Mereka yang Merawat Anjing Telantar

Merawat anjing telantar bukan perkara mudah. Butuh orang-orang yang tidak sekadar memiliki hati, tapi juga kesediaan untuk berkorban.  

***

Berbekal informasi dari media sosial, Mojok.co bertandang ke Selter Anjing Ron-Ron Dog Care (RRDC). Sayangnya Google Maps tidak bisa menjangkau lokasi selter anjing ini. Mengandalkan informasi dari warga sekitar di titik terakhir Google Maps terdeteksi akhirnya saya bisa sampai di selter anjing yang memiliki jarak sekitar satu kilometer dari rumah warga.

Saya berjumpa dengan Pak Victor Indrabuana (46), pendiri RRDC. Ia masih ingat, dengan peristiwa di tahun 2018. Ada seorang wanita yang meninggal dunia dan meninggalkan 23 ekor anjing. Dari jumlah itu lahirlah sepuluh anak anjing. Tiga lainnya, sedang hamil.  

Pak Victor sempat bergelut dengan batinnya sendiri, antara meninggalkan anjing-anjing itu atau merawatnya. “Mungkin karena anjing kampung, jadi tidak ada yang mau merawat,” ungkap Pak Victor menerawang. Akhirnya, Pak Victor memilih membawa anjing-anjing itu ke rumahnya.

Pak Victor bersyukur bahwa rumahnya masih cukup luas untuk menampung anjing-anjing itu. Sebelumnya di tahun yang sama, ia mendirikan selter untuk anjing terlantar. Ide untuk mendirikan selter itu berangkat dari kegelisahan enam belas tahun sebelumnya. Ia yang punya anjing doberman, kesulitan mencari tempat penitipan anjing dalam jangka waktu lama.

Sejak itu, ia tidak memelihara anjing. Sampai kemudian ia memutuskan untuk membuat selter anjing di tahun 2018. Anjing yang diselamatkan pertama kali bernama Ron-Ron. Seekor anjing ras chow-chow dengan bulu tebal berwarna coklat muda. Saat pertama kali Pak Victor melihat Ron-Ron, tanpa didekati pun ia sudah tahu bahwa ada lebih dari seribu kutu yang bersarang di tubuhnya. Saat dibawa ke dokter hewan, berbagai diagnosa penyakit pun muncul, seperti anemia dan cacingan.

Dibalik tampilan yang menggemaskan setelah sembuh dari sakitnya, rupanya Ron-Ron ini merupakan anjing yang galak dan senang menggigit. Bahkan Pak Victor dan anaknya pun pernah digigit oleh Ron-Ron. “Saya itu pemilik kesebelas, karena pemilik-pemilik sebelumnya tidak suka dengan Ron-Ron yang galak,” ungkap Pak Victor menerawang. Saat Pak Victor merawat Ron-Ron, umur anjing itu sudah tua, sekitar dua belas atau tiga belas tahun.

Lambat laun, Pak Victor mampu mengubah Ron-Ron menjadi anjing yang ramah dan penurut. Bahkan Ron-Ron mau dipeluk dan digendong. Sayang, pada Januari 2021, Ron-Ron meninggal dunia. “Memang Ron-Ron sudah tua, tapi dari Ron-Ron lah, selter ini akhirnya dapat berdiri,” ungkap Pak Victor.  

Sejak itu, Pak Viktor makin giat menyelamatkan anjing-anjing di jalanan maupun yang ditelantarkan pemiliknya.

Salah satu anjing yang merupakan kesayangan Pak Victor adalah Cello. Anjing telantar itu ditemukan di depan sebuah rumah dalam keadaan patah tulang belakang dan luka penuh belatung. Pak Victor mengatakan anjing itu tertabrak motor. “Sayang, pemiliknya tidak tahu cara mengobati anjing, sehingga dibiarkan begitu saja,” ungkap Pak Victor sembari mengajakku melihat Cello dari dekat.

Rasa iba membuat Pak Victor membawa anjing itu ke dokter hewan. Meskipun demikian, anjing itu dinyatakan lumpuh. Alhasil, Pak Victor membeli kursi roda untuk anjing sehingga Cello tetap dapat bermain.

Anjing-anjing yang trauma pada manusia

Menyelamatkan anjing telantar bukan perkara mudah. Bekas luka akibat gigitan anjing di tangan Pak Victor menunjukkan perjuangannya. “Banyak anjing itu yang trauma dengan manusia,” ungkap Pak Victor sembari menunjuk seekor anjing yang lari ketika didekati. Tidak jarang ketika menyelamatkan anjing telantar di jalan, Pak Victor sering kali harus berkejaran dengan anjing, bahkan sampai digigit. Menurutnya, hal itu wajar terjadi, mengingat anjing dapat bersikap melindungi diri ketika sudah pernah disakiti oleh manusia.

