, Abainya Pemda Bantul pada Nyawa Wisatawan yang Sudah Datangkan PAD. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bukit Bego di Bantul menjadi jalur maut dan menakutkan bagi bus pariwisata dan wisatawan yang datang ke Bantul. Setidaknya dari tahun 2017 hingga 2024, ada 4 kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus pariwisata dengan korban jiwa 18 wisatawan meninggal dunia. Pemda Bantul dinilai abai dengan peristiwa yang terus berulang.

***

Siang itu 6 Februari 2022, sekitar pukul 13.30, R Muhammad Elko Pasa (36) menghentikan mobilnya di tepi jalan karena membantu sebuah mobil yang mogok di tepi jalan Dlingo-Imogiri. Orang-orang menyebut kawasan itu dengan Bukit Bego. 

Saat itu, ia mendengar dan melihat laju bus berwarna hijau corak putih yang tengah menuruni jalan dari arah Mangunan hendak turun ke Imogiri, Elko Pasa memberikan tanda agar bus berjalan pelan karena ada mobil mogok. Namun, bus itu tetap melaju cepat dengan oleng ke kanan dan ke kiri. 

Bus itu kemudian berbelok ke kanan dan menabrak tebing. Beberapa penumpang sampai terlempar keluar dari bus karena kencangnya benturan. Sebanyak 13 orang penumpang yang merupakan wisatawan asal Solo, Jawa Tengah tewas di tempat. 

Peristiwa serupa terjadi persis dua tahun kemudian, 8 Februari 2024 pukul 13.40. Rombongan wisatawan asal Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah baru saja menikmati pemandangan Puncak Becici. Mereka kemudian menuju Pantai Parangtritis untuk menikmati wisata pantai. 

Namun, saat tiba di Bukit Bego bus mengalami rem blong saat jalan menurun. Sopir lantas membanting stir ke kiri karena di kanan jalan ada tebing. Bus kemudian terpelanting dan ambruk di sisi kiri. Supir dan kenek yang sudah keluar dari bus meminta penumpang untuk segera keluar. 

Saat penumpang berusaha keluar, bus merosot sekitar 55-60 meter dan berhenti di lokasi terakhir kejadian. Tiga orang wisatawan tewas karena kejadian tersebut. Dua orang penumpang meninggal di tempat dan satu penumpang lainnya meninggal di rumah sakit.

Jalur maut untuk bus pariwisata luar daerah

Selain dua kecelakaan tersebut di atas, kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa juga terjadi di Bukit Bego pada 3 Desember 2017. Kecelakaan tersebut menimpa bus pariwisata PO Langsung Jaya yang membawa rombongan wisatawan dari Boyolali Jawa Tengah. Dua wisatawan meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka setelah bus yang baru berwisata dari Hutan Pinus Mangunan, turun menuju Imogiri menabrak dinding Bukit Bego. 

Kamis, 25 April 2019 di kawasan yang sama terjadi kecelakaan lalu lintas antara bus pariwisata bernopol K 1637 B dengan mobil minibus Kijang Rover dengan nopol AB 1824 BZ. Dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa. 

Selain kecelakaan yang melibatkan bus pariwisata, tanggal 17 Oktober 2021, seorang pesepeda meninggal di turunan tajam Bukit Bego karena tidak bisa mengendalikan sepedanya. 

“Emosi saya mendengar ini, geram karena terus terjadi. Lagi-lagi yang jadi korban wisatawan, mau ditaruh mana muka Bantul!” kata Agus Santoso (57), warga Bantul yang Mojok hubungi, Minggu (11/2/2024). Suaranya tampak geram, karena dua tahun lalu ia sudah berkirim surat tertulis kepada Bupati Bantul tentang perlunya solusi agar tidak terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa di Bukit Bego. 

Namun, justru Bukit Bego seolah jadi saksi bisu hilangnya nyawa wisatawan karena kecelakaan lalu lintas akibat abainya Pemda Bantul pada fasilitas keselamatan.

Pemda Bantul sudah diingatkan dua tahun lalu soal Bukit Bego yang rawan kecelakaan

“Dua tahun lalu, saya sudah berkirim surat tertulis ke bupati cq Dinas PUPR Bantul supaya membuat barier. Semacam jalur kira-kira panjangnya 50 meter di sebelah kiri turunan, tempat menangkap bus-bus yang remnya blong. Nanti isinya pasir, split, dengan posisi menanjak sehingga bis akan macet dengan sendirinya terperangkap di kubangan pasir dan split,“ jelasnya melalui sambungan telepon.

Surat tersebut ia kirim beberapa saat setelah terjadi kecelakaan yang menewaskan 13 orang wisatawan di Bukit Bego. Agus bukan hanya tidak mendapat balasan dari Pemda Bantul dalam hal ini bupati. Ia melihat tidak ada tindakan nyata untuk mengurangi risiko di jalur maut tersebut. 

“Manajemen Pemda Bantul ini perlu dipertanyakan, untuk kepentingan jalur wisatawan yang mendatangkan PAD saja mereka tidak care. Tidak memahami pentingnya keselamatan wisatawan,” katanya. Kondisi ini jika dibiarkan bisa membuat takut wisatawan datang ke Bantul atau menikmati tempat-tempat wisata di sekitaran Bukit Bego.

