Persiapan Mumtaz Rais kalau Akhirnya Jadi Berenang dari Jakarta ke Labuan Bajo Bolak-balik

Persiapan Mumtaz Rais kalau Jadi Mau Berenang dari Jakarta ke Labuan Bajo

Persiapan Mumtaz Rais kalau Jadi Mau Berenang dari Jakarta ke Labuan Bajo

MOJOK.COMumtaz Rais bernazar akan berenang dari Pantai Kapuk di Jakarta Utara menuju Labuan Bajo di Pulau Komodo kalau PAN Reformasi akhirnya berdiri.

Salah satu kredo sepantas apa seseorang layak disebut politisi adalah kemampuannya dalam mengumbar janji-janji. Bahkan sekalipun janji itu rasanya mustahil untuk direalisasikan. Dan harus diakui, Mumtaz Rais, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN), pantas mendapat sematan sebagai politisi tulen karena janjinya yang luar biasa sembrono.

Anak ketiga dari Amien Rais ini dengan cukup berani bernazar akan berenang dari Pantai Kapuk di Jakarta Utara menuju Labuan Bajo di Pulau Komodo kalau PAN Reformasi bikinan ayahnya bisa berdiri.

“Kalau memang PAN Halusinasi ini (sindiran Mumtaz Rais untuk PAN Reformasi) sampai beneran terbentuk dan diisi oleh seperempat saja dari anggota dewan kita yang berjumlah sekitar 1.500-an, maka saya sebagai Ketua DPP penjaga tangguh benteng PAN ini akan berenang dari Pantai Kapuk sampai Labuan Bajo,” terang Mumtaz Rais.

Kalau kamu pikir nazar itu cukup gila, bahkan sekalipun nazar itu keluar dari mulut seorang politisi, maka kamu perlu memakai sabuk pengaman kembali karena Mumtaz bisa membuat pernyataan ini jadi jauh lebih gila lagi.

Ya iya dong, soalnya, Mumtaz sesumbar tidak akan melakukannya dalam sekali perjalanan! Dia rela melakukan perjalanan gila ini bolak-balik kalau sampai PAN Reformasi diresmikan oleh Menteri Hukum dan HAM.

Pantai Kapuk ke Labuan Bajo… plus dari Labuan Bajo balik lagi ke Pantai Kapuk!!!

Mukegile.

Bisa disembah Michael Phelps ente, Mumtaaaz.

Perselisihan politis antara bapak-anak ini memang menggemaskan. Dan sebagaimana anaknya, Amien Rais sendiri juga pernah mengumbar janji jalan kaki dari Jakarta ke Yogyakarta kalau terbukti pernah menyebut Prabowo terlibat dalam penculikan aktivis 1998.

Dan kita semua tahu, nazar itu akhirnya tak pernah direalisasikan. Sekalipun kliping koran pada Harian Republika edisi 24 Juni 1998 menunjukkan bahwa Amien Rais ternyata pernah menyebut Prabowo sebagai sosok yang bertanggung jawab pada kasus penculikan aktivis.

Masalahnya, Mumtaz Rais tak belajar banyak dari ayahnya sendiri. Dengan cukup percaya diri, ketika berselisih dengan sang ayah, Mumtaz Rais malah memakai senjata sesumbar lawan secara sembrambangan.

Sekalipun peluang PAN Reformasi berdiri itu kecil, kita semua tahu kalau tak ada yang mustahil di dunia fana ini. Sekecil apapun peluang itu, bukan tidak mungkin celotehan Mumtaz ini malah bikin Amien jadi menggebu-gebu untuk bikin PAN Reformasi betulan.

Jangan salah, perasaan diremehkan itu bisa mewujud menjadi energi positif untuk membalikkan bully-an lawan politik. Apalagi kalau bully-an ini lahir dari anak kandung sendiri. Dan kalau itu terjadi, Mumtaz Rais harus siap berlatih fisik demi menjalani nazarnya itu.

Oke, oke, saya tahu, banyak di antara kalian yang sangsi bahwa nazar ini akan direalisasikan Mumtaz Rais kalau akhirnya PAN Reformasi beneran berdiri. Meski begitu, saya sangat percaya, Mumtaz Rais yang jauh lebih muda dari ayahnya, tak akan sepengecut itu. Darah mudanya pasti bergejolak kalau ternyata sang ayah berhasil membalikkan prediksinya.