Menyelamatkan anjing juga memerlukan kemampuan untuk diplomasi. Seperti saat membebaskan anjing dari rumah jagal yang ada di Pundong, Bantul, Pak Victor pun berhadapan dengan para jagal anjing. Hanya saja, ia memilih untuk menutup kasus di rumah penjagalan Bantul secara kekeluargaan. Pasalnya, Bantul memang terkenal dengan aktivitas penjagalan anjing. Sehingga, akan sulit jika dibawa ke jalur hukum karena memerlukan anjing sebagai barang bukti.

Beberapa anjing di Shelter Ron-Ron Dog Care. Foto oleh Briggita Adelia/Mojok.co

“Dihitung saja jika di sana ada dua puluh rumah yang isinya ribuan anjing, siapa yang mau menampung, padahal beberapa anjing di sana sudah banyak yang lemas karena dikarung berhari-hari dan tidak diberi makan,” ungkap Pak Victor.

Menyelamatkan anjing memerlukan biaya besar. Anjing yang ada di selter RRDC harus dipastikan bebas dari penyakit. Selain itu, sesuai peraturan yang telah ditetapkan Pak Victor, anjing harus dilakukan vaksin, diberikan obat cacing, dan disterilkan.

“Melakukan steril pada anjing memerlukan biaya besar, anjing betina harus dilakukan di rumah sakit hewan karena jahitan bekas mengangkat rahim sulit untuk kering, sedangkan untuk jantan dapat dilakukan di selter karena jahitan bekas mengangkat testis mudah untuk kering,” ungkap Pak Victor menjelaskan.

Melakukan steril pada anjing juga tidak mudah, pasalnya sebelum dilakukan steril harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter hewan apakah lolos kesehatan atau tidak. Jika keadaan anjing lemas, maka tidak boleh dilakukan steril, dikhawatirkan meninggal di meja operasi.

Merogoh kocek sendiri, membuka diri untuk relawan dan donasi

Sebelum mendapatkan berbagai donasi dan bantuan makanan, Pak Victor memang memulai selter anjing RRDC dengan merogoh koceknya sendiri. “Kalau pekerjaan utama kontraktor, tapi ini adalah misi sosial,” ungkap Pak Victor yang sebenarnya baru menginjakkan kaki di Jogja tahun 2016, setelah lama di Jakarta.

Pak Victor kemudian bercerita saat berupaya menyelamatkan anjing yang ditinggal tuannya di sebuah rumah sakit hewan. Anjing itu ditinggalkan dengan tagihan rumah sakit hewan yang membengkak, bahkan saat itu Pak Victor perlu menggelontorkan uang lebih dari satu juta untuk menebus tagihannya.

Merogoh kocek pribadi juga dilakukan awal Pak Victor membangun selter anjing RRDC di sekitar Jalan Kaliurang. Menurutnya, selter anjing ini dibangun baru sekitar bulan Juni 2021.

“Selter ini dibangun sejak kasus penangkapan jual-beli anjing ilegal di Kulon Progo. Saat itu anjing yang berhasil diselamatkan 78 ekor, tapi dalam perjalanannya ada yang meninggal sehingga hanya 62 yang masih hidup,” ungkap Pak Victor.

Pembangunan selter dilakukan mempertimbangkan anjing yang diselamatkan di Kulon Progo masih berupa barang bukti dan belum boleh untuk diadopsi. Sedangkan jika ditempatkan di rumahnya yang beralamat di Jalan Kabupaten, Trihanggo, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak akan cukup.

Ketika memilih lokasi RRDC di sekitar Jalan Kaliurang ini, Pak Victor sudah mempertimbangkan beberapa hal, seperti pembangunan tidak dilakukan di wilayah padat penduduk. Pasalnya tidak semua orang menyukai anjing. Selain itu, selter dibangun jauh dari pemukiman warga agar tidak ada yang terganggu akibat bau tidak sedap ataupun kebisingan.

Meski diisi 130 anjing, RRDC malah terlihat tenang dan nyaman. Anjing hanya menggonggong ketika ada orang baru bertandang. Selain itu tidak tercium bau tak sedap. Malah, saya senang karena suasana yang asri berkat banyak pohon di sekelilingnya.

Anjing yang ada di RRDC memang dibiasakan hidup bersama manusia. Pak Victor sudah melatih para anjing untuk menjaga kebersihan selter dengan tidak buang air besar di sembarang tempat, melainkan menggali di tanah atau di bak pasir yang sudah disediakan.