Agus mengatakan, jika memang Pemda Bantul tidak ada anggaran untuk membangun barier tersebut, bisa saja minta Danais. Agus yang menggagas gerakan Bantul Moncer yang ia sebut sebagai kelompok oposisi Pemda Bantul sering memberikan masukan baik diminta maupun tidak.

“Tapi kelihatannya Pemda Bantul nggak berpikir sampai sana, surat kami saja nggak dapat respon. Kalau kita melihat jalan tol, jalan tol Semarang-Solo itu kan banyak jalan turunan, pasti di situ ada bariernya. Nggak mahal,kok, nggak sampai bermilyar-milyar,” kata Agus. 

Ia mengatakan, dulu ia sempat berkomunikasi dengan pengusaha di daerah maupun pengusaha Bantul di Jakarta. Mereka sudah bersedia memberi sumbangan, tapi mereka meminta surat dari Pemda. “Surat kami saja nggak dapat balasan, nggak ada surat ya jadi nggak terwujud,” ujar Agus Santoso. 

Tidak ada upaya keselamatan untuk wisatawan luar daerah

Menurut Agus, ia melihat sampai saat ini tidak ada upaya langkah-langkah untuk membangun fasilitas dalam rangka safety pengguna jalan atau wisatawan yang lewat Bukit Bego. “Memang itu jalur ekstrem, jadi namanya kendaraan, meski baru kalau direm dengan medan seperti itu kadang nggembos,” kata Agus. 

Bukit Bego sebenarnya menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi karena punya daya tarik menikmati matahari tenggelam. Di sekitar Bukit Bego banyak destinasi lain yang juga jadi langganan wisatawan dari luar DIY. Destinasi tersebut yaitu Puncak Becici,  Pinus Pengger, Seribu Batu Songgo Langit, Kebun Buah Mangunan, Bukit Panguk Kediwung, Hutan Pinus Mangunan, Watu Goyang.

Agus Santoso sendiri punya usaha bus pariwisata sehingga paham dengan kondisi jalur di sekitar Bukit Bego. Ia selalu menyarankan krunya untuk selalu berhati-hati ketika lewat jalur tersebut. “Tapi kan orang luar, atau wisatawan dari luar daerah tidak tahu. Rambu saja di sana tidak ada,” katanya.

Tiga minggu sebelum kejadian, Agus Santoso mengatakan, ia bersama beberapa tokoh Bantul yang maju dalam pemilihan calon anggota legislatif sempat datang ke lokasi. Ia menyampaikan kepada orang-orang tersebut soal kondisi jalan yang berbahaya.

“Saya saat itu ngomong, mau long weekend, semoga nggak terjadi sesuatu di Bukit Bego, eh malah kejadian seperti ini,” kata Agus Santoso. Ia khawatir, jika kejadian kecelakaan terus berulang, wisatawan beranggapan tempat-tempat wisata di sekitar kawasan Mangunan atau Bukit Bego menakutkan untuk mereka datangi.

Banyak wisatawan luar daerah tidak tahu kondisi jalan di Bukit Bego

Agus Santoso menyarankan, agar Pemda Bantul, segera  bangun barier di Bukit Bego. Salah besar kalau ada Kalau ada yang mengatakan bahwa pembangunan barier itu adalah kewenangan Pemda DIY karena merupakan jalan provinsi.

“Ini kan yang dibangun bukan jalan. Ini fasilitas di luar jalan. Pemda Bantul punya kewenangan,” kata Agus. Saya ini juga pelaku dunia pariwisata, punya bus pariwisata, apa nggak geram begini ini,” kata Agus.

Selama ini korban jiwa di Bukit Bego adalah orang-orang dari luar Bantul. Ini karena mereka tidak tahu kondisi jalan. Agus yakin, pelaku usaha jasa pariwisata di Bantul sudah tahu kondisi jalan di Bukit Bego sehingga berhati-hati.

Sedangkan orang-orang dari luar Bantul mungkin saja mereka hanya mendapat arahan dari Google Maps untuk lewat jalan tersebut tanpa Google menyampaikan kondisi jalan yang naik turun. 

“Bukan hanya bus, tapi juga truk, dan kendaraan pribadi, harus hati-hati melewati Bukit Bego,” katanya. 

Bupati Bantul imbau wisatawan yang datang cek kendaraan

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, saat meninjau korban kecelakaan mengatakan, bus yang mengalami kecelakaan pada (8/2) ternyata uji KIR-nya sudah kedaluarsa.

“Jadi sudah empat tahun (uji KIR kedaluarsa). Maka, kami selalu menyarankan apabila kendaraan mau ke Dlingo, atau obyek wisata yang ada di Kapanewon Dlingo hendaklah bus yang normal,” pesan Halim seperti dikutip dari Tribun Jogja.

Bupati Bantul menyatakan, agar musibah yang menimpa rombongan wisatawan tidak terjadi kembali, pemerintah mengimbau kepada seluruh wisatawan sebelum berwisata ke Bantul agar memastikan kendaraan atau bus dalam kondisi baik.

“Kita menyerukan, mengimbau kepada seluruh wisatawan sebelum ke Bantul atau ke manapun saja untuk memastikan kendaraan yang digunakan adalah kendaraan yang baik, yang sehat yang selalu diuji KIR (uji berkala kendaraan) setiap tahun,” katanya.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Jalan Menuju Destinasi Wisata di DIY Banyak yang Ekstrem! Ini Rekomendasi KNKT

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

 

Exit mobile version