Membuktikan Cinta Secara Ilmiah

MOJOK.COBagaimana cara membuktikan seseorang sedang merasa jatuh cinta secara ilmiah?

Buktikan cintamu.

Bagaimana cara membuktikannya? Ini soal yang rumit, yang dari dulu belum pernah ditemukan jawaban sahihnya.

Coba, bagaimana membuktikan cintamu? Kamu belikan ia hadiah yang indah dan mahal, apakah itu membuktikan cintamu? Tidak. Itu hanya membuktikan bahwa kamu punya uang. Dengan uang itu kamu bisa membelikan hadiah yang lebih mahal dan lebih indah untuk orang lain juga.

Ia selalu ada untukmu. Ah, kalau kamu pelihara anjing, asal kamu beri dia makan, anjing itu juga akan selalu ada untukmu. Apakah itu bukti bahwa anjing itu mencintaimu? Bisa iya, bisa tidak. Bisa jadi anjing itu selalu ada di dekatmu karena didorong naluri untuk bertahan hidup saja.

Jadi bagaimana,dong? Belah dada, cek isinya. Kuno! Cinta tidak ada hubungannya sama isi dada. Kalau sama buah dada, sedikit banyak adalah hubungannya. Lalu, bagaimana dong membuktikannya?

Untunglah ada Professor Xiaochu Zhang dari University of Science and Technology of China, yang bekerja sama dengan para peneliti dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai, New York, telah berhasil menemukan bukti cinta. Buktinya bukan di dalam dada, juga bukan di hadiah mahal, tapi di otak manusia.

Zaman dulu orang mengira pusat hasrat, emosi, akal, kehendak, serta kesadaran manusia ada di hati atau jantung. Orang putus cinta disebut patah hati, atau pecah jantung (broken heart). Kalau orang jatuh cinta, ia berdebar-debar. Itu bukti cinta.

Masalahnya, kalau sedang dikejar anjing atau ditagih debt collector, jantung juga berdebar-debar. Masa iya kamu sedang jatuh cinta sama debt collector? Nggak juga kan?

Professor Xiaochu Zhang telah melakukan penelitian terhadap 100 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Orang-orang itu dibagi dalam 3 kelompok, yaitu orang yang dalam puncak kasmaran, orang yang patah hati, dan orang yang sama sekali tidak pernah romans, alias jomblo ngenes. Ketiga kelompok orang ini dipindai otaknya dengan MRI. Hasil riset ini dipublikasikan di jurnal Frontiers in Human Neuroscienc.

Tapi MRI itu apa? Masnya repot ih. Iya ya, repot amat itu Profesor Zhang, kok kober-kobernya memindai otak orang, khususnya jomblo. Hambok dicarikan jodoh aja, gimana sih, Prof? Tapi biarlah, siapa tahu nanti ada solusi bagi para jomblo dari riset ini.

MRI singkatan dari magnetic resonance imaging. Nama aslinya adalah Nuclear Magnetic Resonance Imaging (NMRI). Kata nuclear dihilangkan dari nama aslinya, karena nuklir punya citra yang buruk, akibat kejahatannya di Hiroshima dan Nagasaki. Jadi, meski NMRI ini masih sodaraan sama Little Boy yang dulu meluluhlantakkan Hiroshima, ia adalah saudara yang baik. Untuk memperbaiki citra itu, ia terpaksa mengubah nama.

Nuklir artinya inti atom. Inti atom itu punya momen magnetik. Kalau diberi medan magnet, momen magnet pada inti atom itu akan menyimpang. Jangan mikir yang aneh-aneh, menyimpang di sini bukan melakukan hubungan sesama jenis. Menyimpang itu maksudnya bergeser sedikit arahnya.

Setelah medan magnet dimatikan, momen magnet inti atom itu kembali ke posisi semua. Nah, waktu yang diperlukan untuk kembali ini memberi informasi tentang keadaan suatu atom.

Otak manusia, demikian pula organ-organ lain, terdiri dari atom-atom yang membentuk molekul yang sangat rumit. Di antara atom pembentuk itu adalah atom hidrogen. Atom hidrogen yang menyusun otak adalah sasaran pengukuran dengan MRI. Atom-atom itu bereaksi terhadap medan magnet, reaksi itulah yang diukur.

Momen magnetnya berubah. Perubahan itu tergantung pada kondisi atom. Atom pada bagian otak yang aktif, akan memberikan signal yang berbeda dengan atom di bagian otak yang tidak aktif. Perbedaan sinyal itu diproses dengan komputer, lalu diubah menjadi gambar. Ini disebut imaging atau pencitraan. Awas ye, jangan bawa-bawa politik ke urusan ini, nggak ada hubungannya.

Otak manusia terdiri dari sejumlah bagian. Ada bagian yang dipakai untuk berpikir, berhitung, menyimpan informasi, dan sejenisnya. Ada yang berfungsi mengatur gerakan berbagai organ tubuh. Ada pula yang berfungsi mengatur emosi, motivasi, gairah, dan sebagainya. Kalau seseorang sedang berpikir, maka dalam gambar pindaian MRI akan tampak bagian yang berfungsi untuk berpikir itu aktif.

Kembali ke cerita 100 orang tadi. Dari hasil pemindaian ditemukan bahwa orang yang sedang jatuh cinta, maksudnya punya pasangan yang ia cintai, tampak sangat tinggi intensitas aktivitas di bagian emosi, motivasi, gairah, dan hubungan sosial pada otaknya. Adapun yang sedang putus cinta, terlihat jauh lebih rendah intensitasnya. Yang jomblo bagaimana? Ya lebih rendah lagi.

Nah, sekarang sudah jelas, bahwa cinta itu ada buktinya di otak. Untuk membuktikan bahwa kamu sedang jatuh cinta, kamu tinggal ajak pacarmu ke dokter, suruh dia menemani kamu saat otakmu dipindai dengan MRI, dan tunjukkan bahwa ada aktivitas cinta di otakmu.

Ingat, kamu tidak bisa bohong. Kalau kamu tidak cinta, nanti juga akan terlihat. Jadi, pastikan kamu lihat hasil pindaiannya lebih dulu sebelum diserahkan kepadanya sebagai barang bukti.

Exit mobile version