Surat Terbuka untuk Iqbaal Ramadhan

MOJOK.CO – Banyak yang kecewa dengan Iqbaal Ramadhan saat fotonya mencium vokalis band barunya tersebar di media sosial. Ada yang cemburu, tapi ada juga yang nggak. Seperti surat terbuka ini misal.

Dear Iqbaal…

Sebagai fansmu sejak dari Coboy Junior, anggaplah surat ini sebagai tanda sayangku padamu. Yah meskipun mungkin surat ini tidak sampai padamu, tapi aku akan tetap menuliskannya. Sebab sebagaimana perasaan, esensi mengungkapkannya bukan pada penerimaan, tapi kejujuran pada diri sendiri.

Iqbaal, sebelumnya aku minta maaf kalau beberapa hari ini aku lebih sibuk baca buku daripada media sosial. Jadi aku terlambat mengunjungi keramaian di laman Instagram milikmu. Ya, kamu pasti tahu maksudku. Ini tentang fotomu mencium vokalis band barumu saat We The Fest (WTF) seminggu lalu.

Sebagai fans perempuan pada umumnya, digerakkan rasa penasaran aku langsung cari tahu siapa dia dan segera kusimpulkan (meskipun sebenarnya nggak perlu karena ini bukan seminar) kalau dia hanyalah teman biasamu. Jadi semestinya sebagai fans aku biasa saja. Aku kan bukan siapa-siapamu. Apalagi kan kamu hanya memeluknya sambil menciumnya di pelipis meskipun bibirmu agak gak santai.

Meski begitu, jujur aku sedih kamu melakukannya, Bal. Ternyata kualitasmu masih belum oke bahkan setelah main jauh ke Amrik.

Begini Bal, aku nggak mau suuzon kalau yang kamu lakukan itu cuma cari sensasi dalam rangka promo band barumu biar hits. Tapi please, Iqbaal.. mind your way. Yang kamu lakukan itu nggak cool sama sekali. Kamu bahkan menghapus semua foto dengan perempuan di feed Instagram, membuat citraannya penuh untukmu. Tapi kenapa mendadak harus mengunggah foto dengan pose yang kamu tahu pasti akan membuat banyak orang heboh?

Pilihan yang kamu lakukan, selain pasaran, buatku sangat payah, Bal. Kebanyakan fansmu mungkin cemburu karena ingin dicintai seperti itu juga: dipeluk, dicium, olehmu. Wajar karena kebanyakan mereka masih sangat belia. Tapi kamu yang mainnya jauh dan bacaannya banyak mestinya paham dong kalau sentuhan fisik mestinya nggak dinilai rendah sebatas citraan medsos.

Seolah-olah dengan biasa aja mengunggah foto pelukan ciuman dan seterusnya di medsos untuk menunjukkan sayang kita pada orang lain in a casual way kita bakalan jadi keren dan yang menolaknya berarti cupu dan nggak berpikiran terbuka.

Oh, ayolah, Iqbaal, kita masih bisa kok begitu dalam mencintai tanpa bersentuhan. Bahkan sentuhan paling dalam yang bisa kita lakukan pada orang lain sebenarnya adalah tanpa sentuhan itu sendiri. Itulah kenapa gaya publikasi Awkarin nggak pernah tampak elegan karena dia kebanyakan ekspos, Bal. Dan aku nggak mau kamu jadi latah “open minded” kayak gitu. Kamu bisa baca Eleven Minutes untuk lebih paham soal ini. Itu yang nulis bule, btw, biar kamu nggak sangsi dengan standar modernitasnya. Tetap membaca buku itu penting, Bal, bahkan ketika tanpa membaca kamu sudah dikasih banyak peran besar.

Oh, jangan bilang yang kamu lakukan ini sebenarnya adalah sesi tes ombak dari film barumu. Sebagai Minke yang diceritakan “modern” menentang narasi tradisi di zamannya, apakah mempromosikan gaya pertemanan “modern” macam itu juga jadi bagian riset publikmu, Bal? Kalau iya, sekali lagi, itu agak payah sih.

Kamu kan tahu, Bal, fansmu banyak banget. Iya kamu bukan dewa, tapi kamu tahu pasti mereka mengamini semua yang kamu katakan dan lakukan. Jutaan guru boleh ceramah kalau belajar itu penting buat masa depan, tapi hanya ketika kamu yang bilang belajar itu keren via Ruangguru, anak-anak itu pada semangat mencitrakan diri sebagai pembelajar keren.

