Memahami Bedanya Sang dan Si Tanpa Sangsi

MOJOK.CO Kenapa ada sang Raja, bukan si Raja? Memang, bedanya sang dan si itu apa, sih?

Melejitnya usaha kuliner Sang Pisang milik Kaesang Pangarep mencuri perhatian dua kelompok besar: kelompok pemburu makanan dan kelompok pemerhati bahasa. Kadang saya pun bertanya-tanya, dari segi bahasa, kenapa usaha Kaesang ini diberi nama Sang Pisang? Kenapa bukan Si Pisang?

Munculnya kata sang dalam nama Sang Pisang mungkin tidak berkaitan dengan hukum kata sandang di bahasa Indonesia, tapi saya jadi tertarik membahasnya lebih lanjut. Kenapa ada sang, padahal ada si? Apa sebenarnya fungsi sekaligus bedanya sang dan si yang—sudah saya sebutkan—merupakan kata sandang ini?

Sang dan si merupakan dua dari sekian banyak kata sandang di bahasa Indonesia. Fungsi kata sandang itu sendiri adalah menerangkan kata benda yang diletakkan setelahnya. Perlu digarisbawahi, kata sandang tak bisa berdiri sendiri dan sangat bergantung pada kata penyerta, persis kayak kamu bergantung sama pasanganmu dan terpuruk habis-habisan pas putus. Dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), bedanya sang dan si bisa terlihat dari kedudukannya dalam strata dan peranan kata-kata sandang.

1. Sang

Kata sang merupakan kata sandang bermakna tunggal dan berfungsi merujuk sesosok tokoh dengan derajat atau martabat yang baik. Tidak hanya secara literal, kata sandang ini kadang dipakai juga untuk menyindir, seperti yang dijelaskan pula pada makna katanya menurut KBBI:

1. kata yang dipakai di depan nama orang, binatang, atau benda yang dianggap hidup atau dimuliakan, dan

2. kata yang dipakai di depan nama benda untuk berolok-olok.

Jika tidak diletakkan di awal kalimat, sang tetap ditulis dengan huruf kecil, sedangkan kata yang mengikutinya bisa saja diawali dengan huruf kapital jika berupa nama julukan. Contoh penggunaan sang adalah:

1. Wanita berambut cokelat itu membawakan es buah untuk sang suami yang baru sedang duduk sendirian.

2. Harimau pergi mencari sang Kancil yang tidak datang ke rapat hutan raya.

Lantas, bisakah sang juga ditulis dengan huruf kapital saat tidak berada di awal kalimat? Ternyata, hal ini bisa saja terjadi, mylov. Ia justru harus ditulis kapital jiika diikuti dengan unsur nama Tuhan, misalnya “Sang Pencipta Alam” atau “Sang Hyang Widhi Wasa.”

2. Si

Si merupakan kata sandang yang bersifat netral. Penggunaannya telah dijelaskan lebih lanjut pada KBBI, yaitu:

1. kata yang dipakai di depan nama diri (pada ragam akrab atau kurang hormat),

2. kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan atau terkena sesuatu,

3. kata yang dipakai di depan nama orang untuk merendahkan diri,

4. kata yang dipakai di depan kata sifat untuk timang-timangan, pujian, panggilan, ejekan, dan sebagainya yang menyatakan bahwa yang disebut itu mempunyai sesuatu atau menyerupai sesuatu yang sama dengan sebutan itu, dan

5. kata yang dipakai pada berbagai-bagai nama tumbuhan atau binatang.

Menilik pengertian dari KBBI, bisa kita simpulkan bahwa kata pengikut si bisa berupa kata benda maupun kata sifat, dengan penulisan yang sistemnya sama seperti kata sang: diawali dengan huruf kecil, contohnya:

1. Buku tebal itu sudah kupinjamkan ke si Anto.

2. Duh, lihat tas milik si kurus itu; besar sekali, seperti membawa komputer!

Lalu, bedanya sang dan si, apa dong???

Seperti yang disebut di awal poin mengenai si, pembeda paling jelas dari kedua kata sandang ini adalah sifat yang ditawarkan keduanya. Konon, kata si lebih bersifat seimbang dan sama rata terhadap kata yang mengikutinya. Sementara itu, sang lebih dikenal menjadi kata sandang untuk kata yang memiliki kesan kedudukan atau derajat yang lebih tinggi, seperti sang Raja, sang Ratu, atau sang Presiden.

Jangankan Presiden—calon wakil presiden saja bisa dipakaikan kata sandang sang, kok. Nggak percaya? Itu loh, yang pasangannya Prabowo, alias...

sang Diaga Uno.

Hehe!

Exit mobile version