Oppo Reno dan Oppo Reno 10x Zoom: Bukan Kalah Pamor, Cuma Kurang Seksi Aja

MOJOK.CO Setelah meluncur secara global pada 10 April lalu, Oppo resmi meluncurkan Reno dan Reno 10x Zoom di Indonesia, 17 Juni kemarin. Hmm, apakah keduanya layak dibeli?

Dua seri terbaru Oppo, Oppo Reno dan Oppo Reno 10x Zoom agaknya ditargetkan pada pasar milenial dengan uang berlebih. Spesifikasi keduanya terbilang tinggi, dengan desain kamera depan tersembunyi berbentuk segitiga. Bagaimana ulasan kedua ponsel ini lebih detail?

Oppo Reno

Sekali lagi, Reno membawa inovasi baru berupa shark fin selfie camera, versi kreatif dari pop-up selfie camera, di mana kamera tersembunyi di balik ponsel dan akan muncul ketika digunakan. Akan tetapi, ia tentu tidak muncul dalam bentuk batangan berbentuk persegi panjang kecil memanjang seperti milik Oppo F11 Pro atau Vivo V15.

Mungkin demi ketahanan sekaligus tidak menambah dimensi secara signifikan,  Oppo lebih memilih batangan menyerupai segitiga siku-siku dengan lampu LED flash, earpiece, dan tentu saja sensor kamera depan di pojok kanan—bukan di tengah. Konon katanya, penempatan ini dikatakan demi sudut yang lebih luas dalam pengambilan foto.

Bodinya sendiri menggunakan bahan kaca tiga dimensi dan proteksi keramik O-Dot yang menempel di bawah lensa kamera. Menurut penjualnya, keramik ini berfungsi melindungi lensa kamera ketika ponsel tidak diberi cover dan diletakkan di meja, apalagi terjatuh. Ada setidaknya enam warna yang tersedia di Tiongkok dan semuanya menampilkan efek gradasi yang indah untuk memuaskan generasi milenial, tetapi Indonesia hanya menerima varian jet black dan ocean green.

Reno biasa lebih cocok dibilang sebagai cosmetic upgrade dari Oppo R17 Pro yang baru meluncur Januari lalu. Sampai jumpa lensa kamera menonjol, bodi berat, tebal, nan licin dengan warna ungu di bodi belakang yang agak norak, dan pastinya si poni waterdrop notch!

Layarnya masih FHD+ berukuran 6.4 inci dengan teknologi DCI-P3 untuk tampilan yang lebih tajam, kecerahan yang pas, dan warna tetap alami serta masih dilengkapi proteksi Corning Gorilla Glass 6. Dapur pacunya malah sedikit menurun. Meski prosesornya sama-sama Qualcomm Snapdragon 710 yang setara Snapdragon 821, RAM-nya turun dari 8GB di R17 Pro menjadi 6GB untuk Reno di Indonesia.

Teknologi memori juga masih sama, yaitu UFS 2.0 sehingga tidak ada pertambahan kecepatan yang bisa diharapkan, hanya saja kini Reno menawarkan kapasitas lebih besar yaitu 256GB dengan sisa setelah dipotong sistem operasi dan aplikasi bawaan sekitar 220GB. Tidak ada slot microSD dengan memori sebesar itu dan ini tidak masalah mengingat justru si kartu kecil sering membuat ponsel menjadi lambat.

Sensor kamera belakang mengandalkan Sony IMX586 yang dikatakan beresolusi 48MP, padahal  pada ujungnya mekanisme kerjanya akan menggabung-gabungkan pixel sehingga foto akhir berukuran 12MP. Hasilnya terlihat cukup tajam, detail, dan lebih alami dibandingkan milik R17 Pro. Sayang,  tak ada lensa telephoto untuk zooming yang lebih berkualitas dan depth sensor-nya juga diganti dari lensa 3D TOF menjadi kamera beresolusi 5MP yang tentunya lebih murah.

Sensor kamera depan turun dari 25MP di R17 Pro ke 16MP di Reno, tetapi kini dihadirkan LED flash. Soal pengambilan video, Reno mampu mengabadikan dengan resolusi hingga 2160p pada 30fps untuk kamera belakang dan 1080p pada 30fps untuk kamera depan.

Seperti semua ponsel Oppo terdahulu, software kamera bawaan selalu simpel dan pas-pasan. Mode foto dan pengaturan untuk memaksimalkan kualitas foto sangat terbatas, apalagi resolusinya hanya bisa memilih aspect ratio saja, 4:3, 1:1, atau full screen. Sampai jumpa usaha mengurangi resolusi untuk memperkecil ukuran foto tanpa perlu bekerja dua kali!