Gitu lho, Bal, pengaruhmu sebesar itu. Jangan sampai kamunya jadi nggak jelas hanya karena ingin membuktikan diri berbeda dengan yang lain. Padahal kalau boleh jujur, semakin kamu berusaha beda semakin jadi sama saja. Sebab yang pinter slengekan ganteng brangsekai itu udah banyak, Bal. Bukannya kece, kamunya justru gaje.

Bahkan buatku kamu mulai nggak jelas ketika menjadi Dilan. Bukannya gaje karena kamu yang dulu ke mana-mana murojaah hafalan sebab ingin jadi ustaz dan hafiz. Aku udah menyerah sama cita-citamu itu sejak kamu mulai lebih sering gandeng cewek daripada Al-Quran waktu SMP. Ketidakjelasan identitasmu sebagai Dilan menurutku sebenarnya urusan teknis banget.

Mohon maaf, Iqbaal, menurutku aktingmu nggak oke. Sebelumnya aku tidak pernah ngomong ini di depan publik sebab di sekitarku banyak Early Aunties yang tergila-gila padamu, tapi yah itu yang kurasakan. Sok bad boy. Sok asik. Sok nakal. Kayak ngga pantes gitu. Hm, sori ya, Bal.

Bukannya menurutku karakter Dilan yang sedikit nakal banyak akal, eh, adalah tidak baik sehingga ketika kamu memerankan karakter tidak baik maka kamu menjadi tidak baik. Not at all. Tbh I love Dilan. Tapi Dilan di buku. Di otakku. Di hatiku. Bukan Dilan versi kamu, dengan aktingmu, hmm, enggak banget, Bal. Sorry.

Bukannya aktingmu jelek juga. Dulu banget waktu masih kecil kamu main jadi anak Pramuka, duh aku langsung jatuh cinta. Atau waktu mulai main sinetron abege yang ceritanya enggak banget, setidaknya kamu keliatan usaha. Tapi, dengan peran sebesar Dilan? Duh. Maaf. Aku jadi bingung sama kamu. Citraan apa yang mau kamu bentuk masih blur buatku.

Tapi sebagai orang yang cinta, tentu aku mau belajar lebih banyak tentangmu. Mengikuti setiap perkembanganmu, bahkan dari unggahan teman-temanmu dan menyimak interaksi kalian (berhubung kamu sendiri jarang posting).

Aku jadi ngerasa kamu emang lagi pengen menciptakan citra diri yang baru. Kamu ingin berteriak nyanyi kayak Tegar: aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Tapi fansmu, kamu tahu, seperti aku ini, pertama-tama jatuh cinta pada pesona akhlakmu.

Aku tahu, picik sekali menilai akhlak orang hanya dari satu postingan berciuman pelipis (yah meskipun sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya kamu ketahuan “selingkuh” kalau kata fans-mu). Tapi ini memang pertama kalinya kamu promoting sisi kehidupanmu yang “begitu” di ruang publik.

Kalau itu Awkarin, orang udah nggak peduli. Mau dia ciuman di pelipis, bibir, ketiak, udah biasa. Tapi ini kamu, Bal. Yang jadi idaman remaja se-Indonesia karena paket lengkap itu: ganteng, ramah, baik, pintar, saleh.

Lalu kenapa kamu melakukannya, Bal? Biar cool? Rebel? Swag? Please, Bal. I know you are smart enough to know this. Kamu ngga bakalan keren hanya karena melakukan sesuatu yang menurut orang lain itu keren.

Just be your self, Baal. Nggak usah terbebani dengan citraan Dilan atau Minke jaman now atau tokoh film lain yang harus kamu perankan, ketika itu sama sekali nggak cocok buatmu.

Tapi kalau ternyata Iqbaal yang asli memang begitu, ya… nggak papa. Tapi kita sampai di sini saja. Cintaku buatmu udahan sampai di sini. Ada lebih banyak smart swag dudes yang bisa kuidolakan daripada sosok setengah mateng sepertimu.

Tapi untuk kamu tahu, Bal, aku nggak nyesel pernah mengidolakanmu. Mengisi daftar laguku dengan boyband-mu. Diam-diam mendoakanmu agar selalu dalam penjagaan-Nya.

Mulai sekarang hubungan idola-penggemar ini harus berakhir. Meskipun sesuatu yang berakhir tidak mesti selesai alias kamu tahu aku masih akan terus menyimpan doa untukmu. Aku nggak menyesal pernah salah jatuh cinta. Bahkan sebenarnya nggak ada istilah salah jatuh cinta.

Cinta itu anugerah, dan aku bahagia pernah merasa membersamaimu selama ini. Dengan menuliskan semuanya, sekarang aku bisa melepasmu dengan tenang.

As long as you know your goal, you will be okay, Bal. But if only one day you feel like you’re going nowhere, you know where to return.

Love you always.

Exit mobile version