Misteri Sarung Cap Kaki Empat

Suatu hari, Jonson dan Sri ingin mencari sensasi baru dalam bercinta. Berbekal referensi video porno 3gp yang pernah mereka tonton, keduanya memutuskan untuk mencoba sensasi bercumbu secara outdoor, alias di luar ruangan. Maklum, sebagai pengantin baru, keduanya memang sedang hobi mengeksplorasi banyak “genre” seksualitas rumah tangga.

“Gimana kalau kita coba di luar rumah, Sri? Kita coba malam hari buta ini. Rumah kita kan agak pelosok, kalau malam pasti jarang yang lewat. Gimana, Sri, menurutmu?” kata Jonson.

Dasar istri penurut lagi manut, Sri pun langsung mengiyakan usul sang suami. Terlebih, ia sendiri juga penasaran dan sangat ingin juga merasakan sensasi bercinta di luar rumah. “Iya, Mas, nanti malam yuk!” tukas Sri.

Selepas jam sebelas malam, Jonson dan Sri sudah bersiap di amben depan rumah. Dengan aba-aba kedipan mata dari Jonson, keduanya langsung menanggalkan busana masing-masing hingga benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Karena ini adalah pengalaman pertama bagi mereka telanjang di luar rumah, keduanya pun tampak canggung dan takut, sesekali baik Jonson maupun Sri tolah-toleh ke kanan-kiri, mencoba memastikan bahwa mereka berada di jalur yang aman dan terkendali.

“Ah, Sri, kalau begini, malah jadi ndak tenang, bakalan ndak tenang nanti kita tempurnya!”

“Kalau pakai sarung saja gimana, Mas? Jadi kita mainnya di dalam sarung, gitu…” usul Sri

“Ciamik! Ide bagus, Sri. Sek, tak ambil sarung dulu!” Jonson beringsut masuk ke dalam rumah.

Begitu sarung siap, keduanya pun langsung mengatur posisi. Mula-mula Jonson yang menyelimuti badannya dengan sarung, lalu Sri masuk ke dalam sisa-sisa rongga sarung. Kedua insan itu pun resmi terbalut dalam satu jalinan kain. Proses Lock and Key pun terjadi.

Adegan berikutnya, tak perlu saya terangkan, saya yakin, kita semua cukup kompeten untuk membayangkannya.

Selama beberepa menit, mereka berdua tenggelam dalam keasyikan birahi yang maha dahsyat.

Saking asyiknya berjimak, mereka tak sadar, Bagio, tetangga satu RT, lewat di jalan depan rumah mereka. Ndilalah, waktu itu, Bagio memang sedang berangkat kerja, karena Bagio dapat jatah shift malam untuk jaga di pabrik tempatnya bekerja.

Melihat adegan yang sedemikian aneh di amben depan rumah Jonson, Bagio pun lantas mencoba mengamati lebih seksama. Dalam cahaya yang surup, nampak olehnya kepala Jonson yang mecungul dari balik sarung, kepala Jonson bergerak tak beraturan sambil tersengal-sengal.

Bagio pun curiga. Ia yakin Jonson sedang terjebak dalam sebuah pergumulan hebat. Bagio kemudian mencoba memastikan.

“Soooon, lagi apa kamu?” teriak Bagio

Demi mendengar suara teriakan tersebut, Jonson dan Sri tercekat kaget setengah mati. Jonson kemudian menoleh ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari Bagio. Beruntung bagi Jonson karena rupanya posisi Sri agak membungkuk, sehingga di luar sarung, hanya kepala Jonson yang terlihat.

“Ng… Ng…Nggak lagi apa-apa. Cuma lagi njingkrung krukupan sarung, kok,” jawab Jonson, agak tergugup.

Krukupan sama siapa, kok kelihatannya kamu ndak sendiri?”

“Sama siapa? Lha yo krukupan sendiri, tho. Memangnya kamu lihat siapa lagi?” Jonson setengah berteriak, mencoba mengamankan harga dirinya.

Krukupan sendiri, ndasmu! Krukupan sendiri kok kakinya ada empat.”

Exit mobile version