Buya Syafii Maarif Padahal Cuma Naik Kereta, tapi di Mata Kita Sangat Istimewa

[MOJOK.CO] “Aktivitas sehari-hari Buya Syafii Maarif kerap viral. Padahal semuanya sangat normal dan biasa kita sendiri lakukan.”

Mantan ketua PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau yang lebih akrab disapa dengan Buya Syafii Maarif, kini tengah menjadi topik perbincangan hangat. Setelah sebelumnya beredar fotonya yang sedang menunggu kereta di Stasiun KRL Tebet dan antre di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, seorang netizen lain membagikan potret Buya Syafii di kereta api Prameks jurusan Yogyakarta-Solo.

Kesederhanaan Buya Syafii bukan kali ini saja terdengar. Dalam kisahnya yang sedang menunggu kereta di Stasiun Tebet tadi, Buya Syafii sesungguhnya bisa saja naik mobil diantar ke Bogor, tempat tujuannya. Namun, ternyata, Buya sendiri menolak diantar dengan alasan merasa tidak enak merepotkan sopir Maarif Institute (lembaga riset yang didirikannya) karena hari itu hari Sabtu!

Juaraaaa~

Begitu juga soal Buya Syafii yang tampak mengantre di RS PKU Muhammadiyah. Bayangkan saja, lah wong dia ini mantan Ketua PP Muhammadiyah, guru besar di sebuah universitas negeri, pemikir Islam terkenal, kok ya tetap mau antre.

Tak cuma satu dua orang saja yang menyaksikan betapa Buya Syafii sungguh tidak neko-neko. Sejak tahun lalu, beberapa orang telah menangkap momen-momen di mana Buya Syafii terlihat di ruang umum dan tidak menuntut diperlakukan khusus. Bahkan mungkin, sikap Buya Syafii jauh lebih sederhana dibandingkan kita sendiri.

Tahun lalu, misalnya, akun Facebook Tomi Lebang mengunggah foto Buya Syafii mengendarai sepeda.

“Saya menduga ini foto lama, mungkin beberapa bulan lalu. Seorang lelaki tua mengayuh sepeda di satu jalan sepi di Yogyakarta. Ia berbaju batik lengan panjang, sisiran rapi, dan di setang sepedanya ada tergantung kantong plastik putih berisi buku.

“Lelaki tua yang mengayuh sepeda itu bernama Buya Sjafii Ma’arif: seorang profesor, mantan Ketua Umum Muhammadiyah, penerima Ramon Magsaysay Award, dan beberapa kali menolak tawaran menjadi komisaris di berbagai perusahaan raksasa milik negara.

“Semoga tetap sehat dan panjang umur, Buya!”

Berikutnya, Kalis Mardiasih juga pernah mengulas berita Buya Syafii yang sedang berada di dalam KRL.

“Baca laporan Tempo soal kesaksian saksi kunci e-KTP sebelum meninggal, baca berita dana jamaah umroh yang ditipu travel buat senang-senang owner-nya, rasanya bikin sedih nggak bertenaga.

“Terus baca salah satu reply-an twit orang yang merespon foto Buya Syafii Maarif pas naik KRL ke Bogor kemarin pagi. Redaksinya kira-kira begini: ‘Iya, saya pernah bersebelahan dengan beliau di kereta dari Gambir menuju Yogya. Beliau selalu menjaga wudhu dan tetap salat tepat waktu meskipun sedang dalam perjalanan.’

“Kata orang bijak, seribu teman itu masih kurang dan satu musuh itu udah kebanyakan. Tapi, meskipun negeri sedang dikepung seribu kejahatan, semoga satu teladan cukup untuk memberi kekuatan bertahan ????

“Oiya, ini kisah perjuangan dan keteladanan Buya Maarif kalau mungkin ada yang belum baca: https://beritagar.id/…/buya-syafii-maarif-mimpi-dan-sepeda-…

“Di feature itu menceritakan sejarah kelekatan Buya dengan sepeda yang dipakai kemana-mana sampai sekarang. Bersepeda, naik KRL, naik kereta, merdeka sekali ya Buya. Hidup merdeka itu murah, nggak dikejar-kejar nafsu menjabat dan kesilauan materi. Justru cahaya teladan berkilau-kilau sendiri ?”

Seluruh kisah soal Buya Syafii yang tampil dengan begitu sahajanya kontan mendapat respons positif dari netizen lainnya. Doa-doa akan kesehatan Buya menjadi yang utama dilontarkan.

Jika Buya Syafii Maarif sebegitu disukai karena kesederhanaan yang dimiliki, bukankah ini sesungguhnya menjadi tanda betapa masyarakat Indonesia tengah merindukan sosok ulama dan pemimpin yang bersahaja?

Exit mobile version