Mobil cuma ngasih seribu
Mas Didik lalu kembali, memulai percakapan kembali.
Saya bertanya, apakah tidak sayang kalau beliau tidak menarik setiap kendaraan yang parkir. Beliau bercerita, ya nggak apa-apa. Toh pemasukan jadi tukang parkir Alfamart di sini cukup.
“Ya sekitar 60-70 ribu lah, Mas per hari. Tapi nggak tentu, tergantung rame apa nggak. Saya nggak matok tarif, jadinya ya ada mobil yang ngasih seribu, ada yang lima ribu, semuanya saya terima.”
“Mobil mung ngeki sewu, Mas?”
“Itu aja receh, Mas,” sahut ibu penjual siomai.
Mas Didik bilang kalau apa yang dia dapat dari parkir sudah cukup. Dia memang tahu bahwa dia bisa saja dapat lebih banyak, tapi tetap saja dia memilih cara ini. Lagian, uang yang didapat cukup meski dipotong setoran.
“Setorannya ke mana emang, Mas?”
“Ke Dinas xxxx, Mas.”
Harusnya tukang parkir tidak masalah jika tidak diberi
Mas Didik mengaku, sekali pun tak ada masalah dengan Alfamart. Sebagai tukang parkir Alfamart di situ, dia tak pernah dapat tekanan. Pihak manajemen minimarket tersebut mengizinkan. Bahkan, Mas Didik tahu kalau memang ada tulisan parkir gratis.
“Itu dipasang setelah saya markir di situ, Mas. Saya nggak masalah. Dari awal memang suka rela, kan.”
Saya bertanya, apakah beliau nggak cocok dengan cara tukang parkir lain yang meminta uang ke setiap motor. Beliau berhenti sejenak, lalu menjawab, setiap orang punya caranya sendiri. Tapi baginya ya, paling tepat ya suka rela saja, tak perlu mematok tarif parkir. Diberi atau tidak, harusnya tak jadi soal.
Ini senada dengan pernyataan Bastari Akmal, Indomaret Marketing Communication Executive Director. Dikutip dari Kompas, beliau mengatakan bahwa Indomaret tidak membebankan biaya parkir ke konsumen. Tapi, jika merasa terbantu oleh tukang parkir, silakan memberi. Beberapa Indomaret pun sudah membayar retribusi parkir, jadi harusnya pembeli tidak dibebankan untuk membayar parkir.
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.