Anak FB, Twitter, IG, dan LINE: Mana yang Paling Sok Inggris?

[MOJOK.CO] “Apakah bahasa Inggris telah menjadi keharusan di akun media sosial kita?”

Dalam suatu sesi wawancara dengan Anang Batas, saya pernah balik ditanya oleh Mas Anang, “Mbak, dulu kuliah apa?”

“Pendidikan Bahasa Inggris, Mas.”

“Loh, belajar bahasa Inggris kok kerja di Mojok.co (baca: mojok dot co)? Kan itu bahasa Indonesia?”

Belum sempat saya jawab, Mas Anang sudah menambahkan, “Oh iya, dot co-nya kan bahasa Inggris, ya.”

Saya ngakak.

Pertanyaan (dan jawaban) dari Mas Anang itu nyatanya sukses bikin saya berpikir keras. Lulusan-lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Sastra Inggris memang tyda melulu bekerja jadi guru bahasa Inggris atau penerjemah; ada pula yang bekerja di bidang yang tidak menyentuh bahasa Inggris sama sekali.

Di lain sisi, orang-orang tampaknya tetap menganggap bahasa Inggris adalah sesuatu yang seksi. Pemberian nama, cara bicara, sampai tulisan-tulisan dalam media sosial, semua dilakukan dengan bahasa Inggris.

Bahkan, contoh paling sederhananya saja bisa kita lihat di pinggir jalan, misalnya sayur soap.

Ya, fenomena penggunaan bahasa Inggris yang meningkat ini ternyata tidaklah diimbangi dengan keakuratan. Alhasil, bahasa Inggris pun disulap menjadi versi Indonesia, atau dikenal pula dengan istilah keminggris.

Bicara soal bahasa Inggris, rasanya wajar jika kita mengingat cuitan Karni Ilyas, presenter acara Indonesia Lawyer Club sekaligus tokoh jurnalistik Indonesia. Jumat (26/1/2018), Karni Ilyas merespons sebuah twit mengenai banner bertuliskan informasi Jembatan Ampera yang ditujukan sebagai promosi Asean Games. Selain kesalahan penulisan nama lokasi (tertulis Sulawesi, seharusnya Sumatra), penggunaan bahasa Inggris menjadi sorotan Karni Ilyas.

Sesungguhnya cuitan ini benar-benar menarik sekaligus menampar generasi muda di Indonesia, khususnya dalam bermedia sosial (dan menampar Karni Ilyas sendiri karena langsung disamber netizen yang bilang, “Pak, kenapa tvOne, bukan tvSatu?”). Nyatanya, status-status dan caption kita banyak tertulis dalam bahasa Inggris. Terlepas dari sudah benar atau belum tata bahasanya.

Kali ini Mojok Institute ingin me-review level keminggris pengguna masing-masing media sosial. Yang ingin kami jawab ialah, dari semua platform media sosial populer, mana sih yang penggunanya paling sok Inggris?

Anak Facebook

Anak Facebook adalah anak yang selalu ditanya “Apa yang Anda pikirkan?” setiap kali berhasil log in. Beberapa anak Facebook bahkan ditanya “What’s on your mind?” karena telah mengubah bahasa utama di akunnya.

Tak heran, pengguna setia Facebook langsung terdorong untuk bercerita spontan tentang hal-hal yang ia alami sehari-hari. Demi memenuhi standar status yang lebih berkelas, mereka pun memasukkan istilah-istilah bahasa Inggris dalam susunan kata-katanya. Bahkan konon, istilah “kids jaman now” muncul dari salah satu akun Facebook palsu Seto Mulyadi.

Miris, istilah-istilah yang mereka tulis terkadang malah bermakna kata lain yang sama sekali berbeda… dan jadi kocak, seperti:

Happy new york 2018 bersamamu.

Beraninya sindir gombal di belakang tapi pas fast to fast dia malah bungkam.

Sudah lelah jadi manusia, aku ingin berubah jadi human.

Level keminggris: 4/5

Anak Instagram

Sebagai media sosial favorit anak-anak generasi terkini, Instagram menjadi media yang tepat bagi penggunanya untuk bercerita melalui caption.

Tidak hanya berupa istilah-istilah bahasa Inggris yang sepotong-sepotong (dan salah ketik), anak Instagram sudah selangkah lebih jauh karena berhasil menuliskan caption berupa kalimat utuh, walaupun beberapa dari mereka memulainya tanpa huruf kapital dan tidak mengakhirinya dengan tanda titik. Inspirasi berbahasa Inggris di Instagram cukup beragam, mulai dari @AgnezMo sampai @skinnyfabs.

Tapi, sungguh. Kesempurnaan adalah milik Allah Swt. Meski jauh lebih baik (dan kadang memang sudah minim kesalahan), kalimat-kalimat bahasa Inggris itu terkadang tetap mengandung banyak grammar mistakes yang mengundang gemas, tapi nga tega pengen langsung ngoreksi di kolom komen 🙁

What’s u doing?

Still shoot… Wait for as.

I sorry for make you sad, Baby.

Level keminggris: 3/5 (usaha keras pengguna untuk membuat kalimat utuh tentu perlu diacungi jempol~)

Anak Twitter

Twitter adalah media sosial paling menantang bagi para penulis-penulis dadakan. Tyda seperti Facebook dan Instagram, Twitter memiliki batas karakter 280, setelah sebelumnya hanya 140 karakter saja.

Artinya, para pengguna Twitter yang ingin berbahasa Inggris pastilah harus pandai-pandai menulisnya dengan rapi. Meski tidak selalu, tapi umumnya bahasa Inggris di Twitter digunakan oleh mereka yang hobinya reply-reply-an berbau debat. Hehe~

Akibatnya, beberapa kata bahasa Inggris pun disingkat-singkat sesuka hati, lalu dipakaikan kata-kata yang, kalau bisa sih, tidak terlalu familier bagi banyak orang agar terkesan eksklusif, seru, asyik, dan superwow.

wht can i even say omds dis coconut guy is the lov of ma lyfe

u little shit cause me so much heartache

b4 u ask yes i’m in luv

Level keminggris: 4/5

Anak LINE

Selain sebagai media yang mendukung percakapan beserta sticker, LINE ternyata juga digunakan beberapa orang untuk mencurahkan perasaannya diam-diam.

Sedikit berbeda dengan platform lainnya, anak LINE biasanya punya tema khusus untuk keperluan update, yaitu: perasaan galau dan sedih.

Maka, penggunaan bahasa Inggris yang akrab bagi anak-anak LINE kebanyakan adalah yang berbau perasaan-perasaan sendu, semangat yang hilang, cinta yang patah, dan rindu tersembunyi. Karena LINE bersifat lebih mobile, tulisan-tulisan berbahasa Inggris di sana pun umumnya bukan tulisan sendiri, melainkan hanya berupa hasil share dari kutipan-kutipan yang wira-wiri di timeline.

Don’t be afraid to challenge yourself, just enjoy the process.

If it doesn’t open, it’s not your door.

Allah knows what is best for you.

Level keminggris: 1/5 (karena lebih milih nge-share kutipan asli, biar aman~)

Hmm hmm~

Kira-kira penilaiannya perlu direvisi nga neeeh? Kalau nga, yang paling keminggris ya berarti… xixixi~

 

Exit mobile version