Bagaimana Susi Pudjiastuti Ubah Konotasi ‘Ke Laut Aja!’

susi pudjiastuti

MOJOK.COIdiom “ke laut aja” kembali populer seiring Susi Pudjiastuti sering menyebutnya di Twitter. Jadi inspirasi lagu barunya Kaka Slank pula.

Sebuah kata dalam bahasa Indonesia bisa lahir karena persoalan sederhana. Dulu, kata untuk menyebut pelakor atau kekasih gelap adalah “Sephia”. Terinspirasi dari salah satu judul lagu Sheila on 7. Atau kepopuleran “TTM” dari judul lagunya Ratu era Maia Estyanti dan Mulan Kwok. Bahkan istilah “Bang Toyyib” untuk suami yang nggak pulang-pulang pun muncul dari lagu.

Kisah ini hampir mirip dengan idiom “ke laut aja”. Konotasi “ke laut aja” dulunya adalah ungkapan kekesalan yang punya maksud mengusir. Kalau tidak salah ingat, ungkapan ini awalnya diprakarsai oleh Black Skin, musisi rap tahun 90-an, dengan liriknya yang populer: “Cewek matre, cewek matre. Ke laut aje.”

Barangkali idiom itu mirip-mirip kayak ungkapan “dari Hong Kong?”. Biasanya penggunaan ungkapannya itu jadi kayak begini: “Apa? Agus sekarang punya pacar? Pacar dari Hong Kong?”

Tentu saja maksud dari kalimat itu bukan Agus dipertanyakan punya pacar TKI dari Hong Kong atau tidak, melainkan ya hanya wujud ekspresi keraguan tingkat dewa.

Nah, beberapa dekade kemudian, ungkapan ini lantas dipopulerkan lagi oleh Susi Pudjiastuti. Tak hanya dipopulerkan malah, tapi diubah arahnya. Dari yang lumayan negatif, ke arah yang lumayan positif. Dari yang tadinya ngusir, malah jadi ajakan. Semacam, ayuuuk ke laut aja yuuuk?

Jaga-jaga aja kalau kamu nggak percaya Susi Pudjiastuti kerap memakai idiom itu, kamu bisa juga kok melacak di akun Twitternya.


Hanya saja, sebenarnya Bu Susi sih pakai kalimat yang lebih baku… “ke laut saja”.

Wah, takut ditenggelemin Ivan Lanin apa bijimana sih Bu? Kok baku amat?

Ya maklum, sebagai menteri (mantan menteri lebih tepatnya), blio ini kan yang kelihatan paling anti-protokoler, slengean, tapi kerjaannya paling membekas bagi masyarakat kebanyakan (ingat, nggak semua suka Bu Susi lho, ada juga yang sebel entah karena apa). Oleh sebab itu, jadi agak aneh aja sebenarnya baca twitnya Bu Susi pakai kata baku “saja” gitu.

Oke, balik lagi ke persoalan kepopuleran “ke laut aja” Susi Pudjiastuti. Kalau kita mau perhatikan lagi, selentingan itu sebenarnya jadi semacam kampanye yang rada unik.

Ya gimana ya, sebagai negeri yang (((nenek))) moyangnya adalah seorang pelaut, idiom itu memang penting diumbar lagi. Normatif sih, tapi ya gimana, kita sudah puluhan tahun dibohongi sebagai negeri agraris doang, padahal sejatinya negeri maratim juga jeh.

Hawong negara dengan garis pantai terpanjang kedua dunia kok malah swasembada beras bukannya swasembada ikan. Kan ya logikanya ra mashooook.

Bahkan kampanye ini tak hanya mengubah idiom “ke laut aja” dari negatif ke positif, tapi juga mengarahkan kita agar lebih peduli soal laut Indonesia. Baik secara sumber daya alamnya maupun kedaulatannya.

Setidaknya “ke laut aja” seperti melengkapi dua kata lainnya dari Susi Pudjiastuti yang bisa mewakili kepedulian terhadap laut Indonesia. Dua kata lainnya itu adalah “tenggelamkan!” dan “benur”.

Bahkan, saking diapresiasinya kepedulian seorang Bu Susi, Kaka Slank sempetin juga untuk bikinin lagu dengan judul yang sama: “Ke Laut Aja”.

Jadi dari yang tadinya idiom “Ke Laut Aja” muncul dari lirik lagu Black Skin, sekarang malah jadi judul lagu dengan konsep yang berbeda oleh Kaka Slank. Udah kayak daur ulang aja nih.

Oh, iya, buat kampanye laut bersih dari sampah juga bisa sih ini. Apalagi di lirik lagunya Kaka Slank ada tuh…

Ingat Bu Susi bilang…

Nyampah?

Ditenggelamkan!

Bu Susi emang paling bisa begini-begini. Ati-ati aja, Bu, kalau keseringan bikin idiom-idiom populer dan keren gini, lama-lama ditanggap jadi buzzer Istana lho. Ya monmaap, yang kerjaannya emang buzzer nggak bisa sekeren ini soalnya.

BACA JUGA Memahami Logika Edhy Prabowo yang Dikritik Susi Pudjiastuti Soal Ekspor Benih Lobster atau tulisan soal Susi Pudjiastuti lainnya.

Exit mobile version