Kapasitas baterainya hanya bertambah sebesar 65mAh dari R17 Pro dan sudah bisa bertahan seharian. Sidik jari sama-sama di dalam layar, hanya saja kini lebih cepat di Reno. Malah, terjadi penurunan teknologi fast charging dari Super VOOC 50W ke VOOC 3.0 berdaya 20W.

Produktivitas menjadi kurang optimal ketika bepergian dalam perjalanan jauh dan durasi yang terbatas terhadap akses stop kontak, belum lagi konektornya USB-C dan adaptor bawaan Oppo yang tak bisa tergantikan produk aftermarket. Perangkat pun tergolong standar, yaitu ColorOS berbasis Android Pie dengan fitur clone apps, game space, dan split-screen.

Oppo membanderolnya dengan harga 8 juta rupiah dan Anda bisa memboyongnya pulang setelah 24 Juni 2019. Sungguh overpriced dirinya yang hanya peserta kelas menengah, bahkan sang penjual sendiri lebih menyarankan R17 Pro dengan keunggulan RAM dan fast charging.

Dengan R17 Pro tadi, jika hanya menggunakan satu kartu SIM, Anda masih bisa memasang microSD dan 128GB—itu sudah besar sekali untuk berhemat hingga 2 juta rupiah. Jika Anda berani bertaruh pada ponsel tak resmi, sedikit lupakan desain unik dan persoalan USB 2.0 untuk memboyong pulang Redmi K20 Pro dengan prosesor Qualcomm Snapdragon 855 dan RAM 8GB, tersedia di toko daring seharga 7 juta rupiah untuk varian 128GB dan 8,1 juta rupiah untuk varian 256GB.

Adaptor bisa menggunakan produk aftermarket Quick Charge dengan daya 27W yang tentu lebih besar, dengan baterai yang juga lebih besar, yaitu 4000mAh, dan bisa menggunakan microSD meski dengan sistem hibrida. Bahkan, Samsung Galaxy A80 sudah mulai beredar di toko daring meski statusnya tak jelas dengan pengisian daya 25W yang lebih cepat dan prosesor yang lebih canggih, yaitu Snapdragon 730 yang sekelas dengan Snapdragon 835.

Oppo Reno 10x Zoom

Beralih ke Reno 10x Zoom, ponsel ini menjadi saingan serius Huawei P30 Pro yang sama-sama menekankan fitur lossless zoom. Seperti adiknya, Reno 10x Zoom menawarkan desain shark fin selfie camera dengan layar FHD+ tanpa poni berteknologi DCI-P3 dan tersertifikasi TUV Rheinland untuk perlindungan cahaya biru, hanya saja ukurannya sedikit melar menjadi 6.6 inci. Di harga semahal ini, resolusi layar mengecewakan mengingat Samsung Galaxy S10 lebih unggul di 1440p untuk menikmati konten QHD.

Reno 10x Zoom bagi saya kurang cocok disebut sebagai ponsel kamera. Dengan harga setinggi ini, Oppo tidak berusaha memaksimalkan potensinya dengan menggandeng produsen kamera seperti Huawei dan Leica. Lensa 3D TOF tak ada dan lensa ultrawide hanya beresolusi 8MP, sungguh kecil untuk lensa kamera belakang zaman sekarang. Tak bisa dimungkiri, di sini P30 Pro tak tertandingi.

Baterai Reno 10x Zoom berkapasitas 4065mAh, sangat memadai dan menjadikannya salah satu ponsel flagship dengan ketahanan daya terbaik. Kelemahannya tentu ada pada fast charging yang hanya bisa dengan kabel bawaan dan tidak ada fitur wireless charging, apalagi reverse wireless charging.

Satu hal yang pasti dibenci para komuter, Reno 10x Zoom kehilangan audio jack 3.5 mm dan itu berarti tidak bisa menggunakan headset murah di perjalanan.

Oppo Reno 10x Zoom dijual seharga 13 juta rupiah. Jika hanya peduli pada performa dan keresmian ponsel, Oppo Reno 10x Zoom menjadi satu-satunya pilihan sebagai pengusung S855 pertama di Indonesia. Exynos 9820, apalagi Kirin 980, kalah pamor, khususnya soal GPU untuk gaming.

Akan tetapi, dengan kocek setara, dia kurang seksi menjadi all-rounder dibandingkan Galaxy S10 baik fitur-fitur menarik maupun layanan purnajual.

Exit mobile version