Cerita Pengalaman Pertama Pakai iOS, Awalnya Ragu Berakhir Nggak Ingin Balik Android

Cerita Pengalaman Pertama Pakai iOS, Awalnya Ragu Berakhir Nggak Ingin Balik Android

Ilustrasi Cerita Pengalaman Pertama Pakai iOS, Awalnya Ragu Berakhir Nggak Ingin Balik Android

Mojok ngobrol dengan beberapa pengguna baru iOS. Awalnya ragu, tapi setelah beberapa bulan menjajalnya, malah nggak pengin kembali lagi pakai Android. Ada beberapa alasan yang membuat mereka menjadi nyaman dan setia dengan perangkat besutan Apple ini.

***

Nimal Maula (23) ingat betul, tahun 2014 untuk pertama kalinya ia beli hape Android. Mereknya Samsung Galaxy S Duos yang ia beli bekas dari saudaranya seharga Rp400 ribu.

Era itu, pengguna iOS di lingkungannya belum terlalu banyak. Selain itu, baginya iPhone terlalu susah dijangkau lantaran harganya yang mahal. Maklum, saat itu ia masih sekolah dan belum punya pemasukan sendiri.

“Tapi secara umum aku memang belum memahami apa yang membuat iPhone unggul. Malah dulu mikirnya iPhone itu ribet dan nggak fungsional,” katanya.

Mahasiswa salah satu kampus negeri di Yogyakarta ini tergolong orang yang suka utak-atik barang elektronik. Dulu, saat awal-awal punya hape ia suka membongkar dan melakukan berbagai rekayasa kecil-kecilan yang biasa disebut oprek.

“Oprek tu istilahnya, ngganti daleman hape. Xiaomi sistem dan tampilannya diganti Samsung dan semacamnya gitu. Dulu sering nyoba-nyoba,” tuturnya.

Namun sistem operasi iOS tak bisa ia akali demikian. Selain itu, merasa kurang cocok pakai iOS lantaran biasanya sering menginstall aplikasi dari pihak ketiga. Pakai iOS memang tidak sembarang bisa menginstall aplikasi selain dari App Store.

“Dulu juga merasa kayanya ribet pakai iPhone, terutama urusan tranfer file ke Windows yang nggak semudah Android,” ujarnya tertawa lantaran sekarang ia sudah menyadari ternyata banyak jalan untuk menyiasati hal itu.

Namun, berjalannya waktu, ia mengaku mulai penasaran dengan iPhone karena semakin banyak digunakan orang di sekitarnya. Ia juga mulai sering banyak mencari tahu tentang ponsel keluaran Apple ini di internet.

“Saking penasarannya pengen pakai tapi nggak ada duit, dulu sempat beli  iPhone 6 yang iCloud-nya terkunci. Beli seharga Rp600 ribu,” ujarnya.

Namun ternyata, tidak semudah itu untuk membuka iCloud yang terkunci. Hape itu pun akhirnya hanya tergeletak saja. Momen itu membuatnya menyadari salah satu keunggulan iOS di urusan keamanan data.

Waktu berjalan, di tahun 2022 ia merasa benar-benar bosan menggunakan Android. hape-nya saat itu, Samsung M31 dirasa kurang optimal untuk menunjang kebutuhannya bermain gim dan dokumentasi foto dan video.

Saking inginnya memiliki, ia bahkan membeli iPhone jauh-jauh di Amerika. Tepatnya di Apple Village Point, Omaha, Amerika Serikat. Ribuan kilometer dari tempatnya tinggal di Jogja.

“Kebetulan saat itu ada teman lagi ke Amerika, dia nawarin iPhone yang katanya harganya agak lebih murah ketimbang beli di Indonesia,” ujarnya.

Tanpa pikir panjang, ia pun membeli iPhone 12 seharga sekitar 700 USD. Temannya sudah terlanjur membelikan, ternyata ia baru menghitung detail urusan pajak dan bea cukai yang perlu dibayarkan agar barang tersebut bisa digunakan di Indonesia.

“Ternyata biaya-biaya itu hampir satu juta rupiah. Ya jatuhnya harganya jadi nggak jauh berbeda dengan beli di Indonesia. Tapi ya terlanjur, gimana lagi,” ujarnya tertawa.

Selain itu, belakangan duit Nimal banyak terkuras untuk judi slot. Ia berpikiran untuk mengalihkan duitnya untuk membeli barang ketimbang semakin lama ludes tanpa jejak. Ada-ada saja memang.

Pengalaman pertama pakai iPhone yang nggak mengecewakan

Akhirnya, iPhone hasil membongkar tabungan bekerja selama pandemi pun digenggam. Kendati menguras hampir semua tabungan yang dimiliki lelaki bujang ini, ia merasa pembelian ini tidak sia-sia.

