Seandainya Mojok adalah Stasiun Televisi

Seandainya Mojok adalah Stasiun Televisi

Seandainya Mojok adalah Stasiun Televisi

Makin hari saya amati kok ya situs ini makin kece saja.

Ulasan mengenai wawancara langsung dengan om Van Gaal benar-benar membuat decak kagum. Lha bagaimana tidak, media lain di Indonesia mungkin hanya menyadur dari pewarta dari Eropa, ini lho Mojok bisa ketemu langsung tanpa janjian. Ajian teleportasi yang dimiliki om Agus Mulyadi tampaknya perlu dimiliki seluruh pewarta di negeri ini, agar hemat biaya transportasi.

Decak kagum juga muncul ketika membaca tulisan mbak Kalis Mardiasih mengenai Dangdut D’Academy. Saya kira negeri ini butuh orang-orang yang berpikir layaknya mbak Kalis, melihat sesuatu “kebobrokan” dari sisi yang lain, yang mencerahkan.

Sayangnya saya sempat kecewa ketika melihat judul “Wawancara Eksklusif dengan Sekjen PKI : Teguh Karyadi” yang isinya ternyata hanya keisengan belaka (meski saya sudah curiga semenjak bagian harus naik mobil). Padahal kalau wawancara eksklusif ini benar-benar terlaksana, paling nanti kantor Mojok langsung kedatangan rombongan Ki Sutiyogo yang ingin bersilaturahmi.

Tulisan-tulisan tersebut memantik imajinasi saya. Saya pun lantas berandai-andai: Bagaimana jika Mojok ini menjadi sebuah stasiun televisi?

Di tengah kejenuhan masyarakat akan stasiun televisi kita yang isinya pah poh, kehadiran Mojok TV–nanti disingkat jadi MTV, kalo terdengar mirip dengan stasiun TV luar yoben!–dengan tagline “Sedikit Nakal Banyak Akal” tentunya akan memberi warna baru sekaligus memecah kebosanan. Untuk konten alias programnya sendiri saya ada sedikit usul.

Berikut di antaranya:

IMC – Indonesia Mojok Cok!

“Cok” di sini bukan singkatan dari “Jancok”, tetapi bentuk unyu dari “yok/ayok”. Ya, ini acara memang sedikit menyerempet acara ILC (Indonesia Lawyer/Lawak Club). Namun saya kira, aca IMC ini tak usah menhadirkan konten debat serius atau lawak, tetapi cukup mengobrol santai saja. Adapun para pengisi acaranya nanti merupakan penulis-penulis kece Mojok, yang akan dipandu Om Puthut EA ataupun Om Kennedy.

Dengan mengobrol santai, saya jamin, esensi serius dan humor justru akan muncul secara alami dan tanpa dibuat-buat. Topik yang diangkat tentunya merupakan isu terbaru, namun demikian tak menutup pula topik penting lainnya yang telah terlewatkan. IMC nanti pasti menjadi acara favorit pemirsa Indonesia.

Berpacu Dalam Mulyadi

Pernah muncul di TV dan melakukan wawancara langsung dengan meneer Van Gaal, saya rasa om Agus Mulyadi layak dibuatkan acara sendiri. Akan tetapi, jangan acara musik. Saya ndak yakin dengan giginya-yang-maju-tak-gentar itu om Agus memiliki suara yang merdu. ‘Berpacu Dalam Mulyadi’ bisa saja diubah menjadi formula talkshow atau malah ajang pencarian jodoh a la Gus Mul. Dan sebagai co-host-nya, saya kira om Dodit Mulyanto dapat menjadi pilihan yang tepat. Selain sama-sama ada Mul-nya, medoknya juga kentara.

Meski nanti malah co-hostnya yang lebih terkenal, itu tak masalah.

