Doa Anak Saleh Bukan Satu-satunya Tiket Masuk Surga, Rahmat Tuhan Itu Banyak

Doa Anak Saleh Bukan Satu-satunya Tiket Masuk Surga, Rahmat Tuhan Itu Banyak

Doa Anak Saleh Bukan Satu-satunya Tiket Masuk Surga, Rahmat Tuhan Itu Banyak

MOJOK.CODoa anak saleh memang salah satu amalan tanpa putus, tapi ia tidak satu-satunya. Masih ada juga kok amalan lain yang sama bagusnya.

“Tren childfree ini bahaya lho, Gus,” kata Mas Is.

“Hah? Child apa?” tanya Gus Mut.

Childfree,” tegas Mas Is lagi.

“Apa itu?”

“Itu lho, tren yang memutuskan diri buat nggak pengin punya anak. Ya dari aktivis-aktivis anyaran. Lagi pengin beda aja mereka, kurang kerjaan kayaknya,” kata Mas Is.

Gus Mut agak kurang relate dengan masalah yang diutarakan Mas Is. Dalam dunia Gus Mut, tren childfree kayak gitu bukan sesuatu yang lumrah ditemui.

“Oh,” Gus Mut terlihat kurang tertarik.

“Padahal kan sudah jelas kalau salah satu amalan yang bisa menyelamatkan kita dari api neraka itu kan doa anak saleh. Ini orang-orang kayak pede aja bisa masuk surga sampai nggak memperluas peluang masuk surga lewat punya anak,” kata Mas Is.

Gus Mut cuma ngangguk-ngangguk saja.

“Ini harus ada kampanye tandingan lho, Gus. Bisa bahaya kalau semua umat memutuskan childfree. Padahal hadisnya kan jelas, salah satu amalan yang tidak terputus dari seseorang yang meninggal dunia itu kan doa anak saleh, sedekah jariyah, dan ilmu yang bermanfaat,” kata Mas Is.

Gus Mut agak heran dengan tafsiran hadis yang dipakai Mas Is.

“Sebentar, sebentar. Coba ulangi tadi hadisnya?” tanya Gus Mut.

“Amalan yang nggak terputus itu doa anak saleh, sedekah jariyah, dan ilmu yang bermanfaat,” kata Mas Is.

Gus Mut cuma tersenyum.

“Emang salah ya? Kayaknya emang gitu deh hadisnya,” kata Mas Is.

“Konteks hadis yang kamu sebutkan itu emang bener, Is, cuma secara teks, urutannya nggak gitu. Doa anak saleh itu paling belakang. Sedekah jariyah dulu, terus ilmu yang bermanfaat, baru doa anak saleh,” kata Gus Mut.

Mas Is agak terkejut, tapi dari raut muka terlihat bahwa Mas Is merasa tidak ada masalah dengan kekeliruannya soal urutan itu.

“Ah, sama aja. Intinya kan doa anak saleh juga masuk jadi bagian,” kata Mas Is.

“Ya nggak sama aja. Soal urutan itu juga ada bedanya. Terlebih itu hadis bukan harus ketiga-tiganya dilakukan pada saat yang bersamaan, tapi opsional. Maksudnya, kalau dapat tiga-tiganya bagus, kalau cuma salah satu ya tetep bagus,” kata Gus Mut.

Mas Is agak heran dengan tanggapan Gus Mut.

“Lho? Jangan-jangan Gus Mut ini mendukung tren childfree ya? Kok malah nggak masalah doa anak saleh jadi bagian yang dihilangkan kalau makin banyak orang maunya nggak punya anak?” tanya Mas Is.

Kali ini Gus Mut terkekeh.

“Aku itu nggak tahu soal child-child itu, Is. Cuma ya secara pribadi ya aku nggak akan memilih itu karena aku bahagia punya anak, tapi kalau orang lain mau milih nggak punya anak gitu, ya itu hak dia. Siapa aku ini kok maksa keputusan orang lain?” kata Gus Mut.

“Bukan begitu, Gus. Orang yang nggak mau punya anak ini kan seolah pede aja kalau masuk surga tanpa bantuan doa anak saleh. Ini sampean kok jadi malah meremehkan doa anak saleh juga jatuhnya, Gus?” kata Mas Is.

Gus Mut lagi-lagi terkekeh.

