MOJOK.CO – Mas Is mencak-mencak begitu tahu ada perempuan yang menyatakan diri tidak mau punya anak. Baginya itu tidak beres.
“Dasar perempuan nggak cerdas blas. Bisa-bisanya dia bilang nggak pengin punya anak. Dia ini niat melanggar sunnatullah calon ibu apa gimana sih?” kata Mas Is ketika membaca berita soal selebriti bikin pernyataan nggak ingin punya anak.
Fanshuri yang ada di sebelah Mas Is penasaran.
“Ada apa sih, Mas?” tanya Fanshuri.
“Ini lho!” kata Mas Is menunjukkan tangkapan layar hapenya.
Fanshuri cuma manggut-manggut saja melihat berita seorang selebriti perempuan yang bikin pernyataan kontroversial menurut Mas Is.
“Kamu nggak kesel sama beginian?” tanya Mas Is.
“Biasa aja sih,” kata Fanshuri.
“Gimana bisa kamu biasa aja? Aku ini lho, dikaruniai anak hampir 10 tahun habis nikah. Kebelet pengin punya anak nggak dikasih-kasih, ini malah nemu konten ada orang nggak mau punya anak. Kan ya emosi aku,” kata Mas Is.
Fanshuri bingung dengan reaksi Mas Is yang agresif.
“Lah, kok marah-marah sih, Mas? Kan itu hak dia juga,” kata Fanshuri.
Mas Is cuma garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Iya aku tahu. Cuma dia ini pasti nggak sadar rasanya jadi orang tua yang bakal hidup menua sendirian kalau tanpa anak. Apalagi keinginan kayak gini itu menutup peluang ibadah. Doa anak buat dia misalnya. Apalagi surga di telapak kaki ibu. Apa dia ini nggak mau jadi ibu?” Mas Is masih mencak-mencak.
Fanshuri cuma terkekeh mendengar Mas Is ngomel-ngomel sendiri. Mendengar Fanshuri malah cengengesan, Mas Is makin emosi.
“Kamu sih, Fan, belum nikah dan belum pernah punya anak juga. Jadi nggak ngerasain betapa geregetannya denger orang bilang kayak gini. Coba kalau didenger sama orang yang justru pengin punya anak tapi belum dikasih-kasih juga. Pasti diomelin ini artis,” kata Mas Is.
Fanshuri masih cekikan.
“Aku itu ketawa bukan karena aku nggak paham rasanya, Mas Is,” kata Fanshuri.
“Lah terus?” tanya Mas Is.
“Ya aku ini ketawa karena Mas Is ini kemarin muji-muji chef siapa itu. Yang bilang kalau soal kehamilan itu adalah hak perempuan,” kata Fanshuri.
Tiba-tiba Mas Is ingat akan cerita itu.
“Lah ya emang, menghargai perempuan namanya. Bahwa karena laki-laki itu nggak merasakan hamil, ya jangan maksain perempuan untuk hamil. Lah wong yang bakal ngerasain beban selama 9 bulan, yang ngerasain sakit melahirkan juga perempuan, jadi itu haknya perempuan,” kata Mas Is.
“Lah itu Mas Is tahu,” kata Fanshuri.
“Ma-maksudnya?” tanya Mas Is.
“Mas, kalau hak perempuan nggak mau hamil yang bilang dari pihak laki-laki sampean puji-puji setinggi langit. Tapi begitu hak itu diambil sama perempuan, minimal ada perempuan yang bilang nggak ingin punya anak, kok sampean yang tersinggung?” sentil Fanshuri.
Mas Is terdiam, mencoba mencerna kalimat-kalimat Fanshuri.
Fanshuri melanjutkan, “Kan bukan Mas Is yang bakal ngerasain beban janin selama 9 bulan, bukan Mas Is juga yang ngerasain sakit melahirkan, dan ketika ada perempuan yang nggak mau mengalami itu, sampean kok tiba-tiba jadi berbalik arah gitu, Mas?”
“Berbalik arah gimana maksudmu?” tanya Mas Is.
“Sampean dulu bilang mendukung itu karena alasan hak perempuan buat hamil atau tidak. Begitu hak itu dipakai beneran, lah kok malah Mas Is ngerasa nggak rela hak itu diambil?” kata Fanshuri.
Mas Is terdiam sejenak.
“Memang mudah kalau maidhoh hasanah, Mas. Ngomong yang ideal-idel. Begitu dapet fenomenanya dan harus uswatun hasanah dari yang dulunya diomongin, malah melipir,” kata Fanshuri bikin Mas Is kicep.
BACA JUGA Benarkah Perempuan Pakai Jilbab itu Selalu karena Paksaan Orang tuanya? dan kisah-kisah Fanshuri lainnya.