Beginilah Nasib Jadi Pedagang Online

“Berandaku isinya status daganganmu thok!”

Itu komentar yang sering saya dengar dari teman. Saya cuma bisa membatin, Masih mending status dagangan, bukan status alay atau status keluhan.

Jilbab Serut

Ecer 2x.xxx

Grosir 2x.xxx

Info order 089x-xx-xx-xxx

Kurang lebih seperti itulah kebanyakan postingan saya. Hampir semuanya gambar produk, isi tulisannya harga disertai nomor handphone. Kasihan yang berteman dengan saya di Facebook, dapat spam terus.

Tapi itu dulu kok. Serius!

Iya, dulu saya memang egois. Kalau posting di media sosial memang selalu soal dagangan. Padahal, namanya aja media sosial. Tapi saya nekat jadikan media selling. Wajar kalau akhirnya penjual online seperti saya kurang diterima.

Orang mana sih yang demen iklan? Kecuali iklan motivasional buatan Thailand, nonton TV aja kalau ada iklan segera kita pindah salurannya. Nonton YouTube juga gitu, hampir setiap iklan pasti langsung di-skip. Itu baru postingan lho, belum lagi model penjual online yang sukanya tagging. Saya sesama penjual pernah di-tag dan rasanya kayak nelen marning sekilo nggak pake minum. Seret!

Yang lebih heboh lagi, di-add friend, setelah pertemanan diterima, langsung di-inbox, diajak kenalan. Orang sekarang mah pinter, udah bisa nerawang kalau kenalan itu pasti ujung-ujungnya … ehem, kalau nggak jualan ya nawarin bisnis MLM. Sebenarnya, oknum penjual dengan langkah menyesatkan seperti itulah yang bikin orang ill feel dengan penjual atau pebisnis MLM.

Tapi, sekarang saya sudah tobat. Serius. Bukan cuma dokter atau guru aja yang mesti belajar. Jadi pedagang online pun mesti belajar cara dagang yang bener dan menghasilkan. Kalau jualannya asal-asalan, biasanya penghasilannya pun juga asal-asalan. Saya nggak maulah ya dapet yang asal-asalan. Saya rela mencari ilmu jualan ke sana ke sini, hiraukan semua masalah di muka bumi ini, walau rintangan membentang tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran.

Jadi, saya belajarnya itu mulai dari yang gratisan hingga yang berbayar. Kebanyakan yang saya cari sih yang gratisan. Saking banyaknya ilmu bertebaran secara gratis, saya sampai bingung gimana nelennya. Ini sama seperti halnya nelen marning dua kilo, lebih seret!

Rupanya jualan yang tepat di media sosial seperti Facebook itu ada caranya: postingan nggak melulu soal jualan, tapi juga membagikan sesuatu yang bermanfaat, seperti tips atau apalah-apalah. Harapannya, biar temen-temen di facebook pada demen sama postingan kita, terus mereka kepoin dagangan kita, lama-lama beli deh.

Kalau temen-temen Facebook kita udah enek sama postingan dagangan melulu kan bisa aja kita langsung di-block atau unfriend. Eh, itu masih mendingan lo, yang penting nggak dilaporin ke Om Mark sebagai spam. Bisa-bisa kena banned, nggak bisa gelar lapak di Facebook deh. Kalau nggak jualan, nggak dapet duit, nggak bisa beli marning. Kelar hidup lu.

Hanya karena pengin bikin temen Facebook saya demen dengan postingan buatan saya, saya sampe ngarep berat dapet like, komen, bahkan share. Katanya, interaksi di Facebook itu juga memengaruhi penjualan. Wajar kalau akhirnya untuk posting sebuah tulisan, mikirnya lama pake banget. Udah semacam harus jadi penulis dadakanlah kalau jadi pedagang online tuh. Soalnya kami nawarin pakai tulisan, jadi ya mesti pinter nulis yang bisa menghipnotis orang untuk beli. Kalau cuma woro-woro, “Buruan diorder, Kakak” atau “Minat, inbox ya”, itu gampang sih. Tapi ya gitu. Orang udah malesss. Krik krik krik.

Itu masih mending sih. Ada postingan yang lebih ekstrem lagi.

“Hanya untuk yang serius order. Tidak melayani orang yang tanya doang tapi gak beli.”

Orang mana yang berani beli? Semua orang bakalan melipir, nggak ada yang berani order. Tapi ya begitulah, mungkin si penjual lagi kepepet butuh duit. Maunya laku doang, nggak mau melayani calon pembelinya dengan baik.

Pembeli baru tanya-tanya dulu, tapi nggak jadi beli, udah dibilang PHP. Penjual baperan yang kayak gitu tuh yang bikin pembeli jadi cari-cari alasan. Sampai akhirnya muncul alasan, “Saya tanya suami dulu, ya.”

Fiuuuh ….

Dan terkait bikin postingan, mikir ide tulisan bisa lama. Pas ide mengalir deras, langsung ketik di Facebook, ehlahdalah langsung muncul tulisan “Facebook tidak menanggapi Anda”. Terus tahu-tahu tulisan yang udah diketik ilang. Rasanya pengin panggil awan kinton terus landing sleepy Paris.

Giliran pas udah berhasil posting, nggak ada yang like.

Yah begitulah nasib jadi pedagang online, kerjaannya mantengin Facebook. Berharap ada yang like, komen, share, syukur-syukur nginbox, “Mbak, aku mau order jilbab dua kodi dong.” Hmmm … berasa melayang-melayang di udara, kena embusan angin yang sepoi-sepoi. Sejuuuk.

Karena kerjaan saya bikin postingan yang bermanfaat (biasanya jadi tulisan panjang), akhirnya muncul pula yang nyinyir.

“Statusmu panjang-panjang, aku males baca.”

Atau muncul celetukan,

“Kerjaanmu update status mulu ya?”

Sakit hati ini, Abaaang. Serbasalah. Tapi ya sudahlah, ini risiko pedagang online. Cari duitnya lewat Facebook, kerjaannya ya update status. Tapi entahlah, kalau denger “Kerjaanmu update status mulu ya?”  itu kesannya kami kayak kurang gawean. Padahal gawean mah banyak. Yang bener kurang duit.

Nggak cuma itu sih. Kadang ada juga yang nyeletuk, “Pegang hape muluk. Mainan hape muluk.” Pada kesempatan terzalimi itulah saya panjatkan doa semoga lika-liku ini berbuah manis dengan adanya banjir orderan, banjir duit. Kan katanya doa orang yang terzalimi itu mudah dikabulkan.

Sekian cerita dari seorang pedagang online. Cukup sekian dan terima order.

Exit mobile version