Psikologi Bukan Ilmu Dukun, Jangan Seenaknya Minta Dibaca-baca

Ilmu psikologi bukan ilmu dukun yang bisa dengan gampang "nerawang" atau baca-baca karakter orang~

MOJOK.CO “Menurutmu aku orangnya gimana?” adalah pertanyaan yang kerap mampir ke saya sebagai anak ilmu psikologi. Lah, dikira saya ini dukun apa ya?

Saya adalah anak psikologi yang terkadang ingin menyembunyikan identitas. Terutama ketika bertemu orang-orang baru dan masih awam dengan ilmu ini.

Bukan karena malu jadi anak psikologi, hanya saja malas menanggapi pertanyaan tidak penting, “Berarti kamu bisa baca pikiran dong?” atau permintaan konyol “Tolong baca karakterku doong.” Hellooo, kalian pikir saya belajar ilmu dukun?

Pengalaman semacam itu pernah dialami oleh sebagian besar orang-orang psikologi. Kalo tidak percaya, coba cari teman psikologi dan tanya pernahkah mereka mengalami hal itu.

Saya yakin 7 dari 10 orang pasti bilang pernah. Tapi saya tidak akan membahasnya dalam tulisan ini, karena saya tidak punya kuasa atas pengalaman orang. Saya hanya ingin berbagi kegundahan dan keganjilan pribadi.

Saya baru saja bekerja di sebuah perusahaan garment di Semarang dan belum ada tiga bulan. Setiap kali bertemu orang baru dan tahu saya anak psikologi, pertanyaan/permintaan pertama yang kerap muncul, “Menurutmu aku orangnya gimana?”

Lah? Rasanya ingin tepok jidat dan kabur dari pembicaraan yang ajaib kayak gitu.

Pengalaman seperti itu tidak hanya saya alami sekali atau dua kali, entah sudah berapa kali saya tidak tahu. Jawaban saya selalu sama, “Saya kan bukan dukun.”

Saya beruntung jika pembicaraan tidak berlanjut, tapi terkadang ada orang yang ngeyel dan memaksa untuk tetap dibaca karakternya. Duh, biyung, salah dan dosa apa yang telah saya lakukan?

Mengacu pada pengalaman itu saya akhirnya membuat tulisan ini. Atau bisa juga dibilang curahan hati.

Sebelum saya mulai, ada baiknya saya sampaikan apa sih sebenarnya psikologi biar sedikit meluruskan kesalah-kaprahan yang teman-teman saya itu. Di Indonesia, ilmu ini memang bisa dibilang ilmu baru yang baru muncul pada tahun 1950-an diprakarsai oleh seorang profesor psikiater Slamet Imam Santoso.

Tapi sebenarnya ilmu ini sudah cukup berumur meskipun tidak setua filsafat atau astronomi. Psikologi awalnya dikenal sebagai bagian dari filosofi dan fisiologi sebelum akhirnya berkembang sebagai ilmu sendiri pada abad ke 19.

Wilhelm Wundt (1832-1920) bapak psikologi modern adalah orang yang telah berjasa membawa psikologi keluar dari jaman jahiliyah menuju zaman terang benderang. Wundt berhasil membangun ilmu ini sebagai ilmu eksperimental yang memungkinkan untuk dapat diteliti dan diajarkan kepada siswa di sekolah.

Dari lubuk hati yang terdalam saya mengucapkan terimakasih Mr. Wundt, jasamu tidak akan aku lupakan… apaan sih yang tak tulis ini.

Keberhasilan Wundt membangun laboratorium psikologi pada tahun 1879 di Leipzig Jerman mengilhami ekspansi ilmu psikologi ke penjuru dunia. Semenjak saat itu, ilmu ini telah berkembang dan menelurkan banyak tokoh yang menciptakan alirannya masing-masing.

Selain Wundt, beberapa tokoh lain yang terkenal setelahnya seperti Ivan Pavlov, Sigmund Freud, Carl Jung, Jean Piaget, dan Abraham Maslow. Masih banyak lagi yang lain, kawan bisa cari sendiri di Mbak Google untuk lebih jelasnya.