Menurutnya, satu hal yang membuat tidak menyesal mengeluarkan uang sedikit lebih banyak adalah proyeksinya untuk jangka panjang. iPhone menjanjikan pembaruan sistem yang cukup lama di setiap serinya.

“Ya setidaknya bisa untuk 5-6 tahun masih dapat pembaruan sistem iOS terbaru,” ujarnya.

Selain urusan itu, kamera jadi hal yang langsung membuat pengguna baru iOS kepincut. Kameranya mendukung untuk kebutuhan dokumentasi foto dan video dengan baik. Gambarnya jernih dan detail serta kualitasnya lebih mendukung ketika diunggah ke media sosial.

“Megapixel-nya memang tidak seberapa dibanding kamera Android. Tapi hasilnya jauh lebih baik,” paparnya.

Urusan performa mesinnya, iPhone juga jauh lebih bandel ketimbang Android. Aplikasi berjalan lebih optimal dan tidak lelet. Mesin tidak mudah panas pula ketika digunakan untuk memproses aplikasi berat dan gim.

“Misalkan kita bicara hape Android kan kadang, RAM jadi pertimbangan penting. Tapi tu, iPhone beda.  iPhone 12 itu RAM 4 GB tapi performa jangan ditanya,” terangnya.

Untuk bermain gim Mobile Legends misalnya, ia merasa proses opening saat menggunakan hape lama dengan iPhone barunya, bisa selisih lima detik. “Itu lho, momen pas nungguin ada suara ‘welcome to Mobile Legend’,” cetusnya.

Selain Nimal, pengguna baru iOS lain bernama Hanif Umar juga membagikan kesan serupa. Bertahun-tahun jadi pengguna setia Android membuatnya sempat gagap dengan tampilan dan navigasi iPhone.

“Tapi setelah terbiasa, menurutku dari berbagai segi iPhone lebih oke ketimbang Android. Terutama urusan grafis dan kamera,” kata Hanif.

Sebelumnya, Hanif mengaku sering mengalami kerusakan saat menggunakan Android. Sehingga durasi pakai satu hape tidak terlalu lama. Satu atau dua tahun biasanya sudah ganti karena penurunan performanya sudah terasa.

Bikin nggak ingin balik Android

Kedua pria ini memang belum terlalu lama sah menjadi pengguna iPhone. Namun kesan pertama ini langsung membuatnya nggak pengen kembali lagi ke Android.

“Kecuali kalau kepepet ya, kalau nggak, pengennya sih tetap iOS terus,” ujar Nimal.

“Bahkan setelah nyoba iPhone jadi pengen melengkapi ekosistemnya. Punya iPad dan MacBook juga. Tapi ya nanti-nanti lah, kalau sudah bener-bener butuh dan ada duitnya,” jelasnya.

Hanif pun mengatakan hal serupa. Buatnya, ia jadi ingin tetap memakai iOS ke depan. Meski tidak menutup kemungkinan pindah ke Android lagi jika keadaan menuntut demikian.

Kendati mengaku merasa nyaman dan ingin bertahan, ada sejumlah hal yang dikeluhkan dan dikhawatirkan oleh para pengguna. Salah satunya dari segi baterai yang kapasitasnya tidak terlalu besar. Urusan ini, iOS memang kalah dengan kebanyakan hape Android yang menawarkan ukuran baterai di atas 4000 mAh.

Selain itu, kekhawatiran yang dirasakan terkait suku cabang iPhone yang lumayan mahal. Kalau ada kerusakan di perangkat keras seperti LCD, mereka mengaku khawatir dengan biaya gantinya yang menguras kantong.

“Itu sih, urusan perawatan kalau ada kerusakan yang cost-nya jelas lebih besar dari Android,” ujar Nimal.

Di luar permasalahan itu, mereka mengaku mantap dengan iOS. Sejumlah riset memang menunjukkan bahwa produk keluaran Apple ini punya pengguna yang lebih loyal.

Lembaga Consumer Intelligence Research Partner (CIRP) pada 2021 lalu melakukan survei pada 2021 lalu dan menemukan bahwa loyalitas pengguna iPhone ada di angka 93 persen. Pengguna Android berada di angka 88 persen.

Pada survei lain yang dilakukan Katadata akhir 2022 lalu, menunjukkan bahwa kebanyakan pengguna iPhone loyal karena fitur kameranya yang mumpuni. Disusul faktor-faktor lain seperti ekosistem Apple yang terintegrasi dengan baik, kualitas prosesor, hingga branding-nya yang dianggap eksklusif dan keren.

Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Keluh Kesah Anak Muda yang Setiap Libur Diimbau di Rumah Saja 

 

Exit mobile version