Tips Belanja di Tengah Pandemi Corona: Utamakan Kebutuhan Pokok

Tips belanja ketika corona MOJOK.CO

MOJOK.COAnjuran social distancing malah bisa bikin kamu lebih boros jika keuangan tidak diatur. Berikut tips belanja di tengah pandemi corona biar keuangan tetap sehat.

Sahabat Celenger yang sudah bosan rebahan dan ingin segera ngemall….

Sudah hampir sebulan penuh kita hidup berdekatan dengan Covid-19. Seneng, dong, kerja dari rumah?

Sehari dua hari masih seneng. Awalnya terasa efektif, hemat biaya, banyak waktu membaca, dan tentu saja dapat merebahkan diri ala seorang yogi. Tenang, teduh, dan peaceful!

Peaceful apaan, itu bagi yang penghasilannya tidak terpotong!

Bagi yang penghasilannya turun karena dipotong uang transpor, uang makan, dan uang lembur, terlalu lama rebahan di rumah jelas teramat menyiksa. Satu dua bulan ke depan pun sepertinya masih bakal seperti ini. Iya kalau coronanya lenyap, kalau yang lenyap dulu pekerjaan kita?

Hal yang harus dipikirkan kemudian, apakah kalian menjadi bagian dari yang ditarget dana jaring pengaman sosial?

Begini ya, termasuk yang dijamin atau tidak, orang di berbagai tingkat penghasilan perlu menetapkan skala prioritas membelanjakan uang. Di masa yang serba tidak pasti ini, kebijaksanaan membelanjakan uang penting dipikirkan karena kita belum tahu secara pasti kapan situasi membaik.

Oleh sebab itu, saya ingin berbagi tips belanja di masa pandemi. Sebuah cara mengelola uang.

Satu: coret daftar kebutuhan yang dulu sudah dianggarkan

Ketika situasi normal, pos pengeluaran terbesar para milenial menurut berbagai riset adalah makan! Bukan makan sembarang makan. Mereka selalu mengejar tempat yang dirasa hype untuk sekadar makan, ngopi, dan tentu saja nongkrong. Berikutnya, selalu menginginkan barang baru; gadget, skincare yang dipake si anu, fashion seperti si anu dalam film blablabla, dan seterusnya.

Apa, sih, yang paling dibutuhkan? Semua terasa seperti kebutuhan penting ketika menghabiskan waktu di online shop. Mulai dari lipstik, obeng sampai mesin kopi! Begitu dikirim, dibukanya setahun kemudian. Itu juga kalo pas bebersih.

“Ihhh lucuuu… ternyata punya! Duhh kapan belinya, ya?”

Bilang gitu sambil cengengesan ditambah misuh. Tahu kalau sebenarnya tidak bermanfaat, sudah punya beli lagi hanya karena “lupa”.

Benar, belanja di olshop dengan segala kepraktisannya memang cukup signifikan dalam menggerak roda perekonomian. Sedikit banyak, konsumsi kita turut memberikan andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi memang ada baiknya untuk sementara waktu ini mampu menahan diri dari godaan perilaku konsumtif. Ini tips belanja nomor satu.

Untuk Maret ini, sebenarnya saya sudah menganggarkan membeli handphone. Yang terjadi kemudian, krisis datang lebih cepat. Ya sudah, sementara ini saya cukupkan menulis dengan gawai yang pojok-pojoknya sudah retak. Mana kalau baterai tinggal 5 persen suka nggak ngasih kabar mau mati. Itu ya, rasa kaya ditinggal saat sedang sayang-sayangan. Perih ngeganjel!

Dua: atur ulang anggaran

Tidak semua orang punya “keistimewaan” di masa krisis ini, misalnya bisa menabung. Beberapa pengusaha dermawan bahkan harus membongkar tabungannya karena pengeluaran melonjak untuk gaji karyawan. Sementara itu, pendapatan malah nol karena harus menutup usahanya sementara waktu.

Tidak semua beruntung. Mungkin kamu termasuk dari sedikit orang yang “beruntung”. Misalnya, pendapatannya tidak terganggu, bahkan bisa menabung dan ikut kegiatan sosial. Nah, kalau punya “keberuntungan” itu, kamu kudu pandai-pandai menyimpan. Sudah itu, atur ulang anggaran.

Bukan soal kebutuhan pokok dulu. Tips belanja kedua adalah mengatur anggaran untuk kebutuhan sekunder atau bahkan yang seharusnya tidak perlu dibeli. Misalnya, barang yang memang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan ketika work from home.

Kamu tetap boleh beli barang elektronik. Namun, turunkan spesifikasi untuk menghemat anggaran. Bukan apa-apa. Terkadang, manusia itu jadi budak para pemasar, iklan, dan gaya hidup. Kebutuhan laptop hanya untuk membuka MS Word, tapi maksa beli yang berlogo tomat cuil. Itu sebenarnya tomat atau apel?

Tiga: utamakan kebutuhan pokok

Kesadaran yang harus kita bangun adalah siap menghadapi krisis jangka panjang. Dalam tataran waktu, tiga sampai empat bulan ke depan pun sebenarnya sudah termasuk jangka panjang. Daya tahan tubuh dan adaptasi menghadapi situasi sulit harus kita upayakan terus.

Tips belanja ketiga dan paling penting adalah: bahan kebutuhan pokok harus lebih diutamakan. Sembako, buah, lauk, sayur, vitamin, jamu, detergen, alat mandi, dan alat perlindungan seperti masker dan hand sanitizer, saat ini harus didudukkan di peringkat teratas.

Ya bener, kalian lebih banyak di rumah dan perlu hiburan juga, tapi jangan malah terus ganti TV baru hanya karena ingin lebih besar 5 inchi. Itu namanya pe…kok!

Empat: frekuensi belanja dan caranya

Halo pemuja ritual sosial. Situasi seperti saat ini sungguh menyiksa. Biasanya ke pasar tradisional karena menyukai interaksi dengan pedagang, kini kamu harus menjaga jarak dengan mereka.

Di Jakarta, perusahaan daerah yang mengelola pasar, selain aktif mengampanyekan social distancing, juga memberikan solusi praktis bisa belanja kebutuhan pokok cukup dengan menghubungi pedagang-pedagang yang telah didaftar. Kita tinggal pesan barang yang dibutuhkan, mereka akan mengantarkan ke tempat kita. Idealnya seminggu sekali untuk barang fresh.

Boleh tiap hari? Boleh saja kalau tidak kasihan melihat pengantarnya disemprot disinfektan tiap hari.  Untungnya, WHO baru saja mengumumkan bahwa disinfektan yang disemprotkan di tubuh manusia dapat memicu penyakit berbahaya. Mungkin si WHO ini seneng belanja tiap hari.

Tips belanja keempat: tentukan cara dan frekuensi belanja paling ideal. Saya, sih, menyarankan belanja satu minggu sekali untuk kebutuhan pokok. Terutama untuk barang segar, ya. Kebutuhan pekok seperti ganti hape atau kredit mobil? Jangan dipikir dulu.

BACA JUGA Tips Manajemen Keuangan untuk Mahasiswa Tajir tapi Boros atau tips keuangan lainnya dari Om Haryo di rubrik CELENGAN.

Exit mobile version