Jika Kalian Suka Tampil Nyentrik, Jangan Coba-coba Kuliah di UIN

uin mojok.co

Ilustrasi uneg-uneg (Mojok.co)

Universitas Islam Negeri atau biasanya di sebut UIN (transformasi IAIN bagi yang asing dengan UIN), merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik di berbagai bidang keilmuan, tentu tak luput dari bidang ilmu keislaman. Kata teman-teman saya, kebanyakan yang masuk UIN adalah mereka yang “buangan”. Yah betul, ngga bisa kuliah di kampus idaman mereka sebelumnya. Namun juga masih banyak kok, mereka yang masuk UIN karena keinginan hati.

Jujur, saya adalah salah satu “buangan” tadi dan dengan sedikit terpaksa menuntaskan sarjana di kampus ini. UIN yang saya bicarakan di sini adalah UIN yang terletak di Surakarta. Saya paham, UIN adalah perguruan tinggi Islam. Stigma yang terlontar kebanyakan mengakui, bahwa mayoritas mahasiswa UIN adalah mereka yang islami, taat beragama, dan tentu berpenampilan rapi dan sopan. Padahal aslinya nggak begitu-begitu banget.

Lantas saya nekat, daripada nganggur nggak bisa mengenyam pendidikan sama sekali, atau berakhir di kampus swasta yang biaya pendidikannya bisa buat bayar utang orang tua, alhasil saya memilih nyemplung juga di UIN tercinta ini. Ketika semester awal, memang saya akui masih berlagak polos dan sok tertib pada segala budaya dan norma yang pihak kampus tetapkan. Tetapi semakin ke sini semakin menemukan jati diri. Saya serasa nggak mau terkekang dengan norma kultural yang sama sekali nggak jelas.

Perihal penampilan

Barangkali pembaca tahu, bahwa kebanyakan di kampus Islam, sangat mengedepankan perihal penampilan. Namun apalah daya. Saya yang semakin ke sini menyukai penampilan nyentrik, berujung pada stigma negatif. Saya beri contoh, di UIN kampus saya ini, kebanyakan dosennya tidak mengizinkan mahasiswanya untuk berpenampilan modis, memakai ripped jeans, rambut gondrong, dan mewarnai rambut.

Sepertinya sangat berbeda dengan norma di perguruan tinggi konvensional. Perihal penampilan, mereka sangat bebas. Benar-benar heran, kemarin waktu saya mengikuti ujian akhir semester. Hanya gegara rambut saya bleaching, saya “ditendang” keluar ruangan dengan perkataan yang kurang menyenangkan dari dosen muda.

Bagaimana perasaan pembaca jika dibilang sombong dan tidak beretika dalam hal penampilan, dan bukan cerminan mahasiswa UIN. Beliau mempermasalahkan soal rambut saya yang bleaching itu. Yaudah toh saya jawab jika sebuah etika, sopan santun, maupun isi otak manusia tidak selalu ditafsirkan dalam sebuah objek berupa penampilan, apalagi perihal warna rambut.

Saya paham, beliau berniat menasehati, namun apa daya, saya terlanjur memiliki pandangan sendiri. Mohon maaf, nggak mempan dengan keagungan guru yang menganggap dirinya dewa. Toh, misal kalau mau menasehati bukan di depan banyak orang. Bukan bermaksud menentang, tapi hanya sekadar meluruskan. Bahwa saya sebagai mahasiswa juga memiliki hak atas terpenuhinya pendidikan di kampus tersebut. Lain cerita jika saya bayar UKT ngutang kampus, silakan perlakukan dengan semena-mena. Lah, ini saya bayar UKT sesuai ketetapan kampus, sama-sama punya hak belajar dong…

Imbasnya

Sampai pada akhirnya, saya memilih untuk mengikuti perintah beliau. Betul, keluar dari ruang kelas gegara dianggap berkata sombong dan tidak beretika dalam penampilan. Coba pembaca tebak, apa akibat dari kedangkalan tenaga pendidikan itu? Betul, merampas hak belajar mahasiswanya. Hingga akhirnya tidak dianggap mengikuti perkuliahan selama satu semester. Hanya gara-gara penampilan warna rambut! Mending saya memilih idealis daripada mendapat nilai atas dasar kedangkalan berpikir.

Hmm, bagi pembaca yang sepakat dengan dosen saya itu yaaa silakan saja. Tapi saran saya, buat pembaca yang suka penampilan nyentrik, jangan coba-coba kuliah di UIN. Entah itu suka tampil modis, rambut gondrong, celana ripped jeans, rambut berwarna. Mending kuliah di kampus konvensional. Karena resikonya adalah akan mendapat label mahasiswa nakal, atau yang lebih parah adalah di-kick dari daftar absensi kelas.

Besok boleh coba, datang ke kelas pakai sarung dan songkok. Biar bener-bener keliatan mahasiswa UIN. Islami dan sopan. Request yaa Pak Rektor, mahasiswamu ini lho, mbok boleh pakai sarung sama songkok pas kuliah. Biar kalau gondrong dan berwarna rambutnya, bisa ditutupin pakai songkok.

Yoga Tamtama
Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah
yogatamtama71@gmail.com

BACA JUGA Bagiku yang Pelajar, Uang Itu Penghalang dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG.

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini

Exit mobile version