Selain itu, anjing-anjing diajarkan untuk tidak agresif dengan cara memberi makan secara free flow atau setiap anjing bebas untuk mengambil dan makanan akan selalu tersedia di baskom. “Tidak ada ilmu pasti, namun saya bisa mengerti karena mencoba dan belajar dari pengalaman,” ungkap Pak Victor menjelaskan.

Memelihara anjing tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan. Jangan memaksakan memelihara banyak anjing jika nantinya hanya tidak terawat. “Pernah menyelamatkan anjing dari rumah kecil yang isinya sekitar sepuluh anjing,” cerita Pak Victor. Ia mengatakan dari depan rumah saja, bau tidak sedap sudah tercium. Hanya saja pemiliknya tetap kekeh mempertahankan anjing-anjing itu dan bahkan mengatakan sangat menyayangi anjingnya.

Memaksakan tempat hanya akan membuat anjing tidak nyaman. Selain itu dapat berdampak buruk jika salah satu anjing terkena penyakit, maka akan dengan mudah menularkan pada anjing yang lain.

Anjing yang ada di RRDC dapat diadopsi. Hal pertama yang harus dilakukan oleh calon keluarga asuh anjing adalah memilih dahulu anjing mana yang di inginkan. “Anjing yang ada di sini kebanyakan merupakan anjing kampung dan anjing mix yang sudah tidak jelas keturunannya, jika kebetulan ada anjing ras yang ingin mengadopsi selalu banyak,” ungkap Pak Victor.

Setelah memilih anjing, barulah Pak Victor akan mendatangi rumah dari calon keluarga asuh anjing dan menilai apakah rumah itu memenuhi syarat atau tidak. Syarat utama adalah harus merupakan rumah pribadi, tidak boleh kos. Selain itu, rumah diusahakan berada di Jogja dan sekitarnya, untuk memudahkan melakukan pengecekan. Sedangkan beberapa syarat tambahan seperti mempunyai halaman yang luas dan berpagar, ketinggian pagar, dan kapasitas rumah, menyesuaikan dengan jenis anjing yang akan di adopsi.

Anjing yang sudah di adopsi, tidak boleh terus menerus dikurung di dalam rumah atau kandang. Anjing harus sesekali diajak bermain agar tidak stres. “Diharapkan anjing tidak diperjualbelikan dan dipindah tangan untuk mencegah kekerasan pada anjing,” tambah Pak Victor. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengadopsi anjing sebesar nol rupiah, tanpa mengganti biaya yang sudah dikeluarkan oleh selter. Setidaknya sampai saat ini sudah dua ratus lebih anjing yang menemukan keluarga asuh.

Selter RRDC juga membuka peluang bagi masyarakat yang ingin bergabung menjadi relawan atau memberikan donasi untuk membantu keberlangsungannya. Saat ini RRDC tidak hanya melayani adopsi nol rupiah, namun jika Pak Victor menemukan anjing di jalan, ia juga tidak segan untuk mengumumkan dan mengembalikan pada pemiliknya tanpa ditarik biaya. Di samping itu, ia juga menerima penitipan anjing berbayar sebagai bentuk subsidi silang terhadap anjing lainnya.

Ke depannya, Selter Anjing RRDC ini diharapkan dapat menjadi pusat edukasi anjing, di mana pengunjung dapat bersantai dan bermain dengan anjing. “Setiap hari selter buka pukul 10.00-17.00 WIB,” pungkas Pak Victor.

Animal Lover Jogja, kesedihan melihat anjing telantar

Mojok bertemu dengan Jenny Sulistyowati salah satu pendiri Animal Lover Jogja (ALJ) yang berdiri tahun 2016. adalah salah satu yang menginisiasi selter. ALJ  terbentuk atas dasar rasa kecintaannya dan teman-teman terhadap anjing. Cerita ini berawal ketika Jenny bergabung dalam sebuah komunitas anjing di Jogja. Saat itu, ia dan teman-temannya seringkali merasa sedih ketika mendengar informasi anjing sakit tidak terurus hingga anjing yang dijagal untuk dikonsumsi.

Mereka kemudian membentuk Animal Lover Jogja dan mulai bergerak menyelamatkan anjing-anjing yang terlantar dan terancam. Berhubung tidak memiliki tempat khusus, anjing yang di-rescue tersebut lalu dirawat di salah satu rumah mereka.

Jenny dan anjing di shelter Animal Lover Jogja. Foto Dok.ALJ

Semakin hari, anjing telantar yang diselamatkan pun semakin banyak. Jenny bersama teman-teman akhirnya menyewa sebuah rumah di kawasan Pakualaman untuk dijadikan selter. Dua tahun berselang, Animal Lover Jogja pindah di daerah Ngemplak Sleman. Kali ini, Jenny memutuskan untuk memanfaatkan tanah dan rumah peninggalan sang nenek menjadi selter anjing.