Nah, sebagai jaga-jaga saja, saya akan berikan beberapa informasi mengenai apa yang dibutuhkan Mumtaz Rais kalau akhirnya jadi berenang dari Jakarta-Labuan Bajo pulang-pergi.

Persiapan mutlak yang harus dilakukan Mumtaz Rais adalah soal pemahaman waktu tempuh, dan kedua ketersediaan sponsor.

Soal sponsor, jika Mumtaz Rais beneran mau merealisasikan janjinya ini, saya haqqul yakin perjalanan ini akan didanai oleh lawan-lawan politiknya—bahkan oleh Amien Rais sendiri. Jadi soal biaya, Mumtaz tak perlu khawatir lah. Bakal banyak yang nyumbang kok.

Oke balik ke perkara jarak dan waktu tempuh.

FYI aja, jarak antara Pantai Kapuk ke Labuan Bajo itu 1.814 km dengan perjalanan darat.

Sebagai gambaran, jika menggunakan mobil, jarak segitu bisa ditempuh “hanya” 42 jam nonstop. Kalau misalnya Mas Mumtaz Rais mau mengganti perjalanan itu dari berenang ke jalan kaki seperti nazar sang ayah zaman dulu, blio pun masih membutuhkan waktu 333 jam alias 14 hari.

Masalahnya, waktu 14 hari itu harus dijalani nonstop. Kalau mau realistis, dengan menghitung waktu terbuang untuk istirahat, tidur, ngopi-ngopi, konferensi pers, IG story, IG Live, ya paling minim butuh waktu 2 bulan lah. Itu juga udah hebat banget kok.

Dan itu semua baru perhitungan kalau perjalanan itu jalan kaki lewat akses darat, dan di beberapa titik masih harus naik kapal feri.

Sekarang kalau mau berenang, berapa waktu yang dibutuhkan seorang Mumtaz Rais?

Sebagai gambaran, Michael Phelps, perenang terbaik dari Amerika mampu berenang dengan kecepatan 8-10 km per jam. Itu pun merupakan kecepatan terbaiknya. Rata-rata Phelps melesat secepat 7,8 km per jam. Tapi itu untuk jarak 100 meter doang.

Kalau mau berandai-andai akhirnya nazar ini harus dipenuhi, Mumtaz Rais tentu tak perlu secepat itu, sebab jarak yang ditempuh berlipat-lipat jauhnya. Konsisten di kecepatan 3-4 km per jam saja udah hebat banget kok.

Gambaran yang bisa dipelajari Mumtaz selain dari Michael Phelps adalah belajar dari Ross Edgley, seorang pria Inggris yang memecahkan rekor dunia berenang mengitari Pulau Britania. Jarak yang ditempuh pun sekitar 2.864 km, lebih jauh dari jarak yang harus ditempuh Mumtaz Rais dari Jakarta ke Labuan Bajo.

Dengan jarak sejauh itu, Edgley membutuhkan waktu 157 hari alias sekitar 5 bulan, dan aktivitas berenang dilakukan 6-12 jam per hari saja. Jadi ketika sudah lelah, Edgley akan beristirahat di kapal yang mengikutinya sepanjang berenang. Begitu seterusnya sampai berhasil mengitari Pulau Britania.

Membandingkan Edgley yang memang merupakan atlet olahraga ekstrem dengan Mumtaz Rais yang merupakan atlet ekstrem silat lidah, jarak 1.814 km itu dengan perhitungan wangsit dan primbon jawa, barangkali bisa diselesaikan dalam tempo waktu 8 sampai 12 bulan kalau tidak ada aral merintang.

Sayangnya, waktu selama itu baru separuh dari perjalanan sebenarnya. Soalnya blio mesti berenang bolak-balik.

Saya jadi membayangkan, kalau kapal yang menyertai aktivitas berenang Mumtaz Rais ini ditumpangi oleh sang ayah: Amien Rais. Sambil cekikian di atas kapal memberi semangat ke putranya demi memenuhi janji sembrononya.

Lantas, sambil menikmati sunset plus ngopi-ngopi santai berseloroh …

“Hahaha, rasakan, anak muda! Emang enaaak?”

Hm, pasti akrab sekali suasananya.

BACA JUGA Manusia Membuat Nazar, Ia Sendiri Pula yang Menawar ketika Harus Melunasinya atau tulisan rubrik POJOKAN lainnya.

Exit mobile version