MLM -Melodi Lantunan Mojok

Nah, ini baru acara musik-nya Mojok. Isinya tentu saja berbeda dengan acara joget-kucek yang norak itu. Tidak pula melibatkan MC-MC bejibun dengan humor receh lima ratusan. Acara ini akan diisi musik dari beragam genre, mulai dangdut koplo Pantura sampai gigs metal pun juga ada. Lagu-lagu pop mainstream juga bakal diputar meski porsinya tak banyak.

Di setiap pekan nanti diadakan Music Chart of the Week yang tingkatan lagunya bukan berdasarkan penjualan album ataupun jumlah request di radio/TV, namun berdasarkan seberapa banyak lagu tersebut diunduh secara ilegal.

Just Debates

Kalau ajang pencarian bakat biasanya mencari penyanyi ataupun bakat lain yang bisa dinikmati secara audio visual, maka ajang a la Mojok ini dijamin juga bisa dinikmati karya tulis para peserta.

Sesuai namanya, ajang ini mencari bibit-bibit yang nanti mampu menjadi pendebat (baca: pakar twitwar dan sejenisnya) kelas kakap. Tentu saja bukan debat kusir, tetapi debat bermutu yang disokong dengan fakta dan data yang relevan, ditambah dengan kemampuan delivering yang mumpuni, serta humor yang renyah.

Untuk urusan juri bisa diserahkan ke om Arman Dhani. Blio ini sudah pasti ahli dalam masalah tersebut. Belum lagi namanya juga nyrempet-nyrempet dua musisi legendaris Tanah Air yang juga pernah jadi juri ajang pencarian bakat. Lulusan ajang ini pun nantinya bisa bergabung di acara IMC. Dengan demikian, acara ini akan tercatat sebagai acara pertama di dunia yang menerapkan konsep simbisois mutualisme.

Anarkis banget gitu deh pokoknya.

Mojokenzis

Singkatan dari “MOJOk Kuliner ENak & laZIS”, jelas ini kontennya tentang makanan. Tetapi, tentu saja, bukan sembarang makanan, karena kajiannya tidak hanya sekadar rasa dan harga, namun juga filosofinya, termasuk analisis spektrum sosial makanan tersebut.

Acara ini bakal diisi oleh orang-orang macam saya yang lebih suka bahas makanan daripada ngomong politik. Tidak perlu pemandu acara, nanti dibuat konsep macam si Bolang saja. Namun, perlu dicatat, makanan yang diliput nantinya adalah makanan yang biasa disantap kelas proletar saja.

MojokRTO

Dibaca sama ketika membaca “Mojokerto”, RTO sendiri singkatan dari “Rubrik Tentang Orang”. Wes gampangnya acara ini semacam infotainment, tapi yang dibahas nanti tak sekadar artis, melainkan juga semua orang yang dianggap perlu untuk diliput. Tentunya, tak akan ada rubrik pergosipan yang norak. Acara ini kelak menjadi harapan agar mamah-mamah muda pecinta Mojok tidak terjebak dalam lingkaran gosip yang nikmat namun dosanya tiada terkira.

Mojok Sore

Nah, rubrik baru di Mojok ini tentunya juga tak boleh dilewatkan. Di MTV nantinya penonton tidak akan diberondong dengan iklan produk ketika acara berlangsung. Iklan produk hanya akan ditayangkan waktu sore saja, terutama jam tayang prime time. Ini didasari bahwa seringkali di TV Indonesia, iklan produk justru lebih menarik daripada program TV-nya sendiri.

Terobosan ini saya kira akan menjadi tonggak penting yang bakal mengubah dunia periklanan di Indonesia. Apalagi gaya iklan Mojok juga lebih kreatif dibanding iklan produk biasanya.

Sekiranya itulah gambaran saya mengenai program-program unggulan bilamana Mojok menjadi sebuah stasiun televisi. Bukannya gimana-gimana, tetapi kalau hanya media daring saja yo kapan bisa menguasai Indonesia?  Namun, saran saya, jika memang Mojok ada keinginan membuat stasiun TV, lebih baik bikin partai dulu saja, setelah itu bikin mars partai, baru TV.

Bukankah SOP-nya begitu?

Exit mobile version