Ingin Punya Istri 50 Tahun

Menikah-Lagi-MOJOK.CO

[MOJOK.CO] “Kakek si Ungke ingin menikahi wanita 50 tahun. Adakah?”

 

Tipu-Tipu

Di Halmahera, para nelayan biasanya pergi melaut saat hari masih gelap dan akan kembali pada pagi hari. Perahu nelayan akan ditambatkan di hol, semacam teluk untuk menghindari ombak.

Pagi itu, dua bocah sudah menunggu di hol. Ya, siapa lagi kalo bukan Ungke dan Jamal. Dua bocah ini sedang menunggu para nelayan dan meminta jatah ikan untuk dibakar, lalu dimakan dengan sagu.

Singkat cerita, setelah pesta bakar ikan di pinggir pantai usai, Ungke dan Jamal balik ke rumah untuk berangkat ke sekolah. Tentu saja keduanya sudah terlambat. Sampai di sekolah, dua bocah ini diam-diam masuk ke kelas.

Saat hendak duduk di bangku, Ibu Guru muncul dari belakang.

“Eheem. Ungke! Jamal! ngoni dua tau ini jam berapa?”

“Jam setengah sepuluh, Ibu Guru,” jawab mereka kompak.

“Terus kenapa baru datang?”

“Ce Ibu Guru, tadi torang dua antar Jamal punya adek perempuan ke posyandu,” Jamal memberi alasan sambil garuk-garuk kepala.

“Heh, ngoni dua ini mau tipu-tipu saja e.”

“Iss tipu bagaimana. Betul ini.”

“Sudah, sudah, jangan banyak tipu. Tadi ibu guru ada ketemu Jamal pe adek di ujung kampong sana, jadi tidak usah banyak alasan.”

“Ah berarti ibu guru yang tipu ini!!”

“Jamal kan tra punya ade,” sambung Ungke.

Ibu guru gigit rahang. Anana murid satu kelas tertawa lah.

 

Ular Gigit

Sore itu Ungke dan Jamal pergi ke hutan di belakang kampung. Mereka hendak memetik rambutan di kebun milik bapaknya Jamal. Ungke bertugas naik ke atas pohon. Waktu turun dari pohon, Ungke mendapati Jamal pingsan. Karena panik, Ungke langsung membopong sahabatnya menuju puskesmas.

“Om Mantri e, tolong lihat sa punya teman ini,” ujar Ungke saat tiba di puskesmas.

“Dia kenapa?”

“Ular gigit.”

“Astaga. Baru ini Bapak Dokter tidak ada lagi. Obat-obat semua habis lagi nih Ungke,” kata Om Mantri.

“Adooooh jadi bagaimana ini Om Mantri? Sa takut dia kenapa-kenapa.”

“Bagini saja, Ungke isap di bekas gigitan ular itu biar racun keluar.”

“Ceh, maaf, Om Mantri. Sa tidak mau. Biar dia mati sudah kalo begini.”

“Ah barang kenapa, tra kasian itu ngana pe teman?”

“Kasian, sih, kasihan. Cuma tadi itu, ular gigit di dia punya pantat waktu ada berak. Jadi kalau Om Mantri mau isap, isap sudah. Sa lepas tangan.”

 

Kelingking Keseleo, tapi…

Saat menunggu di ruang tunggu puskesmas, Ungke bertemu dengan Om Arnol, bapaknya Alo.

“Om Arnol, dengar-dengar Alo ada dapat musibah kah?”

“Iyo. Ini da mo tanya dia punya obat di Pak Mantri.”

“Alo dapat musibah apa kong, Om?” tanya Ungke penasaran.

“Jatuh dari pohon kalapa.”

“Astaga, terus dia pe kabar bagimana? Parah kah?”

“Ceh tra apa, cuma kelingking yang keseleo.”

“Syukur banyak. Cuma itu saja kah?” tanya Ungke lagi

“Iya cuma kelingking yang keseleo, tapi yang lain patah semua.”

Ungke telan ludah.

 

25 Dua Saja

Siang itu Tete Yosep, kakeknya Ungke, nongkrong di pangkalan ojek bersama kawan-kawannya. Mereka sedang minum sagero untuk menghibur Tete Yosep yang sedang berusaha melepas sedih setelah ditinggal mati oleh nenek Ungke. Tak lama kemudian lewat dua orang perempuan. Tete Yosep langsung berujar, “Kayaknya kita ini ingin kawin lagi. Tolong kasih cari saya bini baru dulu e?”

“Memangnya Tete mau yang bagimana?” seorang kawan bertanya.

“Kalo bisa seumuran saya, atau umur 50 atau 60 begitu to.”

“Ah tapi susah kalau cari yang umur begitu, Tete.”

“Kalo umur 50 susah, yang 25 dua juga boleh,” ucapnya sambal memijit kumis lebatnya.

Satu pangkalan tagoyang.

Exit mobile version