Tiga Fakta Tersembunyi di Balik Kasus Florence Sihombing

Tiga Fakta Tersembunyi di Balik Kasus Florence Sihombing

Tiga Fakta Tersembunyi di Balik Kasus Florence Sihombing

Cewek satu itu tiba-tiba ngetop, mengalahkan Sabina Altynbekova. Publik ramai-ramai membicarakan dia, memberondongkan komentar negatif tentangnya, memaki balik umpatan-umpatannya pada Yogyakarta, menjulukinya Ratu SPBU (gara-gara ributnya pas antre pertamax di pom bensin), mendukung polisi menyeretnya ke penjara, dan lain sebagainya.

Inilah publik media sosial Indonesia. Spontan, keroyokan, kadang tanpa tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Padahal, bila paham apa yang ada di balik peristiwa Flo dan makian-makiannya di akun Path-nya itu, masyarakat pasti akan berubah sudut pandangnya.

Berikut ini yang terjadi sebenarnya, semua data saya dapatkan dari hasil terawangan gaib, juga dari bisikan para penasihat spiritual.

1. Flo habis diputusin pacarnya, dan pacarnya yang sekarang sudah jadi mantannya itu adalah cowok Yogya.

Itu kata Mbak Ayu Bagus, yang kenal sama Flo pun enggak, dengar namanya juga baru sekarang. Flo patah hati dicampakan cowok Yogya. Lebih parah lagi, si cowok ngembat teman dekat si Flo. Nah, jadilah Flo bilang orang Yogya itu tak berbudaya. Lha gimana, masak yang digebet sohibnya si Flo sendiri? Cari di kampus lain kek. Di UPN, UII, Atma Jaya, itu kan ceweknya cakep-cakep. Nggak kreatif amat tuh cowok. Dan kita tahu, kreativitas adalah salah satu indikator manusia berbudaya. Jadi ya tak terbantahkan kalau dikatakan si cowok Yogya itu nggak berbudaya.

Flo juga bilang orang Yogya tolol. Emang deh itu mantan cowoknya tolol abis lah. Udah tau bentar lagi Flo jadi notaris, hidupnya mapan, dan si cowok yang lulusnya masih lama itu kemungkinan besar bakalan dibayarin uang kos-nya sama si Flo, eh malah diputus, ditinggalin, buat minggat sama cewek lain yang nraktir nasi pecel SGPC pun nggak pernah. Tolol bener.

Flo lantas bilang orang Yogya bangsat. Lah jelas bangsat gitu cowoknya, nggak usah dibahas. Cuma yang bikin kita semua bingung, kok pada ngamuk sih dikatain bangsat? Bukannya semua lelaki akan jauh lebih keren dan bangga dibilangin ‘lelaki bangsat,’ ketimbang dikatain ‘cowok pecundang,’ atau ‘brondong KW 2,’ misalnya? Para pejuang asmara yang tak kunjung menang di medan tempur semacam Agus Mulyadi dan Arman Dhani itu, sungguh, sudah bertahun-tahun merindukan predikat sebagai ‘lelaki bangsat’.

2. Flo cuma salah milih aja waktu antre di SPBU.

Ya, harusnya dia waktu itu nggak milih pertamax. Begitu kata Dian Afriyani, sumber intelijen lain dalam kasus ini. Kepedean deh si Flo milih pertamax. Lha wong jelas-jelas dia udah di antrean belakang jauh gitu kok ngeklaim pertamax. Harusnya kalo dia suka sama trit di SPBU itu, pilih aja cendol. Karena dia masih newbie, jangan buru-buru ngasih bata. Banyakin aja nyebar cendolnya, Gan!

Andai Flo mau langsung kasih cendol, tentu petugas SPBU akan hepi-hepi saja. Dan kalo beneran dia kepingin pertamax, mestinya ya harus rajin buka trit, atau nunggu di depan pom bensin sejak dari sebelum subuh. Jadi begitu petugas penyentornya ganti shift, tinggal si Flo nongol aja dan teriak “Pertamax Gaaaaaaan!!” #TerKaskus

3. Flo pusing sama tugas akhirnya, tesisnya macet, lalu dia ikutan pelatihan menulis. Tapi sial, trainernya ternyata si Jonru.

Badan Kesehatan Dunia WHO sudah mewanti-wanti agar masyarakat di kawasan Asia Pasifik memasang sinyal waspada akan wabah Jonru Syndrome. Wabah yang satu ini ditengarai menyebar cepat sekali, lebih cepat dibanding flu burung dan ebola.

Bila penderita sudah kena Jonru Syndrome, akan segera tampak gejala yang spesifik. Pada stadium pertama dengan masa lebih kurang tiga hari, muncul gatal-gatal pada jempol tangan kiri dan kanan. Kecenderungan yang terjadi kemudian adalah penderita tidak mampu menahan gerakan jempol-jempolnya. Dari 10 kasus, 7 di antaranya melampiaskan problem jempol tadi ke gajet, dalam skala massif.

Lebih lanjut, penderita akan mengalami panas tinggi di bagian tengkuk dan jidat, yang akan menyebabkan sedikit kejutan pada gelombang otak, hingga mempengaruhi persepsinya atas lingkungan. Penderita biasanya akan cenderung masokhis, senang dibuli, dan ketagihan di-tag atau di-mention oleh ratusan orang.

Flo menunjukkan sebagian gejala Jonru Syndrome. Masuk akal, karena memang bulan lalu dia ikut training penulisan itu. Memang belum terkonfirmasi seutuhnya hingga berita ini diturunkan, apa benar wabah itu yang menyerang Flo. Namun sudah mulai muncul harapan akan kejelasan informasi, apalagi sejak WHO mengalihkan 50% alokasi dana kampanye antitembakau untuk menghadapi Jonru Syndrome.

Exit mobile version