“Is, doa anak saleh itu ditaruh jadi opsi di belakang juga ada maksudnya. Nggak yang sembarangan. Bahwa dua amalan sebelumnya, yakni sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat itu masih ada di kendali kita, tapi kalau doa anak itu udah urusan individu lain. Diupayakan sih bisa, tapi nggak jaminan itu dilakukan karena itu tindakan orang lain—sekalipun itu anak kandung,” kata Gus Mut.

“Ma-maksudnya, Gus?” tanya Mas Is.

“Maksudnya, amalan yang bisa kamu lakukan ya sudah lakukan. Jangan ngandelin orang lain. Ya sedekah yang banyak, ya kasih ilmu ke orang lain tanpa batas. Nggak usah mikir-mikir. Itu dua hal gampang yang bisa jadi nomor rekening kita untuk menambah amal kita di alam kubur,” kata Gus Mut.

“Memangnya doa anak saleh itu nggak sama pentingnya, Gus?” tanya Mas Is.

“Lho, siapa bilang itu nggak penting. Ya itu penting, tapi kan keputusan mendoakan itu bukan di kita, tapi di anak kita. Oleh karena itu, ketimbang kamu mengandalkan doa anakmu, kamu kan bisa melakukan upaya sendiri lewat sedekah atau ngajarin orang lain ilmu yang bermanfaat. Dua hal yang otomatis jadi jariyah dan bisa kita lakukan secara langsung saat masih hidup,” kata Gus Mut.

Mas Is berpikir sejenak.

“Ta-tapi kan, Gus. Hadis soal doa anak saleh itu kan maksudnya bisa lain,” kata Mas Is.

“Lain gimana, Is?” tanya Gus Mut.

“Bisa aja itu maksudnya agar kita itu nggak sembarangan mendidik anak. Agar kita sebagai orang tua mendidik anak jadi saleh, jadi mau berbakti sama orang tuanya, mendidik anak agar ‘alim,” kata Mas Is.

Gus Mut kali ini tersenyum dengan penalaran Mas Is.

“Iya itu benar. Tapi yang namanya usaha, ikhtiar, hasilnya itu kan nggak selalu berhasil,” kata Gus Mut.

“Ya kalau nggak berhasil berarti ikhtiarnya kurang, Gus,” kata Mas Is.

Gus Mut tersenyum lagi.

“Is, kamu kira Nabi Nuh itu nggak mendidik anaknya dengan baik? Nggak mendidik putra kesayangannya agar jadi anak yang saleh? Kamu pikir Nabi Adam nggak ngajarin Qabil dengan baik, nggak ngajarin agar Qabil jadi anak saleh? Kan ya nggak. Toh, nyatanya, putra Nabi Nuh ingkar bahkan ketika udah dalam kondisi terdesak mau tenggelam di banjir air bah. Qabil juga, sekalipun hidup dalam ajaran langsung Nabi Adam, tetap saja ingkar dengan membunuh saudaranya sendiri,” kata Gus Mut.

Mas Is terdiam.

“Ingat lho, Is. Nuh dan Adam itu nabi lho, bukan manusia sembarangan. Jika nabi saja bahkan tidak punya kendali atas hasil dari sebuah ikhtiar dalam mendidik anak, apalagi kita yang cuma kroco-kroco ini. Ketimbang kamu nyinyir sama orang yang nggak ingin punya anak itu karena kamu pikir mereka kepedean bisa masuk surga tanpa bantuan doa anak saleh, kamu malah jauh lebih kepedean sebagai orang tua karena merasa sudah pasti bisa mendidik seorang anak jadi saleh,” kata Gus Mut.

Mas Is kali ini merebahkan punggungnya di kursi, menerawang langit-langit.

“Lagian ya, Is. Rahmat Allah itu luas banget kok. Tiket surga itu nggak cuma ditentukan oleh doa anak saleh. Terlebih, soal hadis itu, terutama di bagian doa anak saleh, konteks hadis itu sebenarnya diperuntukkan untuk kita sebagai anak, bukan kita sebagai orang tua. Jadi itu bentuknya jadi anjuran agar kita mau mendoakan orang tua kita, bukan jadi legitimasi agar kita diperkenankan menuntut anak supaya mau mendoakan kita,” kata Gus Mut yang bikin Mas Is malah gantian tersenyum karena merasa mendapatkan sesuatu.

 

*) Diinspirasi, diolah, dan dikembangkan dari twit @adeirra.

BACA JUGA Apakah Surga Hanya untuk Orang Islam Saja? atau kisah-kisah Gus Mut lainnya.

Exit mobile version