Lalu, sebenarnya apa sih ilmu psikologi itu? Kalo tidak boleh dibilang ilmu dukun, psikologi itu ilmu apa?

Psikologi sebagai ilmu terus mengalami perkembangan definisi dan cakupan. Dulu, psikologi dikenal sebagai ilmu jiwa yang sifatnya abstrak. Kemudian berkembang menjadi ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental. Karena dirasa proses mental belum terdefinisikan, pengertian psikologi berkembang lagi menjadi ilmu yang mempelajari pikiran dan perilaku manusia.

Pertanyaan baru muncul, pikiran itu sejatinya dimana? Hingga pada akhirnya muncul definisi paling wahid. Pengertian psikologi bertambah menjadi ilmu yang mempelajari otak, pikiran, dan perilaku manusia. Ilmuwan merasa bahwa pikiran manusia bersumber dari otak, karenanya penting untuk mempelajari otak sebagai bagian dari ilmu ini agar bisa mempelajari perilaku manusia.

Kalau boleh jujur, saya merasa psikologi saat ini lebih mirip ilmu biologi, bedanya biologi dalam psikologi terbatas pada otak. Bagi kalian insan manusia yang membenci biologi, urungkan niat kalian untuk masuk psikologi jika hanya ingin menghindari biologi. Salah kandang, Kawan.

Balik lagi ke topik soal psikolog dan dukun tadi. Saya menduga bahwa pertanyaan yang dilontarkan oleh orang awam kepada anak psikologi tidak bisa dibilang sepenuhnya salah.

Pertanyaan itu muncul karena pemahaman yang kurang mendalam mengenai ilmu psikologi itu sendiri. Masyarakat awam tahu bahwa ilmu ini mempelajari perilaku dan pikiran manusia. Hanya saja mereka tidak memahami bahwa implementasinya tidak sesederhana bertanya atau meminta “kamu bisa dong baca pikiran orang? Baca aku orangnya gimana doong”.

Lah mbok kiro teori-teori psikologi ini mengandung mantra po piye?

Pertanyaan tembakan semacam itu memang tepat ditanyakan kepada dukun atau wong pinter yang hanya perlu memejamkan mata, komat kamit, dan menyemburkan air, jawaban langsung muncul. Tapi kawan, dalam psikologi menjawab pertanyaan simple macam “aku orangnya gimana” tidak bisa dilakukan secara instan. Perlu proses yang panjang, pendalaman, dan membutuhkan banyak alat tes.

Kalo orang psikologi bisa tahu sifat orang dalam sekali waktu, psikotes kerja tidak butuh berjam-jam, dan tidak akan disuruh ngerjain banyak alat ukur. Cukup datang, diam, udah deh si HRD langsung tau kalian orangnya gimana. Tapi kan tidak seperti itu kawan. Tidak segampang itu, Fergusooo.

Mempelajari sifat dan karakter orang itu ribet. Tidak cukup dengan dua atau tiga alat ukur. Apalagi hanya sekali bertemu, jangan harap. Karena pada kenyataannya manusia itu kompleks, dan tidak bisa terdefinisikan hanya dari alat tes psikologi yang sifatnya parsial. Profesor psikologi yang paling expert sekalipun tidak bisa menjawab karakter orang dengan sekali lihat. Apalagi saya yang hanya remahan roti ini.

Maka dari itu, saya mewakili rekan sejawat memohon dengan sangat, plis kalo baru ketemu sama anak psikologi jangan pernah meminta buat dibaca orangnya gimana, karakternya gimana, apalagi minta dibaca isi pikirannya. Kita bukan dukun.

Kalo butuh jawaban instan ketik aja Reg [spasi] primbon kirim ke 7288, tunggu deh 5 menit pasti akan dapat balasan jenis-jenis karakter kalian. Dijamin bakal lebih cepat dan tidak mengecewakan.

BACA JUGA Obsesi Orang Tua Ingin Anaknya Jadi Lulusan Fakultas Kedokteran dan ESAI lainnya.

 

Exit mobile version