Sejak berdiri 2016, Animal Lover Jogja berhasil menyelamatkan ratusan anjing yang telantar dan terancam. Anjing-anjing itu pun kemudian dievakuasi dan dirawat di selter Animal Lover Jogja sampai mendapatkan pemilik barunya.

“Kebanyakan yang kita selamatkan itu anjing jalanan yang sakit, anjing yang mau dibunuh untuk dijadikan konsumsi, dan anjing-anjing galak atau bermasalah yang mau dibuang sama pemiliknya,” ujar Jenny. Saat ini, selter ini bisa menampung sampai 50 anjing berbagai ukuran.

Meski telah memiliki selter tetap dengan daya tampung yang besar, Animal Lover Jogja lebih mengutamakan edukasi daripada sekadar mengadopsi. Jenny mengatakan, tidak semua anjing yang mau dibuang pemiliknya akan diadopsi pihaknya. Ia akan melihat terlebih dahulu bagaimana kondisi hewannya, jika dirasa anjing masih aman dipelihara oleh pemilik, maka pihak Animal Lover Jogja hanya memberi training dan memberikan edukasi kepada pemilik.

 “Pernah dulu ada yang mau buang anjingnya karena galak banget sampai nggigit telinga anaknya, itu anjingnya dikasih di sini kita training terus sudah jinak baru diambil lagi sama pemiliknya,” tutur Jenny.

Pendekatan humanis ke tempat penjagalan anjing

Begitupula dengan kasus tempat-tempat pemotongan anjing. Relawan Animal Lover Jogja selalu berupaya melakukan pendekatan secara humanis. Edukasi juga diberikan kepada para pemilik tempat tersebut, mulai dari segi kesehatan, lingkungan, hingga hukum.

“Kita lakukan pendekatan dan edukasi kepada mereka, kalau anjing mereka sakit itu juga kita tawarin buat diobatin secara gratis. Dari situ mereka nanti tersentuh dan tersadar, akhirnya enggak jualan daging anjing lagi,” bebernya.

Tidak sembarang orang bisa mengadopsi anjing-anjing yang ada di Animal Lover Jogja. Mereka memiliki aturan dan syarat yang begitu ketat. Pertama, calon adopter wajib memiliki rumah berpagar. Hal ini agar saat anjing dikeluarkan dari kandang tidak kabur dari rumah, sehingga meminimalisir kejadian anjing tertabrak ataupun diracun.

Kedua, anjing tidak boleh dikawinkan, dipindah tangankan tanpa izin, apalagi dijual. Adopter juga harus terus menjalin komunikasi dengan Animal Lover Jogja untuk mengabarkan perkembangan anjingnya. 

Sebelum diberikan kepada adopter, Animal Lover Jogja pun lebih dahulu akan menyurvei rumah calon adopter secara langsung. Jika dirasa layak dan sesuai ketentuan, barulah adopter bisa membawa pulang anjingnya tanpa biaya sepeserpun.

“Kita jadikan adopter itu seperti keluarga sendiri, kita terus jalin komunikasi terus dekat jadi kalau ada apa-apa kita tahu perkembangannya. Kalau misal adopter bosen atau anjingnya bermasalah itu juga mereka tinggal bawa ke sini lagi saja nanti kita yang urus,” jelasnya.

Menampung sampai 50 ekor anjing, Animal Lover Jogja bisa menghabiskan Rp15 juta/bulannya untuk membeli kebutuhan pakan, vitamin, dan operasional.

Jenny mengatakan, untuk mencukupi biaya operasional yang besar itu pihaknya menjual paperbag. Selain itu, ia juga membuka donasi dan terus mengajak teman-temannya untuk bergotong royong saling bahu membahu. Jenny meminta bantuan materil itu secara sukarela. Bagi mereka yang tak memiliki uang lebih, mereka pun dapat membantu dengan memberikan dukungan tenaga.

 “Biayanya dari jual paperbag, donasi, saya pribadi juga ngeluarin, dan bantuan teman-teman. Saya selalu ajak teman-teman, mereka bisa kasih atau bantu apapun bebas. Ada yang bantu dogfood sebulan sekali, ada yang bisanya bantu tenaga itu nggak papa. Mau kecil atau besar nggak masalah,” ungkapnya.

BACA JUGA ​​ Menunggu Dian Sastro di Gudeg Ceker Mbok Joyo dan liputan menarik lainnya di Susul.

 

Exit mobile version